Kunci Jawaban Tema 4 Kelas 6 Halaman 143 144 145, Subtema 4: Aku Cinta Membaca, Cinta yang Membawa Sepatu Mendunia

“Memang lama sekali prosesnya, namun kami puas, alasannya adalah bisa menjaga mutu.”

Ketika dipasarkan, di luar dugaan koleksi pertama Nilou pribadi sukses menembus pasar sepatu di Perancis. Pesanan pun membanjir. Hingga 4.000 pasang. Pada tahun 2004, Ni Luh mendapatkan perjanjian outsource dr jaringan ritel Topshop yg berpusat di Inggris. Pintu perdagangan ke Eropa kian terbuka lebar.

Di tahun yg sama, Nilou mendapat ajuan dr seorang warga Negara Australia yg berhasrat menjadi distributor di Negeri Kanguru.

Nilou semakin populer. Sepatu ‘Made in Bali’ ini dipajang di ratusan etalase di 20 negara di dunia. Jika pada mulanya Niluh hanya mampu memproduksi 3 pasang sepatu dlm sebulan, sehabis merambah ke pasar dunia, Nilou mempunyai kapasitas bikinan hingga 200 pasang sepatu per bulan. Berawal dr dua karyawan tukang sepatu, sekarang Nilou dibantu oleh 22 karyawan & 3 ajudan doktrin. Jika toko pertamanya berskala sempit, bertemakusam, & berdinding anyaman bambu, maka Nilou telah berkembang pesat, dgn 36 butik di 20 negara.

Pada tahun 2007, di tengah kesuksesannya, Niluh mendapat usulan dr distributor di Australia & Perancis untuk melebarkan sayap. Mereka meminta kesempatan kolaborasi untuk memproduksi Nilou dengan-cara massal di Cina dgn iming-iming sejumlah besar saham.

Dengan tegas, Niluh menolak ajuan itu. ia tak ingin cintanya yg menempel setiap pasang sepatu yg dihasilkan dr workshop-nya tergantikan oleh mesin yg menciptakan ribuan sepatu yg sama persis, satu dgn lainnya. “Saya tak mau apa yg dibina dr nol & dibentuk dr kecintaan saya serta tukang-tukang pengrajin, dibawa ke luar negeri. Berkah dr kecintaan saya ini ialah titipan Tuhan yg mesti saya kembalikan pada para pengrajin & negara saya,” kilas Niluh.

  Kunci Jawaban Tema 9 Kelas 6 Halaman 26 28 29 30 33 34 35 37 38, Subtema 1 Pembelajaran 3

Namun, yg terjadi setelah itu bagaikan pil pahit. Label Nilou yg sudah mendunia ternyata didaftarkan pihak lain. Hubungan perjuangan Niluh dgn rekan-rekan di dunia internasional pecah.

“Mereka tetap jalan dgn mass production bermerek Nilou, berbasis di Cina,” ujar Niluh. Hal terberat mesti dilakukan oleh Niluh, yakni membunuh Nilou, merek yg lahir & tumbuh dr cintanya.

Niluh kembali ke diam-diam dgn berfokus memproduksi sepatu untuk desainer asing. “Berat? Sudah niscaya. Namun saya yakin bahwa yg saya bunuh yaitu sekedar merek,bukan cinta saya. Mesin jahit tetap jalan, para pengrajin tetap bisa berkarya bersama saya, itu hal terpenting buat saya. Hal lain bisa diperjuangkan”.

Cinta & semangat juang Niluh membawanya cepat bangkit. Pada permulaan tahun 2008, ia memulai lagi bisnisnya dgn memproduksi sepatu bermerek “Niluh Djelantik”, yg langsung dipatenkan untuk menghindari masalah yg usang terulang. Sekarang, merek Niluh Djelantik sudah berkibar kencang di dunia, bahkan di kalangan para selebriti.