Perkonomian Philipina:
Filipina adalah negara agraris. Sekitar 45 persen wilayah darat negara Filipina dimanfaatkan selaku lahan pertanian. Sebagian besar penduduk Filipina bermata pencaharian sebagai petani. Hasil pertanian utama, antara lain pisang, jeruk, kelapa, kopi, tembakau, & tebu. Tanaman pangan utama ialah padi & jagung. Hasil ternak utama yakni sapi perah. Hasil tambangnya khususnya emas, perak & tembaga. Hasil industri utamanya ialah tekstil, kertas, & gula.
Keadaan geografis Filipina nyaris sama dgn kondisi geografis Indonesia. Hasil perkebunan & pertaniannya pun nyaris sama. Petani yaitu mata pencaharian yg didapatkan di Filipina & Indonesia. Banyak sekali petani yg sukses & berhasil. Ayo, kita baca kisah salah satu petani di Indonesia yg berhasil.
Ayo Membaca
Bacalah teks bacaan di bawah ini!
Kisah Petani Cabai Sukses, Untungnya Menggiurkan
Jawa Pos.org – Pensiun dr pekerjaan sebagai aparatur sipil Negara (ASN) tak membuat Imam Kusno berhenti berupaya untuk hidupnya. Pria yg sebelumnya berstatus guru ini justru berhasil bertani cabe. Hasilnya bahkan melampaui penghasilan tetapnya tiap bulan. Berikut kisahnya.
Sudah 4 tahun ini Imam bergelut dgn flora cabe lokal. ia menanam komoditas yg kini harganya selangit itu di atas tanah seluas sekitar 1 hektare di Desa Natai Raya, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), Kalimantan Tengah.
Dalam satu tahun, Imam mengaku bisa menjangkau untung hingga Rp 100.000.000,00 dgn masa dua kali panen. Itu dilakoninya sendiri tanpa dibantu petani lainnya. Harga cabe yg semakin mahal membuat penghasilannya bertambah. Harga cabai saat ini sekitar Rp150.000,00 per kilogram.
”Yang kita tanam ini cuma seperempat hektare, sekitar lima batang saja. Kalau pakai tenaga sendiri cuma Rp3.000,00 per batang ongkos perawatan hingga masa panen,” ujar Imam, Senin (20/2) ketika dikunjungi di kebun cabe miliknya.
Menurut Imam, bertani cabai seperti merawat bayi. Harus bersungguh-sungguh & tak boleh dibiarkan begitu saja. Tatkala dipanen, para pedagang yg tiba mengambil cabe ke rumahnya. ia menjual sebesar Rp125.000,00 per kilogram.
”Tergantung mutu bibitnya, umumnya harga normal dulu sebelum naik Rp20.000,00 hingga Rp40.000,00 per kilogramnya,” ungkapnya.
Imam menuturkan, penyebab harga cabe naik di pasaran ialah cuaca yg tak menentu. Hal itu menyebabkan beberapa penyakit cabai, seperti jamur, hama, & yang lain mudah menyerang. Hal yg ditakutkan petani cabai ialah apabila hujan siang hari alasannya jamur akan bermunculan. Karena itu, setelah hujan, flora cabai mesti disemprot.