Lingkungan Kerja

PENGERTIAN

Lingkungan kerja merupakan tempat dimana para karyawan melaksanakan aktivitas melakukan pekerjaan . Lingkungan kerja dapat membawa imbas nyata dan negatif bagi karyawan dalam rangka meraih hasil kerjanya. Lingkungan kerja dalam sebuah perusahaan sungguh penting untuk diamati manajemen. Meskipun lingkungan kerja tidak melaksanakan proses buatan dalam sebuah perusahaan, tetapi lingkungan kerja mempunyai pengaruh eksklusif terhadap para karyawan yang melakukan proses buatan tersebut. Lingkungan kerja yang memusatkan bagi karyawannya mampu mengembangkan kinerja. Sebaliknya lingkungan kerja yang tidak memadai akan dapat menurunkan kinerja. Pada ketika ini lingkungan kerja mampu didesain sedemikian rupa untuk menciptakan hubungan kerja yang mengikat pekerja dalam lingkungannya. Lingkungan kerja yang baik yaitu yang aman, tenteram, higienis, tidak bising, terang dan bebas dari segala macam bahaya dan gangguan yang mampu menghalangi karyawan untuk melakukan pekerjaan secara optimal. Lingkungan kerja yang kondusif akan menenteng efek baik bagi kelangsungan karyawan bekerja, sebaliknya, lingkungan kerja yang kurang kondusif akan menjinjing dampak negatif bagi kelangsungan karyawan bekerja.

Lingkungan kerja merupakan salah satu penyebab dari keberhasilan dalam melakukan sebuah pekerjaan, tetapi juga dapat menimbulkan suatu kegagalan dalam pelaksanaan sebuah pekerjaan, alasannya lingkungan kerja dapat mempengaruhi pekerja, terutama lingkungan kerja yang bersifat psikologis. Sedangkan pengaruhnya itu sendiri mampu bersifat faktual dan mampu bersifat negatif.

Menurut Barry Render & Jay Heizer (2001:239), lingkungan kerja merupakan lingkungan fisik tempat karyawan bekerja yang mensugesti kinerja, keselamatan dan kualitas kehidupan kerja mereka.
Lingkungan kerja yang aman memperlihatkan rasa kondusif dan memungkinkan para pegawai untuk dapat melakukan pekerjaan maksimal. Lingkungan kerja mampu mensugesti emosi pegawai, jika pegawai menyenangi lingkungan kerja dimana dia melakukan pekerjaan , maka pegawai tersebut akan betah di kawasan bekerjanya untuk melaksanakan acara sehingga waktu kerja dipergunakan secara efektif dan maksimal prestasi kerja pegawai juga tinggi. Lingkungan kerja tersebut meliputi korelasi kerja yang terbentuk antara sesama pegawai dan korelasi kerja antar bawahan dan atasan serta lingkungan fisik kawasan pegawai melakukan pekerjaan .


Menurut Mardiana (2005: 15) “Lingkungan kerja yakni lingkungan dimana pegawai melaksanakan pekerjaannya sehari-hari”. Lingkungan kerja yang kondusif memberikan rasa kondusif dan memungkinkan para pegawai untuk dapat berkerja optimal.

Lingkungan kerja mampu mempengaruhi emosi pegawai. Jika pegawai menyenangi lingkungan kerja dimana beliau melakukan pekerjaan , maka pegawai tersebut akan betah di kawasan kerjanya untuk melaksanakan acara sehingga waktu kerja dipergunakan secara efektif dan optimis prestasi kerja pegawai juga tinggi. Lingkungan kerja tersebut mencakup kekerabatan kerja yang terbentuk antara sesama pegawai dan kekerabatan kerja antar bawahan dan atasan  serta lingkungan fisik daerah pegawai melakukan pekerjaan .

Menurut Gouzali saydam (2000:266) juga menyebutkan bahwa lingkungan kerja ialah kseeluruhan fasilitas dan prasarana kerja yang ada di sekitar karyawan yang sedang melaksanakan pekerjaan yang mampu mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan itu sendiri

Menurut Sedarmayati (2009: 21) definisi lingkungan kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya di mana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun selaku golongan.
Menurut Sihombing (2004:134) lingkungan kerja ialah : “Faktor-aspek di luar insan baik fisik maupun non fisik dalam sebuah organisasi. Faktor fisik ini meliputi peralatan kerja, suhu tempat kerja, kesesakan dan kepadatan, kegaduhan, luas ruang kerja. Sedangkan non fisik mencakup hubungan kerja yang terbentuk di instansi antara atasan dan bawahan serta antara sesama karyawan.” 

Menurut Sedarmayanti (2001 : 21) “lingkungan kerja ialah keseluruhan alat perkakas dan materi yang dihadapi, lingkungan sekitarnya dimana seseorang melakukan pekerjaan , tata cara kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik selaku perseorangan maupun sebagai kalangan”


Menurut sarwono (2005) “Lingkungan kerja adalah lingkungan dimana pegawa/karyawan melaksanakan pekerjaannya sehari-hari”. Lingkungan kerja yang kondusif memberikan rasa kondusif dan memungkinkan para pegawai untuk mampu berkerja optimal. Lingkungan kerja dapat menghipnotis emosi pegawai. Jika pegawai menyenangi lingkungan kerja dimana dia bekerja, maka pegawai tersebut akan betah di kawasan kerjanya untuk melakukan aktivitas sehingga waktu kerja dipergunakan secara efektif dan optimis prestasi kerja pegawai juga tinggi. Lingkungan kerja tersebut mencakup relasi kerja yang terbentuk antara sesama pegawai dan hubungan kerja antar bawahan dan atasan serta lingkungan fisik kawasan pegawai melakukan pekerjaan .

Definisi lingkungan kerja menurut Komarudin (2001: 87) ialah kehidupan sosial psikologi dan fisik dalam organisasi yang kuat kepada pekerjaan karyawan dalam melaksanakan tugasnya.

Makara dapat ditarik kesimpulan bahwa lingkungan kerja yaitu keadaan di sekitar para pekerja sewaktu pekerja melakukan tugasnya yang mana keadaan ini mempunyai efek bagi pekerja pada waktu melaksanakan pekerjaannya dalam rangka mengerjakan operasi perusahaan. Lingkungan kerja memiliki makna yang penting bagi pekerja dalam menyelesaikan tugasnya.

Tujuan utama pengaturan lingkungan kerja yaitu naiknya produktivitas perusahaan. Oleh kesudahannya pengadaan akomodasi lingkungan kerja yang bagus adalah secukupnya saja, jangan hingga tenaga kerja merasa terlalu dimanja dalam bekerja, sehingga hasil yang dicapai tidak cocok dengan yang diperlukan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perencanaan dan pengaturan lingkungan kerja tidak mampu diabaikan begitu saja, alasannya hal itu kuat pada jalannya operasi perusahaan


JENIS LINGKUNGAN KERJA

Lingkungan kerja mampu dibagi atas 2 (dua) jenis, ialah: lingkungan kerja non fisik dan lingkungan kerja fisik (Nurhaida, 2010; Novita, 2013). Lingkungan kerja non fisik meliputi kekerabatan kerja yang terbina dalam perusahan (Sedarmayanti, 209). Seseorang melakukan pekerjaan di dalam perusahan tidaklah seorang dir, dan dalam melakukan kegiatan, orang tersebut juga membutuhkan bantuan orang lain. 

Menurut Sedarmayanti (2009: 21) “secara garis besar, jenis lingkungan kerja terbagi menjadi 2 adalah: 1) lingkungan kerja fisik, dan 2) lingkungan kerja non fisik”.

Lingkungan Kerja Fisik
Menurut Sedarmayanti (2009: 22) “lingkungan kerja fisik ialah semua yang terdapat disekitar kawasan kerja yang mampu mensugesti pegawai baik secara pribadi maupun tidak langsung”.
Lingkungan kerja fisik dapat dibagi dalam dua klasifikasi, adalah :
1. Lingkungan yang eksklusif berhubungan dengan karyawan (Seperti: sentra kerja, bangku, meja dan sebagainya) 
2. Lingkungan perantara atau lingkungan umum dapat juga disebut lingkungan kerja yang menghipnotis kondisi insan, contohnya  temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kegaduhan, getaran mekanis, anyir tidak sedap, warna, dan lain-lain


Menurut Sarwono (2005: 86) “Lingkungan kerja fisik ialah daerah kerja pegawai melaksanakan aktivitasnya”. Lingkungan kerja fisik mempengaruhi semangat dan emosi kerja para karyawan. Faktor-faktor fisik ini meliputi suhu udara di tempat kerja, luas ruang kerja, kegaduhan, kepadatan, dan kesesakan. Faktor-faktor fisik ini sungguh menghipnotis tingkah laris insan.

Selanjutnya menurut Sarwono (2005: 86) “Peningkatan suhu mampu menciptakan kenaikan prestasi kerja namun dapat pula malah menurunkan prestasi kerja.” Kenaikan suhu pada batas tertentu menjadikan semangat yang merangsang prestasi kerja namun setelah melewati ambang batas tertentu peningkatan suhu ini telah mulai mengusik suhu badan yang menimbulkan terganggunya pula prestasi kerja (Sarwono,2005: 87).
Menurut Robbins (2002: 36) Lingkungan kerja fisik juga ialah aspek penyebab strees kerja pegawai yang berpengaruh pada prestasi kerja. Faktor-aspek yang mensugesti lingkungan kerja fisik adalah: a) suhu, b) kegaduhan, c) penerangan, d) mutu udara.”

a. Suhu
Suhu yaitu suatu variabel dimana terdapat perbedaan individual yang besar. Dengan demikian untuk memaksimalkan produktivitas, yakni penting bahwa pegawai melakukan pekerjaan di suatu lingkungan dimana suhu dikelola sedemikian rupa sehingga berada diantara rentang kerja yang dapat diterima setiap individu.
b. Kebisingan
Bukti dari telaah-telaah wacana suara memperlihatkan bahwa bunyi-suara yang konstan atau dapat diramalkan kebanyakan tidak menjadikan penurunan prestasi kerja sebaliknya imbas dari bunyi-bunyi yang tidak dapat diramalkan menawarkan imbas negatif dan mengusik konsentrasi pegawai.
c. Penerangan
Bekerja pada ruangan yang gelap dan kurang jelas akan menimbulkan ketegangan pada mata. Intensitas cahaya yang sempurna dapat menolong pegawai dalam memperlancar kegiatan kerjanya. Tingkat yang tepat dari intensitas cahaya juga tergantung pada usia pegawai. Pencapaian prestasi kerja pada tingkat penerangan yang lebih tinggi yakni lebih besar untukpegawai yang lebih bau tanah dibanding yang lebih muda.
d. Mutu Udara
Merupakan fakta yang tidak bisa diabaikan bahwa jikalau menghirup udara yang tercemar menjinjing efek yang merugikan pada kesehatan pribadi. Udara yang terkotori dapat mengusik kesehatan pribadi pegawai. Udara yang terkotori di lingkungan kerja mampu menjadikan sakit kepala, mata perih, kelelahan, lekas marah dan depresi.
Faktor lain yang mensugesti lingkungan kerja fisik adalah rancangan ruang kerja. Rancangan ruang kerja yang baik dapat menimbulkan kenyamanan bagi pegawai di kawasan kerjanya. Faktor-aspek dari desain ruang kerja tersebut menurut Robbins (2002:
318) terdiri atas : “a) Ukuran ruang kerja, b) Pengaturan ruang kerja, c) Privasi”.

a. Ukuran ruang kerja
Ruang kerja sungguh menghipnotis kinerja karyawan. Ruang kerja yang sempit dan membuat pegawai sulit bergerak akan menciptakan prestasi kerja yang lebih rendah kalau ketimbang karyawan yang mempunyai ruang kerja yang luas.

b. Pengaturan ruang kerja
Jika ruang kerja merujuk pada besarnya ruangan per pegawai, pengaturan merujuk pada jarak antara orang dan fasilitas. Pengaturan ruang kerja itu penting alasannya adalah sangat dipengaruhi interaksi sosial. Orang lebih mungkin berinteraksi dengan individu-individu yang akrab secara fisik. Oleh alasannya itu lokasi kerja karyawan mempengaruhi gosip yang ingin dimengerti.

c. Privasi
Privasi dipengaruhi oleh dinding, partisi, dan sekatan-sekatan fisik lainnya. Kebanyakan pegawai menginginkan tingkat privasi yang besar dalam pekerjaan mereka (khususnya dalam posisi manajerial, dimana privasi diasosiasikan dalam status). Namun pada umumnya pegawai juga mengharapkan potensi untuk berinteraksi dengan rekan kerja, yang dibatasi dengan meningkatnya privasi. Keinginan akan privasi itu besar lengan berkuasa dipihak banyak orang. Privasi menghalangi gangguan yang utamanya sangat menyusahkan orang-orang yang melaksanakan tugas-peran rumit.


Lingkungan Kerja Non Fisik

Menurut Sedarmayanti (2009: 31) menyatakan bahwa lingkungan kerja non fisik yaitu semua keadaan yang terjadi yang berhubungan dengan kekerabatan kerja, baik dengan atasan maupun dengan sesama rekan kerja ataupun kekerabatan dengan bawahan”.

Lingkungan kerja non fisik ini ialah lingkungan kerja yang tidak mampu diabaikan. Menurut Nitisemito (2001: 171) perusahan hendaknya dapat merefleksikan keadaan yang mendukung kolaborasi antara tingkat atasan, bawahan maupun yang memiliki status jabatan yang serupa di perusahaan. Kondisi yang hendaknya diciptakan adalah situasi kekeluargaan, komunikasi yang bagus dan pengendalian diri.

Membina korelasi yang bagus antara sesama rekan kerja, bawahan maupun atasan mesti dijalankan alasannya adalah kita saling memerlukan. Hubungan kerja yang terbentuk sangat mempengaruhi psikologis karyawan.

Menurut Mangkunegara (2000: 9), untuk menciptakan korelasi relasi yang harmonis dan efektif, pimpinan perlu : 1) menyempatkan waktu untuk mempelajari aspirasi-aspirasi emosi pegawai dan bagaimana mereka bekerjasama dengan tim kerja dan 2) membuat suasana yang meningkatkatkan kreativitas. Pengelolaan hubungan kerja dan pengendalian kekerabatan kerja dan pengendalian emosional di tempat kerja itu sangat perlu untuk diamati karena akan menawarkan dampak terhadap prestasi kerja pegawai.

Hal ini disebabkan alasannya manusia itu melakukan pekerjaan bukan sebagai mesin. Manusia memiliki perasaan untuk dihargai dan bukan bekerja untuk uang saja

Menurut Sedarmayanti (2001: 146), yang menjadi indikator-indikator lingkungan kerja adalah:1) penerangan, 2) suhu udara, 3) sirkulasi udara, 4) ukuran ruang kerja, 5) tata letak ruang kerja, 6) privasi ruang kerja 7) kebersihan 8) bunyi bising, 9) penggunaan warna, 10) perlengkapan kantor, 11) keselamatan kerja 11) musik ditempat kerja, 12) kekerabatan sesama rekan kerja dan 13) korelasi kerja antara atasan dengan bawahan.

Siagian (2001:57) berpendapat bahwa lingkungan kerja ada dua macam, adalah


Lingkungan kerja fisik

Ada beberapa kondisi fisik dari tempat kerja yang bagus yakni :
1) Bangunan daerah kerja disamping mempesona untuk dipandang juga dibangun dengan pertimbangan keamanan kerja.
2) Ruang kerja yang longgar dalam arti penempatan orang dalam suatu ruangan tidak menimbulkan perasaan sempit.
3) Tersedianya perlengkapan yang cukup mencukupi.
4) Ventilasi untuk keluar masuknya udara segar yang cukup.
5) Tersedianya kawasan istirahat untuk melepas lelah, mirip bar baik dalam lingkungan perusahaan atau sekitarnya yang mudah diraih karyawan.
6) Tersedianya tempat ibadah keagamaan mirip masjid atau musholla, baik dikelompokkan organisasi maupun disekitarnya.
7) Tersedianya fasilitas angkutan, baik yang diperuntukkan karyawan maupun angkutan biasa yang tenteram, murah dan gampang diperoleh.
Lingkungan kerja non fisik
Lingkungan kerja non fisik adalah lingkungan kerja yang mengasyikkan dalam arti terciptanya kekerabatan kerja yang serasi antara karyawan dan atasan, sebab pada hakekatnya insan dalam bekerja tidak mencari duit saja, akan tetapi melakukan pekerjaan merupakan bentuk aktivitas yang bermaksud untuk mendapatkan kepuasan


Suryadi Perwiro Sentoso (2001:19) yang mengutip pernyataan Prof. Myon Woo Lee sang pelopor teori W dalam Ilmu Manajemen Sumber Daya Manusia, bahwa pihak administrasi perusahaan hendaknya membangun sebuah iklim dan suasana kerja yang mampu membangkitkan rasa kekeluargaan untuk meraih tujuan bersama. Pihak manajemen perusahaan juga hendaknya bisa mendorong inisiatif dan kreativitas. Kondisi mirip inilah yang selanjutnya membuat antusiasme untuk bersatu dalam organisasi perusahaan untuk meraih tujuan.

MANFAAT LINGKUNGAN KERJA

Menurut Ishak dan Tanjung (2003: 26), faedah lingkungan kerja yakni menciptakan gairah kerja, sehingga produktivitas dan prestasi kerja meningkat. Sementara itu, faedah yang diperoleh sebab bekerja dengan orang-orang yang termotivasi yaitu pekerjaan mampu terselesaikan dengan tepat. Yang artinya pekerjaan tertuntaskan sesuai standard yang benar dan dalam skala waktu yang ditentukan. Prestasi kerjanya akan dipantau oleh individu yang bersangkutan, dan tidak akan menyebabkan terlalu banyak pengawasan serta semangat juangnya akan tinggi

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LINGKUNGAN KERJA

Manusia akan mampu melakukan kegiatannya dengan baik, sehingga diraih sebuah hasil yang maksimal, jika diantaranya ditunjang oleh sebuah keadaan lingkungan yang cocok. Suatu kondisi lingkungan dibilang baik atau sesuai apabila manusia mampu melakukan kegiatannya secara optimal, sehat, kondusif, dan nyaman. Ketidaksesuaian lingkungan kerja mampu dilihat karenanya dalam rentang waktu yang lama. Lebih jauh lagi, Keadaan lingkungan yang kurang baik dapat menuntut tenaga dan waktu yang lebih banyak dan tidak mendukung diperolehnya desain tata cara kerja yang efisien. Banyak aspek yang menghipnotis terbentuknya suatu keadaan lingkungan kerja.

Berikut ini beberapa faktor yang diuraikan Sedarmayanti (2001:21) yang mampu menghipnotis terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja dikaitkan dengan kemampuan karyawan, diantaranya adalah :
  1. Penerangan/cahaya di tempat kerja
  2. Temperatur/suhu udara di kawasan kerja
  3. Kelembaban di daerah kerja
  4. Sirkulasi udara di tempat kerja
  5. Kebisingan di kawasan kerja
  6. Getaran mekanis di daerah kerja
  7. Bau tidak sedap ditempat kerja
  8. Tata warna di daerah kerja
  9. Dekorasi di tempat kerja
  10. Musik di kawasan kerja
  11. Keamanan di kawasan kerja
  Berkarya dengan Menulis Naskah atau Buku
Berikut ini akan diuraikan masing-masing aspek tersebut dikaitkan dengan kesanggupan manusia, adalah :

1. Penerangan/Cahaya di Tempat Kerja
Cahaya atau penerangan sungguh besar manfaatnya bagi karyawan guna mendapat keselamatan dan kelancaran kerja. Oleh alasannya adalah itu perlu diamati adanya penerangan (cahaya) yang terperinci namun tidak menyilaukan. Cahaya yang kurang terperinci, sehingga pekerjaan akan lambat, banyak mengalami kesalahan, dan pada skhirnya menyebabkan kurang efisien dalam melaksanakan pekerjaan, sehingga tujuan organisasi sukar diraih.

Pada dasarnya, cahaya dapat dibedakan menjadi empat ialah :
a. Cahaya eksklusif
b. Cahaya setengah langsung
c. Cahaya tidak langsung
d. Cahaya setengah tidak eksklusif

2. Temperatur di Tempat Kerja
Dalam keadaan wajar , tiap anggota tubuh insan memiliki temperatur berlainan. Tubuh manusia senantiasa berupaya untuk menjaga keadaan normal, dengan sebuah sistem badan yang tepat sehingga dapat menyesuaikan diri dengan pergantian yang terjadi di luar tubuh. Tetapi kemampuan untuk beradaptasi tersebut ada batasnya, yakni bahwa tubuh insan masih mampu menyesuaikan dirinya dengan temperatur luar jikalau pergantian temperatur luar tubuh tidak lebih dari 20% untuk kondisi panas dan 35% untuk keadaan dingin, dari keadaan wajar badan.
Menurut hasil observasi, untuk aneka macam tingkat temperatur akan memberi dampak yang berlawanan. Keadaan tersebut tidak mutlak berlaku bagi setiap karyawan alasannya kemampuan beradaptasi tiap karyawan berlawanan, tergantung di tempat bagaimana karyawan mampu hidup.

3. Kelembaban di Tempat Kerja
Kelembaban yaitu banyaknya air yang terkandung dalam udara, lazimdinyatakan dalam persentase. Kelembaban ini bekerjasama atau dipengaruhi oleh temperatur udara, dan secara tolong-menolong antara temperatur, kelembaban, kecepatan udara bergerak dan radiasi panas dari udara tersebut akan menghipnotis keadaan badan manusia pada saat menerima atau melepaskan panas dari tubuhnya. Suatu kondisi dengan temperatur udara sangat panas dan kelembaban tinggi, akan menimbulkan penghematan panas dari tubuh secara besar-besaran, alasannya adalah metode penguapan. Pengaruh lain adalah semakin cepatnya denyut jantung alasannya adalah makin aktifnya peredaran darah untuk menyanggupi kebutuhan oksigen, dan tubuh manusia senantiasa berupaya untuk meraih keseimbangan antar panas tubuh dengan suhu disekitarnya.

4. Sirkulasi Udara di Tempat Kerja
Oksigen ialah gas yang dibutuhkan oleh mahluk hidup untuk mempertahankan kelancaran hidup, yakni untuk proses metaboliasme. Udara di sekitar dibilang kotor apabila kadar oksigen, dalam udara tersebut sudah berkurang dan sudah bercampur dengan gas atau bau-bauan yang berbahaya bagi kesehatan badan. Sumber utama adanya udara segar ialah adanya tanaman di sekitar daerah kerja. Tanaman ialah penghasil oksigen yang dibutuhkan olah manusia. Dengan sukupnya oksigen di sekitar tempat kerja, ditambah dengan pengaruh secara psikologis balasan adanya flora di sekeliling tempat kerja, keduanya akan memperlihatkan kesegaran dan kesejukan pada jasmani. Rasa sejuk dan segar selama bekerja akan menolong mempercepat pemulihan tubuh akhir letih sesudah melakukan pekerjaan .

5. Kebisingan di Tempat Kerja
Salah satu polusi yang cukup merepotkan para pakar untuk mengatasinya yakni kegaduhan, yakni suara yang tidak diharapkan oleh indera pendengaran. Tidak diinginkan, karena utamanya dalam jangka panjang bunyi tersebut mampu mengganggu ketenangan melakukan pekerjaan , menghancurkan indera pendengaran, dan menjadikan kesalahan komunikasi, bahkan menurut observasi, kebisingan yang serius mampu mengakibatkan akhir hayat. Karena pekerjaan membutuhkan fokus, maka suara bising hendaknya dihindarkan agar pelaksanaan pekerjaan mampu dilaksanakan dengan efisien sehingga produktivitas kerja meningkat.
Ada tiga faktor yang memilih kualitas sebuah suara, yang bisa menentuikan tingkat gangguan terhadap insan, ialah :
a. Lamanya kegaduhan
b. Intensitas kebisingan
c. Frekuensi kebisingan
Semakin usang indera pendengaran mendengar kebisingan, akan semakin jelek balasannya, diantaranya pendengaran mampu semakin menyusut.

6. Getaran Mekanis di Tempat Kerja
Getaran mekanis artinya getaran yang ditimbulkan oleh alat mekanis, yang sebagian dari getaran ini hingga ke badan karyawan dan dapat menyebabkan akhir yang tidak dikehendaki. Getaran mekanis kebanyakan sungguh menggangu tubuh alasannya adalah ketidak teraturannya, baik tidak terencana dalam intensitas maupun frekwensinya. Gangguan terbesar kepada sebuah alat dalam badan terdapat bila frekuensi alam ini beresonansi dengan frekwensi dari getaran mekanis. Secara biasa getaran mekanis mampu mengganggu tubuh dalam hal :
a. Kosentrasi bekerja
b. Datangnya kecapekan
c. Timbulnya beberapa penyakit, diantaranya karena gangguan terhadap : mata, syaraf, peredaran darah, otot, tulang, dan lain,lain. 

7. Bau-bauan di Tempat Kerja
Adanya bacin-bauan di sekeliling kawasan kerja dapat dianggap selaku pencemaran, alasannya dapat menganggu konsentrasi melakukan pekerjaan , dan bacin-bauan yang terjadi terus menerus mampu mempengaruhi kepekaan penciuman. Pemakaian “air condition” yang sempurna ialah salah satu cara yang dapat dipakai untuk menghilangkan anyir-bauan yang menganggu di sekeliling tempat kerja.

8. Tata Warna di Tempat Kerja
Menata warna di tempat kerja perlu dipelajari dan direncanakan dengan sebaik-baiknya. Pada kenyataannya tata warna tidak mampu dipisahkan dengan penataan hiasan. Hal ini mampu dimaklumi alasannya adalah warna mempunyai dampak besar terhadap perasaan. Sifat dan efek warna adakala mengakibatkan rasa bahagia, murung, dan lain-lain, alasannya dalam sifat warna dapat merangsang perasaan manusia.

9. Dekorasi di Tempat Kerja
Dekorasi ada relevansinya dengan tata warna yang bagus, sebab itu dekorasi tidak cuma berkaitan dengan hasil ruang kerja saja tetapi berkaitan juga dengan cara mengatur tata letak, tata warna, perlengkapan, dan lainnya untuk melakukan pekerjaan .

10. Musik di Tempat Kerja
Menurut para ahli, musik yang nadanya lembut sesuai dengan suasana, waktu dan daerah mampu menghidupkan dan merangsang karyawan untuk bekerja. Oleh alasannya itu lagu-lagu perlu diseleksi dengan selektif untuk dikumandangkan di kawasan kerja. Tidak sesuainya musik yang diperdengarkan di kawasan kerja akan mengusik konsentrasi kerja.

11. Keamanan di Tempat Kerja
Guna mempertahankan tempat dan kondisi lingkungan kerja tetap dalam kondisi aman maka perlu diperhatikan adanya keberadaannya. Salah satu upaya untuk menjaga keselamatan di kawasan kerja, dapat memanfaatkan tenaga Satuan Petugas Keamanan (SATPAM).

INDIKATOR

Yang menjadi indikator-indikator lingkungan kerja berdasarkan Sedarmayanti (2001:46) yaitu sebagai berikut :
1. Penerangan
2. Suhu udara
3. Suara bising
4. Penggunaan warna
5. Ruang gerak yang diharapkan
6. Keamanan kerja
7. hubungan karyawan