“Ini, Bang, uangnya!” kata anak muda sambil menyerahkan uang dua puluh ribuan.
“Sebentar, Mas, uang kembaliannya!” Harno bergegas mencari lalu memberikan duit kembalian pada anak muda tersebut.
“Bang, bengkel terdekat di tempat ini di mana, ya?” Tanya anak muda pada Harno.
“Paling erat sekitar dua kilometer lagi, Mas!” jawab Harno.
Harno kemudian menerangkan letak bengkel pada anak muda tersebut. Anak muda mengangguk-anggukkan kepala tanda paham dgn penjelasan Harno.
“Mobil milik Mas mogok?” tanya Harno.
“Iya, ini, Bang. Sudah satu jam saya coba memperbaiki sendiri, namun tetap tak bisa menyala mesinnya. Saya hingga merasa lapar, lalu memanggil Abang tadi,” kata anak muda.
“Coba, saya dorong, Mas. Siapa tahu bisa menyala mesinnya. Kalau bisa menyala, Mas bisa menenteng mobil ini ke bengkel terdekat,” undangan Harno.
“Abang mau mendorong kendaraan beroda empat saya?” Tanya si anak muda agak heran.
“Ya, mau tho, Mas. Apa salahnya membantu. Toh, jalan di kota ini datar, tak menanjak mirip di tempat pegunungan,” kata Harno.
“Benar, Bang? Kalau begitu, mari kita coba,” kata anak muda itu dgn gembira.
Harno menjajal mendorong kendaraan beroda empat. Anak muda itu mencoba menyalakan mesin. Harno beberapa kali mendorong mobil & anak muda menyalakan mesin.
Mobil hanya bergerak ke depan beberapa meter. Mobil bergerak lantaran Harno menyampaikan kekuatan dr belakang kendaraan beroda empat. Mobil yg mogok dapat bergerak ke depan beberapa meter karena didorong oleh Harno. Dorongan memengaruhi gerak kendaraan beroda empat. Setelah dicoba berulang kali, alhasil kendaraan beroda empat bisa bergerak maju.
Mesin kendaraan beroda empat menyala. Anak muda & Harno terlihat besar hati.
“Sudah, menyala, Mas. Silakan langsung menuju bengkel,” kata Harno dgn senyum kepuasan.
“Maaf, ini, Bang. Uang sukarela dr saya,” kata anak muda sambil menyerahkan selembar uang.
Harno mengangkat kedua tangannya, “Tidak usah, Mas. Silakan menuju bengkel.”
“Terima kasih, ya, Bang! Terima kasih telah menolong mendorong mobil saya,” teriak anak muda sambil tersenyum gembira.
“Iya, sama-sama,” kata Harno sambil melambaikan tangan.
Harno merasa bahagia & lega. Harno membantu anak muda itu dgn lapang dada. Harno tak menginginkan imbalan dr anak muda tersebut.
“Ting.., ting.., ting.., ting.., bakso, bakso!” Harno kembali memukul mangkuk sambil berteriak menawan calon pembeli.
Harno mendorong gerobaknya perlahan-lahan. Harno berjalan hingga hingga di tanah lapang tepian kampung. Udara sore itu tak begitu panas. Tampak beberapa anak bermain bola di tanah lapang tersebut.
“Ting.., ting.., ting.., ting.., bakso, bakso!” teriak Harno dr tepi tanah lapang.