“Mereka sudah terbiasa masuk ke dlm sungai, ya, Pak?” tanya Sofi.
“Ada yg sudah pernah & ada yg belum pernah, Nak. Kalau warga yg melakukan pekerjaan selaku petugas kebersihan, tentu mereka biasa melaksanakan pekerjaan mirip ini. Akan namun, bagi mereka yg biasa bekerja di perkantoran tentu tak terbiasa dgn pekerjaan ini,” jawab Pak RT
“Makara, warga di sini mempunyai mata pencaharian yg berlawanan-beda ya, Pak?” tanya Sofi
“Iya, Nak. Di kampung ini ada yg berprofesi sebagai perajin gerabah, karyawan pabrik, guru, peternak lele, tukang bangunan, & buruh serabutan,” jawab Pak RT.
“Walaupun mereka memiliki jenis pekerjaan yg berbeda-beda, mereka tetap rukun ya, Pak?” tanya Fina.
“Ini yaitu sebuah bentuk kerukunan hidup dgn tetangga. Sebagai pola, untuk menciptakan kerukunan ialah dgn kerja bakti. Kerukunan bikin hidup menjadi tenang & tenang,” jawab Pak RT.
“Pak, adakah kaitan kerja bakti ini dgn Prokasih atau Program Kali Bersih seperti iklan di televisi itu?” tanyaku.
“Wah, pernah lihat iklannya ya, Nak?” tanya Pak RT. Aku tersenyum mendengar pertanyaan Pak RT.
“Iya, Nak. Di kota ini terdapat ratusan sungai dlm keadaan kritis. Selain mengalami pengendapan yg hebat, sungai pula dipenuhi sampah rumah tangga. Oleh sebab itu, kami tergerak untuk membersihkan sungai kecil ini. Kegiatan ini pula bertujuan menangkal banjir. Dengan begitu, diperlukan dapat meminimalisir risiko peristiwa banjir pada animo penghujan,” terperinci Pak RT.
“Saya punya usul, Pak. Bagaimana kalau sungai kecil ini sudah bebas sampah, warga di sini memasang iklan layanan masyarakat. Iklan tersebut berisi permintaan biar masyarakat cinta lingkungan. Iklan tersebut pula menginformasikan bahwa warga di sini mendukung program kali bersih,” kataku.
“Wah, bagaimana bentuk ajakan itu ya, Nak?” tanya Pak RT.
Aku segera mengeluarkan buku saku & pensil yg selalu ada di tas mungilku. Segera gue & sahabat-teman berdiskusi membuat kalimat iklan layanan masyarakat untuk Pak RT. Setelah berdiskusi, gue menyerahkan kalimat iklan tersebut pada Pak RT. Pak RT membaca kalimat iklan yg kami buat. Pak RT tersenyum.
“Kalian memang anak-anak cerdik. Bapak banggas mampu berkenalan dgn kalian,” kata Pak RT.
Mendengar kata-kata Pak RT kami menjadi tersanjung. Akan namun, kami sadar apa yg kami lakukan belum seimbang dgn usaha para warga yg rela masuk ke sungai untuk mengambil sampah-sampah.
“Sama-sama, Pak. Apa yg kami perbuat ini belum sepadan dgn keikhlasan warga ketika membersihkan sampah di sungai,” jawabku.