Kumpulan Puisi Bulan Pendekar

Pahlawanku

Engkau berperang tak kenal letih
Merebut kemerdekaan dari penjajah
Walaupun mesti meregang nyawa
Abdi baktimu terkenang sepanjang kala

Hanya dengan bambu runcing
Mampu melawan gempuran angin
Sayup sayap menyusup
Merebut kembali tanah air

Berperang bermodalkan semangat
Takkan hancur walau diterpa peluru
Hujan peluru bertebaran
Demi satu kemerdekaan

Menyerang dari mana saja
Menghancurkan amunisi penjajah
Walau kita kalah senjata
Tapi penjajah lah yang angkat kakinya.

Harapan Pejuang

Berangkat untuk berperang
Membawa Perlengkapan seadanya
Masuk ke hutan rimba
Porak porandakan penjajah

Hari berganti hari
Perang tak kunjung berhenti
Bernafas bareng rentetan tembakan
Tidur dengan kewaspadaan

Merdeka! Atau mati di tanah
Semboyan yang tak berubah
Demi tanah air tercinta
Walaupun nyawa taruhannya

Siap siaga dan waspada
Musuh mampu datang kapan saja
Artileri siap menghancurkan
Infanteri siap menghadang

Di tengah perperangan

Tak kenal air dan darah
semuanya sama saja
Tak kenal mengalah
Demi sang saka

Berperang menyusup ke garis lawan
Merebut satu per satu
Ambil alih tahta kita!
Rebut kembali tanah air kita!

Ribuan pejuang bertebaran
Ribuan peluru menghujani
Maju! Walaupun nyawa taruhannya
Demi periode depan belum dewasa kita

Prajurit di garis depan
Ribuan Tank menghadang
Pesawat pun memuntahkan peluru
Artileri menambahkan suara ledakan

Duarr!! Dor!! Der!! Hancurlah semua
Menyisakan debu dan arang
Terbakar dan menyisihkan puing puing
Manusia pun kembali menjadi tanah.

Merdekalah Bangsaku

Suatu hari ditengah perperangan
Kami bersumpah
Akan mengusir penjajah
Sekalipun hanya tinggal nama

Cerita kelamnya abad itu
Hanya makan daun daun di hutan
Mandi pun jarang
Tidur bersama binatang buas di hutan

  Puisi Ibu Tercinta Yang Menjamah Hati

Totalitas tanpa batas
Demi merah putih
Demi Ibu Pertiwi
Demi sang buah hati

Sosok yang tak dikenal
Yaitu ribuan serdadu perang
Bertebaran tanpa dimakamkan
Tergeletak di erat perpohonan

Itulah para satria kita
Yang mengabdi tanpa dikenal
Yang mati tanpa mendapat upah
Hanya demi kemerdekaan bangsa

10 November

Penjajah mulai bergerak
Dengan perlengkapan yang lengkap
Kapal kapal mengeluarkan Tank nya
Musuh mulai menembakkan pelurunya

Pesawat yang terbang mengitari
Mengeluarkan bom yang banyak
Menghancurkan pejuang pejuang bangsa
Menghancurkan semua gedung dan rumah

Hari itu, 10 November
Awan biru berubah menjadi merah
Air berubah menjadi darah
Hari kelabu malam berlalu

Menyisakan sisa tangisan darah
Bernafas saja pun sesak
Depresi menyaksikan seluruhnya
Kelamnya hari itu.
Kan terkenang selamanya.