Dari Sahal ra, bahwa Nabi Saw bersabda: “Dalam nirwana ada satu pintu yg disebut dgn Ar-Rayyan, yg pada hari qiyamat tak akan ada orang yg masuk ke nirwana melalui pintu itu kecuali para shaimun (orang-orang yg berpuasa). Tidak akan ada seorangpun yg masuk melalui pintu tersebut selain mereka. Lalu dikatakan pada mereka; Dimanakah para shaimun? Maka para shaimun masuk melaluinya. Tidak akan ada seorangpun yg masuk melalui pintu tersebut selain mereka. Apabila mereka sudah masuk semuanya, maka pintu itu ditutup & tak akan ada seorang pun yg masuk melalui pintu tersebut” (HR. Bukhari)
Hikmah Hadits ;
1. Bahwa orang-orang yg berpuasa, & menjalankan ibadah puasanya dgn baik & benar, didasari dgn niat tulus lapang dada mengharap ridha Allah Swt, maka kelak bagi meraka ditawarkan satu pintu khusus untuk masuk surga. Pintu tersebut disebut dgn pintu “Ar-Rayyan”. Allah Swt menawarkan pintu ini bagi sha’imin, selaku bentuk pemuliaan Allah kepada orang2 yg menjalankan ibadah puasa dgn baik. Sekaligus pula menggambarkan betapa mulianya ibadah puasa Ramadhan.
2. Maka hendaknya setiap kita berusaha untuk melakukan ibadah puasa sebaik mungkin, bukan sekadar menggugurkan kewajiban dgn menahan diri & makan & minum saja, sebagaimana umumnya insan (shaumul umum). Namun hendaknya ditingkatkan menuju shaumul khusus (puasa khusus), yg kriterianya ialah selaku berikut:
– Hifzul Lisan (mempertahankan lisan), yakni menjaga verbal dr perkataan keji, kotor, bernafsu, ghibah, & perkataan2 lain yg tak berfaedah.
– Kaffus Sam’i (mempertahankan telinga), yaitu mempertahankan pendengaran dr segala hal yg tak faedah & atau mengandung komponen dosa.
– Ghaddul Bashar (mempertahankan persepsi), yakni menjaga pandangan dr hal2 yg diharamkan atau dimakruhkan. Seperti mandang musuh jenis yg bukan mahramnya, menatap aurat, dsb.
– Kaffu baqiyatil abdan minal atsam (menjaga badan dr tindakan dosa & tdk beanfaat), yaitu menghindarkan diri dr segala tindakan yg tak faedah & atau mrngandung dosa.
– ‘Adamul israf indal ifthar (tidak berlebih2an tatkala berbuka puasa) yakni tak berlebihan dlm memakan masakan & minuman ketika berbuka puasa. Karena berlebihan tatkala berbuka puasa akan menetralisir esensi puasa, & berpotensi menghemat pahala ibadah puasanya.
– Al-Khauf war Raja’ indal ifthar (hatinya antara takut & harap tatkala berbuka puasa), yakni takut & khawatir jika ibadah puasanya tdk diterima Allah Swt, karena banyaknya tindakan yg dijalankan, tetapi ia tetap berharap supaya Allah menerim ibadah puasanya. Dan hal tersebut diwujudkan dgn memperbanyak dzikir & doa tatkala akan berbuka puasa.
3. Praktis-mudaan Allah Swt mendapatkan ibadah puasa kita & menjadikan kita semua termasuk ke dlm kelompok orang-orang yg kelak patut masuk ke dlm nirwana melalui pintu Ar-Rayyan. Amiiin Ya Rabbal Alamiin.
Dari tausiyah Ust. Rikza Maulan, Lc, M.Ag