“Selamat pagi, Tsaqif,” sapa Amir. “Nampaknya ada yg sedang ananda pertimbangkan, ya?” tanya Amir. Amir & Tsaqif berteman cukup bersahabat. Mereka pula anggota tim sepak bola di sekolahnya.
“Oh, selamat pagi, Mir. Iya nih, gue sedang memikirkan kado apa yg akan kupersembahkan untuk ibuku. Ibu hendak ulang tahun ahad depan. Kali ini gue ingin memberikan sesuatu untuk dia, tapi gue resah. Kira-kira apa yg bisa gue berikan, ya Mir?” tanya Tsaqif.
“Wah, gue pula pernah mirip itu tatkala mesti mencari kado untuk ibuku. Yang gue tahu, ya Qif. Ibu paling suka sesuatu yg dibuat oleh anaknya sendiri! Ibuku terharu hingga menangis tatkala gue cuma menawarkan kartu ucapan uang tahun yg gue buat sendiri untuk dia,” dongeng Amir.
“Wah, idemu menawan, Mir!” kata Tsaqif dgn mata berbinar.
“Terima kasih, Mir! Aku tahu apa yg akan kuberikan untuk ibuku! Yuk, kita main bola, yuk! Masih ada waktu sebelum mulai pelajaran pagi ini,” ajak Tsaqif bersemangat.
Pada dikala jam istirahat, Tsaqif bergegas menemui Pak Barno, guru kelasnya. Setelah berbicara sebentar, keduanya berlangsung beriringan menuju ruang guru. Tak berapa usang, Tsaqif menjinjing sesuatu di tangannya. Ia terlihat gembira, kemudian mendekati Amir yg sedari tadi menunggunya di depan kelas.
“Mir, gue sudah menerima sesuatu untuk ibuku. Pasti dia bahagia sekali,” terperinci Tsaqif riang
“Wah, cepat sekali, Qif? Boleh gue tahu benda apa yg akan ananda berikan untuk ibumu?” tanya Amir tak tabah.
“Hmmm. Sebenarnya ini kejutan untuk ibuku, tapi alasannya ananda yg membantuku mendapatkan ilham ini, bolehlah gue beri tahu kau. Tapi nanti bantu gue membungkusnya, ya!” kata Tsaqif. Lalu, ia membuka kertas koran yg digunakannya untuk membungkus benda itu.
“Wah, jago! Ide yg keren! Ini kan patung konstruksi dr kaleng bekas yg ananda buat beberapa ahad kemudian! Dan tahukah kamu, bahwa patung yg ananda buat ini memang bagus sekali. Pasti Ibumu suka,” kata Amir tak kalah besar hati.
“Ah, jadi ini yg ananda bicarakan dgn Pak Barno tadi, ya?” selidik Amir.
“Betul! Aku mengatakan sejujurnya pada Pak Barno untuk meminta patung yg pernah gue buat itu untuk dijadikan selaku hadiah ulang tahun Ibu. Karena patung ini sudah dinilai, & ahad depan akan dibagikan ke kita semua, maka Pak Barno tak keberatan gue memintanya lebih dahulu. Hanya Beliau berpesan supaya gue membungkusnya dgn rapi, supaya temanteman lain tak berbondong-bondong tiba pada Beliau meminta patung produksi mereka,” tawa Tsaqif.
Kunci Jawaban Tema 9 Kelas 6 Halaman 190 191 192
Ayo Menulis