Kunci Jawaban Tema 8 Kelas 4 SD Halaman 111 114 120 88 89 90 93 94, Subtema 2 Pembelajaran 3

Ki Sapa Wira memang memperlakukan Kyai Dwipangga mirip anaknya sendiri. Tak heran, Kyai Dwipangga amat patuh padanya.

Suatu hari, Ki Sapa Wira tak bisa memandikan Kyai Dwipangga. Ada abses besar di ketiaknya, rasanya ngilu sekali. Badannya pula demam alasannya adalah abses itu. Ia meminta tolong pada adik iparnya, Ki Kerti Pejok, untuk menggantikan memandikan Kyai Dwipangga.

“Kerti, tolong gue ya. Aku betul-betul tak bisa bekerja hari ini,” kata Ki Sapa Wira.

“Tenang Kang, gue niscaya akan membantumu. Tapi tolong beritahu, bagaimana caranya semoga gajah itu berdasarkan padaku? Aku takut bila nanti ia marah & menyerangku,” jawab Ki Kerti Pejok.

“Biasanya kalau ia mulai gelisah, pantatnya gue tepuk-tepuk, kemudian gue tarik ekornya. Nanti ia akan kembali damai & berendam sendiri di sungai. Kau tinggal memandikannya,” terang Ki Sapa Wira.

Ki Kerti Pejok mengangguk-angguk tanda mengetahui. Ia kemudian berangkat ke sungai untuk memandikan Kyai Dwipangga. Sepanjang perjalanan Ki Kerti Pejok mengajak Kyai Dwipangga berbincang-bincang. Ia pula menjinjing buah-buahan selaku bekal dlm perjalanan.

“Gajah gendut, kau mau makan kelapa?” tanyanya sambil melemparkan sebutir kelapa pada Kyai Dwipangga.

Kyai Dwipangga menangkap kelapa itu dgn belalainya. Dengan mudah ia memecah kelapa itu & memakannya.

“Sekarang kau sudah kenyang, kan? Ayo jalan lagi,” kata Ki Kerti Pejok sambil menghantam pantat Kyai Dwipangga.

Sesampainya di sungai, Ki Kerti Pejok melaksanakan tugasnya dgn mudah. Digosoknya seluruh bagian tubuh Kyai Dwipangga sampai bersih & berkilap. Setelah itu mereka pulang ke keraton Mataram. “Kang, hari ini gue sudah melaksanakan tugasku dgn baik. Apa besok Kakang masih memerlukan bantuanku?” tanya Ki Kerti Pejok pada Ki Sapa Wira.

  Kunci Jawaban Tema 4 Kelas 4 Halaman 119 120 121 122 123 124 Pembelajaran 4 Subtema 3

“Jika kau tak keberatan, maukah kau memandikannya sekali lagi? Aku masih demam, sedangkan gajah itu mesti dimandikan saban hari,” jawab Ki Sapa Wira.

“Baik Kang, gue tak keberatan. Toh gajah itu sangat penurut. Kaprikornus, gue tak kesusahan saat memandikannya,” kata Ki Kerti Pejok.

“Terima kasih Kerti, lusa gue niscaya sudah sembuh. Kau akan bebas dr peran ini,” kata Ki Sapa Wira.

Keesokan harinya, Ki Kerti Pejok menjemput Kyai Dwipangga. Pagi itu hujan turun rintik-rintik, tapi tampaknya tak akan bertambah deras. Di sungai Ki Kerti Pejok bimbang karena dilihatnya air sungai sedang surut.

“Wah, airnya dangkal sekali. Mana mampu gajah ini berendam? Aku sendiri saja tak bisa, terlebih gajah yg besar?” pikirnya dlm hati.

“Gajah gendut, kita cari sungai yg lain saja. Sungai ini dangkal, kau tak akan bisa berendam di sini.