“Ah, Kak Argi, gue sedang berpikir, bukan cemberut.” sangkal Rino. “Aku sedang memikirkan perihal proyek sekolah, Kak. Kami harus menciptakan sesuatu yg bisa dijual di Hari Pasar dua minggu lagi. Barang tersebut harus hasil buatan sendiri & tak boleh menggunakan materi yg mahal. Kata bu guru, supaya bisa dibeli oleh teman-sahabat lain di sekolah. Nah, gue sedang berpikir, kira-kira gue akan menciptakan apa.” terang Rino.
“Wah, itu proyek sekolah yg bagus! Dengan begitu ananda dituntut inovatif & pula berpikir ekonomis. Dulu waktu kakak seusiamu, kakak belum pernah dapat tugas seperti itu.” kata Kak Argia sambil mendekati Rino.
“Tapi itu kan peran yg sukar, Kak. Rino kan belum pernah punya pengalaman mirip ini. Mana ini peran perorangan, lagi.” kata Rino. Kali ini, ia benar-benar cemberut.
“Hei, Gurumu tahu kesanggupan siswanya, sehingga tak akan menunjukkan peran yg melampaui kemampuannya. Tugas ini boleh dibantu, kan?” hibur Kak Argia.
Ah! Betul! Itu yg dibilang Bu Guru. Tugas ini boleh dibantu orang bau tanah. Tetapi, orang bau tanah cuma boleh mengarahkannya, tak boleh mengerjakannya. Kaprikornus semua yg akan melaksanakan aku, Kak. Nah, tampaknya gue bisa minta tolong Kakak juga, dong!” Rino bergairah menjelaskan instruksi Bu Guru tadi sebelum pulang sekolah. Kali ini, mata Rino berbinar-binar
“Boleh. Hari ini Kakak tak ada kuliah, jadi kita bisa memulainya sehabis ananda makan siang. Sekarang, ganti baju seragammu, makan siang, terus kita jalankan. Setuju?” kata Kak Argia sambil bergegas memasuki rumah.
Rino pun senang bukan kepalang. Ia secepatnya melakukan yg dianjurkan kakaknya & siap di ruang tengah dlm waktu setengah jam.
Rino & Kak Argia pun terlihat sibuk berdiskusi. Rino memegang buku & pensil untuk menciptakan daftar barang-barang yg digemari sobat-sahabat sebayanya yg bisa dibuat sendiri.
Ia menulis berbagai macam makanan, mainan & alat tulis. Ia pula menuliskan beberapa hingga hiasan seperti gantungan kunci, kartu pembatas buku, hingga dekorasi dinding sederhana. Rino terlihat sungguh bergairah. Kak Argia pun terlihat sabar membantunya.
“Nah, dr daftar barang tersebut, ananda pastikan barang yg gampang dibentuk. Selain gampang di buat, barang tersebut pula harus digemari oleh temantemanmu, sehingga mereka mau beli,” saran Kak Argia. “Lalu, nanti kita akan cari tahu cara membuatnya,” terperinci Kak Argia.
“Cari tahu di mana, Kak? Kukira Kakak tahu cara membuatnya,” tanya Rino dgn wajah agak terkejut.
Kak Argia tersenyum sambil meninggalkan Rino & masuk ke kamarnya. Tak usang berselang, Kak Argia telah duduk di samping Rino dgn membawa komputer jinjingnya.