Karena si bungsu terus merengek, Putri Tangguk pun menetapkan untuk menanak nasi. Namun, Putri Tangguk kembali terkejut tatkala mendapati beras yg ia simpan dlm kaleng pula menghilang.
”Ke mana perginya beras itu? Aku ingat masih banyak beras di sini sebelumnya. Jangan-jangan ada orang yg mencurinya,” kata Putri Tangguk.
Kemudian, Putri Tangguk membujuk anak bungsunya untuk tidur. Besok ia berencana untuk menumbuk padi yg disimpan di lumbungnya.
Pagi harinya Putri Tangguk kagetmendengar teriakan suaminya.
”Istriku…istriku…cepat kemari,” teriak suami Putri Tangguk. Putri Tangguk secepatnya berlari menemui suaminya. Ia menghampiri suaminya yg berada di depan pintu lumbung. Ia pun mengajukan pertanyaan pada suaminya.
”Ada apa suamiku?” tanya Putri Tangguk dgn khawatir.
”Aku tak tahu, istriku. Lumbung ini sudah kosong ketika gue membukanya,” jawab suami Putri Tangguk.
Putri Tangguk & suaminya bergegas menilik lumbung yg lain. Betapa terkejutnya mereka tatkala mendapati ketujuh lumbungnya sudah kosong. Putri Tangguk pun menangis.
”Apa yg terjadi padaku? Tadi malam nasi & beras hilang. Sekarang padi di lumbung pun pula ikut menghilang,” jerit Putri Tangguk.
”Jangan cemas, istriku. Bukankah kita masih memiliki sawah. Besok kita ke sawah. Siapa tahu padinya sudah menguning,” hibur suami Putri Tangguk.
Keesokan paginya Putri Tangguk mengikuti suaminya ke sawah dgn khawatir. Setibanya di sawah, tangis Putri Tangguk kian keras karena mendapati sawahnya sudah bermetamorfosis semak belukar.
Putri Tangguk menagis sepanjang hari. Bahkan, ia tak ingin pulang & menunggui sawahnya hingga tertidur. Dalam mimpinya, Putri Tangguk dihadiri segerombolan padi yg dapat mengatakan.
”Hai, Putri Tangguk. Inilah buah dr kesombonganmu. Masih ingatkah kamu-sekalian tatkala mencampakkan kami ke jalan?” tanya padi-padi itu.
”Kau sudah menghina kami. Kau telah menjadikan kami pasir untuk ganjal jalanmu. Kami ini dipanen untuk dikonsumsi, bukan untuk dibuang asal pilih. Dengan mencampakkan kami, bermakna ananda tak memerlukan kami untuk makananmu,” kata padi-padi itu lagi.
Putri Tangguk hanya bisa membisu & tak menjawab. Ia meratapi kebodohannya. Ia pun memohon maaf pada padi-padi itu.
”Tak bisakah kalian memaafkanku? Aku telah meratapi perbuatanku,” kata Putri Tangguk sambil menangis.
”Sekarang kau & keluargamu mesti bekerja keras. Bersihkan sawah ini, bajaklah, lalu tanamlah kami kembali. Setelah tiga bulan, barulah kalian mampu memanen kami kembali,” jawab padi-padi itu.
Ketika Putri Tangguk ingin menjawab, ia tersentak bangun dr tidurnya. Putri Tangguk pun kembali pulang. Kemudian, ia menceritakan mimpinya pada suaminya. Keesokan harinya keluarga Putri Tangguk bergotong royong membersihkan sawah & menanam padi. Ia & keluarganya merawat sawah & mempertahankan padinya dgn baik. Mereka menanti dgn tabah hingga padi yg mereka tanam siap dipanen. Putri Tangguk pula berjanji tak akan menyia-nyiakan sebutir padi pun hasil panen dr sawahnya.