Segera Kak Irma tersadar. Rumah yg sepi, tak ada suara manja kucing kesayangan Rina. Ternyata ini penyebab Rina murung. Kucing kesayangannya belum kembali.
“Kak Irma, apa yg bisa kita lakukan supaya Si Hitam kembali, Kak? Si Hitam niscaya bersedih mencariku. Bagaimana ia akan makan? Bagaimana ia akan tidur? Pergi ke manakah kucing kecil itu?” tanya Rina masih tersedu.
“Ah, Kak Irma punya wangsit. Semoga sukses. Mbak Tati, tolong temani Rina sebentar ya!” pinta Kak Irma pada Mbak Tati sambil melepas pelukannya.
Kak Irma segera mengambil telepon genggamnya dr dlm tasnya. Ia terlihat sedang mencari-cari sesuatu dr dlm telepon genggam itu.
“Rina, apakah ananda pernah menggunakan telepon genggam Kakak untuk menyimpan foto Si Hitam?” Tanya Kak Irma.
Pernah, Kak!” jawab Rina. Tampak parasnya mulai berbinar.
“Baik, Kakak cari dulu,” kata Kak Irma sibuk mencari foto Si Hitam di dlm telepon genggamnya.
Ah, ini foto Si Hitam!” Teriak Kak Irma.
“Apa yg hendak Kakak lakukan dgn foto Si Hitam? Apakah Kakak akan menyebar foto itu?” tanya Rina ingin tau. Ia sedikit lupa dgn kesedihannya.
“Tepat sekali, adikku yg cerdas! Kakak terpikir beberapa cara, Rin. Pertama, Kakak akan cetak gambar Si Hitam beberapa lembar, lalu menempelkannya di beberapa lokasi di sekeliling sini. Kamu & sahabat-temanmu bisa membantu menempelkannya. Kedua, Kakak bisa menyebarkannya dengan-cara digital pada sahabat-teman Kakak, atau kenalan Ayah & Ibu lewat telepon genggam ini. Dengan begitu, banyak orang akan ikut mencari kucingmu!” terperinci Kak Irma dgn bersemangat.
Kak Irma mulai sibuk menekan-nekan kepingan telepon genggamnya. Setelah beberapa usang, ia masuk ke dlm rumah & mulai membuka komputer jinjingnya. Ia terlihat sibuk.
Ia menyalakan mesin pencetak, & tak lama kemudian beberapa lembar kertas dgn gambar Si Hitam & keterangan di bawahnya mulai timbul. Rina bergegas mengambil kertas-kertas itu.
Rina bergegas menuju pesawat telepon di dekat televisi. Ia menelepon beberapa temannya yg tinggal tak jauh dr rumah mereka. Ia meminta mereka untuk membantunya menempelkan kertas berisi keterangan tentang Si Hitam, kucingnya yg hilang.
Tidak berapa usang, tiga teman Rina datang dgn menggunakan sepeda. Tanpa menunggu lama, mereka mengambil kertas-kertas yg sudah dicetak gambar Si Hitam. Mereka bergegas berangkat bersama Rina. Sementara, Kak Irma pula tak henti menghubungi sobat-temannya untuk meminta pemberian mencari kucing adiknya.
Telepon genggam Kak Irma pun berbunyi berulang kali. Kak Irma sibuk menjelaskan ciri-ciri Si Hitam lewat telepon genggamnya.