“Ayo, kita berkeliling lagi, Paman,” ajak Danu.
“Wah, Danu bahagia ya? Lihatlah Danu. Di Pasar Apung ini, para pedagang menjajakan dagangannya dgn bahtera kayu. Perahu kayu itu diketahui dgn jukung,” terperinci ayahnya.
“Iya, ayah.”
Kemudian, Danu & keluarga mengelilingi Pasar Apung. Di Pasar Apung Danu menyaksikan beberapa penjual kuliner khas Banjarmasin, mirip soto banjar & nasi sop banjar. Ada pula beberapa pedagang yg menjual pakaian, kue, & ikan.
Setelah puas berkeliling, Danu & keluarga kembali ke dermaga penyewaan perahu. Saat pulang, Danu memperhatikan panorama sekelilingnya. Di sepanjang sungai Danu menyaksikan panorama rumahrumah masyarakat Sungai Barito. Semua rumah penduduk yang dibuat dr kayu.
“Ayah, apakah mereka tak takut tinggal di pedoman sungai?” Tanya Danu pada ayahnya.
“Sudah semenjak dr lahir mereka tinggal di sini Danu. Mereka sudah sudah biasa hidup berdampingan dgn alam,” kata ayah.
“Apakah rumah-rumah kayu itu tahan dr air sungai, Yah?”
Tiba-tiba Paman Rizki menjawab pertanyaan Danu, “Rumah-rumah di sini tak mudah rusak walaupun bahan bangunannya yang dibuat dr kayu, Danu. Kayu yg dipakai untuk membangun rumah penduduk di sini yaitu kayu ulin. Kayu ulin terkenal besar lengan berkuasa & makin berpengaruh apabila terkena air,” terperinci Paman Rizki.
“Berarti kayu ulin banyak terdapat di sini ya, Paman?”
“Iya, Danu. Masyarakat di sini memanfaatkan hasil hutan berupa kayu ulin untuk membangun rumah,” jawab Paman Rizki.
Ayah & ibu Danu mengajak Danu & Paman Rizki makan soto banjar. Kemudian, mereka menuju warung yg memasarkan soto khas banjar. Mereka memesan soto banjar & beberapa minuman.
“Ayah minum air mineral & Paman memesan es teh?” Tanya Danu.
“Iya,” jawaban Ayah. Paman Rizki mengangguk sambil tersenyum.
“Kenapa Danu?” Tanya Paman.
“Itu berarti ayah mengonsumsi zat tunggal alasannya meminum air putih. Sedangkan Paman Rizki mengonsumsi zat adonan sebab meminum es teh. Es teh terdiri atas air, teh, & gula,” terang Danu.
Hampir bersamaan ibu, ayah, & Paman Rizki tertawa mendengar penjelasan Danu.
“Sudahlah Danu, mari kita makan dahulu. Jangan lupa berdoa terlebih dulu, ya?” pesan ibu.
“Silakan menikmati,” ujar Paman Rizki.
“Iya, Bu. Ini pengalaman pertama Danu makan di atas perahu.”
Mereka menikmati soto banjar. Setelah makan, mereka berfoto bersama dgn latar pasar apung. Setelah puas, mereka kembali ke dermaga. Beberapa menit kemudian, Danu & keluarga sudah hingga di dermaga. Paman mengeluarkan uang sewa jukung. Kemudian, mereka naik ke daratan.