Logika Tuhan Meninggalkan Tuhan Anak

Dalam akidah orang nasrani, Yesus mengalami penyaliban. Usai mengalami penyaliban selama lebih kurang tiga jam yakni dr pada pukul 12 hingga dgn pukul 15, berserulah Yesus seperti tertulis dlm Bibel:

“Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dgn suara nyaring; ‘Eli, Eli, usang sabakhtani?’ Artinya: ‘Allahku, Allahku, kenapa Engkau meninggalkan Aku?’ “(Matius 27: 46).

“Dan pada jam tiga berserulah Yesus dgn suara nyaring: ‘Eloi, Eloi, usang sabakhtani? yg artinya:’ Allahku, Allahku, kenapa Engkau tinggalkan Aku?’” (Markus 15:34).

Jika Tuhan (Bapa) saja meninggalkan Tuhan (Anak), apa yg dibutuhkan dr Tuhan seperti itu? Barangkali demikianlah yg mesti terjadi, demi menebus dosa insan, AnakNya sendiri harus dikorbankan! Yang berdosa orang lain (manusia, dunia) namun yg mesti menjadi tumbal justru AnakNya sendiri.

Pertanyaannya logis kah mendapatkan kekejaman Tuhan (Bapa) kepada AnakNya, terlebih saat-dikala sakaratul maut justru Tuhan (Bapa) meninggalkanNya?!

Jika demikian, mempunyai arti sabda Yesus perlu diralat atau direvisi karena sebelumnya Yesus mengatakan bahwa (Aku) Yesus & Bapa adalah satu. Perhatikan sabdanya:

“Aku & Bapa adalah satu” (Yohannes 10:30)

“…supaya ananda boleh mengenali & memahami bahwa Bapa di dlm Aku & Aku di dlm Bapa ” (Yohannes 10:38)

Tentu ini sungguh kontradiktif & susah untuk diketahui. Mengapa Tuhan (Bapa) & Tuhan (Anak) yg tadinya satu, justru pada dikala sakaratul maut Bapa meninggalkan AnakNya? Lalu apa artinya Bapa di dlm Aku & Aku di dlm Bapa? Mengapa Bapa meninggalkan AnakNya dlm kondisi tersiksa? Bapak atau orangtua dr jenis manusia saja tak akan rela jikalau anaknya disiksa terlebih lagi bila Anak tak melaksanakan kesalahan sama sekali.

  Sifat Wajib Dan Mustahil Para Rasul Allah Swt

Yang lebih tragis lagi, murid-murid Yesus yg lain, yg dianggap pengikut setia ternyata lari & tercerai berai meninggalkan guru sekaligus Tuhannya dlm keadaan nestapa & teraniaya.

Pengecutnya sikap murid-muridNya terlihat sampai pada penyaliban. Tatkala penyaliban berjalan, tak satupun muridnya datang, bahkan tak satupun yg merawat mayit Yesus setelah kematianNya di tiang kayu salib.