Lukisan Para Pejuang Kemerdekaan Karya Kartono Yudhokusumo Penggerak Seni Lukis Dekoratif Terbaru Indonesia

Kartono Yudhokusumo Pelopor Seni Lukis Dekoratif Modern Indonesia Lukisan Para Pejuang Kemerdekaan karya Kartono Yudhokusumo Pelopor Seni Lukis Dekoratif Modern Indonesia

Kartono Yudhokusumo Pelopor Seni Lukis Dekoratif Modern Indonesia
Kartono Yudhokusumo lahir di Lubuk Pakam, Sumatera Utara, 18 Desember 1924, dan meninggal di Bandung pada 11 Juli 1957. Sejak usia tujuh tahun ia sudah memberikan bakat melukis pemandangan. Ia berkembang dan dibesarkan oleh ayahnya, Marsudi Yudhokusumo, pencinta seni rupa di Yogyakarta, dalam lingkungan yang sungguh mendukung bakat sang anak.

Semasa tinggal di Yogyakarta, Kartono Yudhokusumo sempat bergabung di Seniman Indonesia Muda (SIM), 1946-1948. Dari kecintaan dan dengan semangat hidup yang tinggi pada era sulitnya, Kartono Yudhokusumo muda pernah berdagang kayu bakar dan arang bakar. Sebelum hijrah ke kota Bandung pada tahun 1951, Kartono—meski tidak terlampau usang—sempat memimpin sanggar seniman di kota Madiun. Sementara di “Kota Kembang”, Kartono tinggal dan berkarya, sekaligus mengepalai Sanggar Seniman di Jalan Siliwangi Nomor 11, Bandung, yang didirikan tahun 1952 oleh Jawatan Kebudayaaan, Kementerian Pendidikan. Ia sempat menerima beasiswa dari Ford Foundation untuk memperdalam pengetahuan ke Amerika Serikat, yang keberangkatannya disponsori oleh Jawatan Kebudayaan, Kementerian Pendidikan. Akan namun, sebelum keberangkatannya ke AS, Kartono Yudhokusumo meninggal dunia pada 11 Juli 1957 akibat kecelakaan dikala mengendarai motor Harley Davidson. Indonesia pun kehilangan seorang pelukis hebat, pelukis serba mampu, yang rendah hati dan merakyat.

Kartono Yudhokusomo adalah salah satu anggota Seniman Indonesia Muda yang dalam lukisannya ada yang bernuansa revolusi kemerdekaan Indonesia. Tak salah bila Kartono Yudhokusomo dijuluki “Bapak Seni Lukis Dekoratif Modern Indonesia”. Beberapa karyanya dikoleksi oleh Presiden Sukarno, mirip ”Pertempuran di Pengok Yogjakarta “ dan “Rekreasi di Gunung Dieng”, yang kini ikut menghiasi dinding Istana. Ada juga lukisannya yang menjadi koleksi Galeri Nasional di Jakarta, mirip “Anggrek” dan “Melukis di Taman”. Beberapa karya karya lukis yang lain ada di komunitas orang abnormal berkebangsaan Skandinavia, Swedia, Yugoslavia, Jepang, Belanda, dan Negara Eropah Barat.

  Perhatikan keterangan-keterangan berikut! Sejenis kapak genggam yang bentuknya kira-kira setengah lingkaran

Sejarah sudah mencatat usia pendek sang pelukis, yang meninggal di usia 33 tahun, tetapi karya-karyanya yang meliputi media cat minyak, cat air, tinta cina, conte, crayon dan pensil hingga sekarang masih mampu dicicipi. Kini sebagian masih tersimpan baik dan dirawat oleh pihak cucu Kartono Yudhokusumo.

“Saya merasa bangga karena ayah aku mendapatkan penghargaan ini. Hal ini yang menciptakan aku murung. Seandainya ia masih ada, ia niscaya besar hati. Saya sangat berterima kasih kepada pemerintah atas penghargaan ini,” kata Karti Yudaningsih, putri tunggal Kartono Yudhokusumo, terkaipenghargaan yang berikan oleh Pemerintah RI kepada ayahnya. Sumber