Kunci Jawaban Tema 5 Kelas 5 Halaman 85 86 87 89, Subtema 2 Pembelajaran 5

Cara penularan cacing gelang yakni bisa menular dr manusia ke manusia lagi lewat makanan yg dipegang dgn tangan yg kotor & tak tersadar kebersihanya. Bisa pula disebabkan oleh lalat yg terkontaminasi telur cacing yg hinggap pada makanan kita, yg kemudian tertelan & masuk kedalam perut. Cacing tambang pada usus manusia mengkonsumsi sari masakan yg terdapat di sana. Sehingga menyebabkan insan tersebut kekurangan gizi. Cacing tambang mendapat untung karena mendapatkan kuliner dr manusia, sedangkan manusianya mengalami kerugian lantaran sari makanannya diambil.

Beni : “Alam memang hebat, ya, Lan. Bayangkan saja di alam terdapat bermacam-macam interaksi antarmakhluk hidup yg terdapat di alam.

” Lani : “Betul, Ben. Demikian luar lazimnya alam ini, tak jarang manusia membuat alam selaku sumber ilham dlm sebuah karya seni, contohnya tarian.

” Beni : “Kebanyakan tarian tradisional kita memang mengambil alam sebagai sumber inspirasinya. Aku menemukan artikel perihal satu tarian yg berasal dr Mentawai, Sumatra Barat. Menarik sekali untuk disimak. Kita baca, yuk!”

Kunci Jawaban Halaman 89

Ayo Membaca

Alam dlm Tarian

Alam tak dapat dipisahkan dr kehidupan penduduk Suku Mentawai yg tinggal di Pulau Nias, Sumatra Utara. Selain menjadi sumber kehidupan, alam memperlihatkan inspirasi seni. Alam selaku wangsit seni mampu dilihat dr tarian tradisional mereka yg diberi nama Turuk Langgai. Dalam tarian ini, penari menirukan aneka gerak hewan mirip unggas, kelinci, & monyet. Tarian ini biasanya ditarikan sebagai penutupan prosesi pengobatan yg dijalankan oleh jago pengobatan tradisional Suku Mentawai. Tujuan tarian ini ialah menunjukkan penghiburan pada si sakit semoga segera sembuh.

  Kunci Jawaban Tema 9 Kelas 5 Halaman 20 21 23 24 25, Subtema 1 Pembelajaran 3

Tarian ini ditarikan oleh beberapa Sikerei. Seorang mahir pengobatan yg memimpin upacara ini. Sikerei mengenakan dekorasi kepala berbentukmanik-manik & bulu unggas & memegang dedaunan. Beberapa dedaunan diselipkan di belahan belakang tubuhnya menyerupai ekor. Dengan diiringi tuddukat, gendang tradisional, Sikerei lalu berjingkat-jingkat sambil membungkukkan badan. Kepalanya menengadah ke atas sambil mengepakkan daun di tangan. Kakinya menghentak papan lantai menghasilkan suara ritmis yg terencana. Keduanya berputar-putar berkeliling, seringkali saling memburu atau berjajar berhadapan. Lengkingan keluar dr lisan Sikerei. Dalam temaram lampu petromak, bayangan para Sikerei yg menari jatuh di dinding, terlihat hidup seperti dua ekor burung menari di alam bebas.