Kumpulan Hadits Tentang Berbakti Kepada Orang Tua (Ibu dan Ayah)

Kali ini akan dibahas kumpulan hadits tentang berbakti pada orang tua (Ibu & Ayah) dlm bahasa arab & artinya. Sebagai seorang muslim, penting kiranya untuk memahami bagaimana sikap & cara kita berinterakti dgn kedua orang bau tanah kita.

Orang bau tanah yakni ibu & bapak yg sudah merawat & menjaga kita dr kecil hingga remaja. Orang bau tanah senantiasa mencurahkan kasih sayangnya & pengorbanan mereka tiada terkira & bahkan tak mampu tergantikan. Ibu kitalah yg mengandung kita selama 9 bulan lamanya. Ayah kita bekerja mencai nafkah untuk kita ketika masih kecil. karena itu lah sudah sepantasnya kita selaku seorang anak untuk menyayangi & mengasihi kedua orang tua.

Islam sendiri mengharuskan kita sebagai anak untuk taat & berbakti pada ibu & bapak kita. Apapun yg mereka perintahkan pada kita (selama bukan kemasiatan), maka haruslah kita taat & patuh. Taat pada orang renta akan menjinjing kita ke dlm syurga.

Namun sebaliknya, siapapun anak yg berani kurang bimbing & durhakan pada kedua orang tuanya, maka ia diancam dgn neraka jahannam. Hal ini dikarenakan durhaka pada orang bau tanah tergolong dosa besar & akan mendapatkan marah dr ALLAH SWT.

Dalil perihal berbakti & durhaka pada kedua orang bau tanah ini banyak diterangkan dlm ayat ayat suci Al-Alquran & hadist hadits Rasulullah SAW. Banyak sekali hadits perihal orang tua dimana isinya menerangkan bagaimana kita harus berbakti pada orng renta & dihentikan untuk membangkang & durhaka kepadanya.

Disebutkan pula ganjaran bagi anak yg berbakti & bahaya bagi anak yg durhaka. Berbakti & berbuat baik pada orang tua bisa dgn cara mengasihi mereka, menghormati, mendoakan & berbuat baik kepadanya.

Kali ini akan dibahas kumpulan hadits tentang berbakti pada orang tua  Kumpulan Hadits Tentang Berbakti Pada Orang Tua (Ibu & Ayah)

Maka dr itulah, bagi yg ingin menjadi anak yg birrul walidain, yaitu anak yg berbakti pada orang tuanya, maka hendaknya melihat apa yg sudah disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW di dlm hadist hadits berbakti pada orang renta.

Dan eksklusif saja, untuk lebih jelasnya mengenai kewajiban berbakti pada orang renta, simak berikut ini daftar kumpulan hadits tentang berbakti pada orang renta lengkap dlm bahasa arab & arti/terjemahan Indonesianya.

Hadits Tentang Berbakti Pada Kedua Orang Tua

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي قَالَ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أَبُوكَ
.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata; “Seorang pria tiba kepa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sambil berkata; “Wahai Rasulullah, siapakah orang yg paling berhak gue berbakti kepadanya?” Beliau menjawab: “Ibumu.” ia mengajukan pertanyaan lagi; “Kemudian siapa?” Beliau menjawab: “Ibumu.” ia bertanya lagi; “Kemudian siapa lagi?” Beliau menjawab: “Ibumu.” ia bertanya lagi; “Kemudian siapa?” Beliau menjawab: “Kemudian ayahmu.” (HR. Bukhari & Muslim)

‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, mengatakan:
سَأَلْتُ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – أَىُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ قَالَ « الصَّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا » . قَالَ ثُمَّ أَىُّ قَالَ « ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ » .قَالَ ثُمَّ أَىّ قَالَ « الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ » . قَالَ حَدَّثَنِى بِهِنَّ وَلَوِ اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِى
“Aku bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Amal apakah yg paling dicintai oleh Allah ‘azza wa jalla?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Shalat pada waktunya’. Lalu gue mengajukan pertanyaan, ‘Kemudian apa lagi?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan, ‘Kemudian berbakti pada kedua orang tua.’ Lalu gue mengatakan, ‘Kemudian apa lagi?’ Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Berjihad di jalan Allah’.”
Lalu Abdullah bin Mas’ud menyampaikan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengumumkan hal-hal tadi kepadaku. Seandainya gue mengajukan pertanyaan lagi, pasti beliau akan menambahkan (jawabannya).” (HR. Bukhari & Muslim)

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَلاَ أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ ؟) ثَلاَثًا، قَالُوْا : بَلىَ يَا رَسُوْلَ اللهِ قَالَ : ( الإِشْرَاكُ بِاللهِ وَعُقُوْقُ الْوَالِدَيْنِ ) وَجَلَسَ وَكَانَ مُتَّكِئًا ( أَلاَ وَقَوْلُ الزُّوْرُ ) مَا زَالَ يُكَرِّرُهَا حَتىَّ قُلْتُ لَيْتَهُ سَكَتَ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apakah kalian mau kuberitahu mengenai dosa yg paling besar?” Para sahabat menjawab, “Mau, wahai Rasulullah.” Beliau kemudian bersabda, “(Dosa paling besar ialah) mempersekutukan Allah & durhaka pada kedua orang renta.” Beliau mengucapkan hal itu sambil duduk bertelekan [pada tangannya]. (Tiba-tiba dia menegakkan duduknya & berkata), “Dan pula ucapan (sumpah) imitasi.” Beliau mengulang-ulang perkataan itu sampai saya berkata (dalam hati), “Duhai, seandainya dia diam.” (HR. Bukhari & Muslim)

ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لَهُنَّ لاَ شَكَّ فِيْهِنَّ دَعْوَةُ الْمَظْلُوْمِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْوَالِدَيْنِ عَلىَ وَلَدِهِمَا
“Ada tiga jenis doa yg mustajab (terkabul), tak disangsikan lagi, yakni doa orang yg dizalimi, doa orang yg bepergian & doa kejelekan kedua orang renta pada anaknya.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi & Ibnu Majah)

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُمَدَّ لَهُ فِي عُمْرِهِ وَأَنْ يُزَادَ لَهُ فِي رِزْقِهِ فَلْيَبَرَّ وَالِدَيْهِ وَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Siapa yg suka untuk dipanjangkan umur & disertakan rizki, maka berbaktilah pada orang renta & sambunglah tali silaturahmi (dengan saudara).” (HR. Ahmad)

عَنْ عَبْدُ الله بن عَمْرٍو رضي الله عنهما قال قال رسولُ الله صلى الله عليه وسلم: رِضَى اللهُ فى رِضَى الوَالِدَيْنِ و سَخَطُ الله فى سَخَطُ الوَالِدَيْنِ ( اخرجه الترمذي وصححه ابن حبان والحاكم)
“Dari Abdullah bin ‘Amrin bin Ash r.a. ia berkata, Nabi SAW sudah bersabda: “ Keridhoaan Allah itu terletak pada keridhoan orang bau tanah, & marah Allah itu terletak pada murka orang bau tanah”. (HR. Tirmidzi)

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ سُفْيَانَ وَشُعْبَةَ قَالَا حَدَّثَنَا حَبِيبٌ قَالَ ح و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ كَثِيرٍ أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ عَنْ حَبِيبٍ عَنْ أَبِي الْعَبَّاسِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ قَالَ رَجُلٌ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُجَاهِدُ قَالَ لَكَ أَبَوَانِ قَالَ نَعَمْ قَالَ فَفِيهِمَا فَجَاهِدْ
Telah menceritakan pada kami [Musaddad] sudah menceritakan pada kami [Yahya] dr [Sufyan] & [Syu’bah] keduanya berkata; sudah menceritakan pada kami [Habib] ia berkata. Dan diriwayatkan dr jalur lain, telah menceritakan pada kami [Muhammad bin Katsir] telah mengabarkan pada kami [Sufyan] dr [Habib] dr [Abu Al ‘Abbas] dr [Abdullah bin ‘Amru] ia berkata; seorang laki-laki berkata pada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam; “Saya hendak ikut berjihad.” Beliau lalu bersabda: “Apakah ananda masih memiliki kedua orang tua?” ia menjawab; “Ya, masih.” Beliau bersabda: “Kepada keduanya lah ananda berjihad.”

إِنَّ أَبَرَّ الْبِرِّ صِلَةُ الْوَلَدِ أَهْلَ وُدِّ أَبِيهِ 
“Sesungguhnya kebajikan terbaik yakni tindakan seorang yg menyambung relasi dgn kolega ayahnya.” (HR. Muslim)

Ada suatu kisah, yakni seseorang dr Bani Salamah mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia mengajukan pertanyaan:
يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلْ بَقِيَ مِنْ بِرِّ أَبَوَيَّ شَيْءٌ أَبَرُّهُمَا بِهِ بَعْدَ مَوْتِهِمَا قَالَ نَعَمْ الصَّلَاةُ عَلَيْهِمَا وَالِاسْتِغْفَارُ لَهُمَا وَإِنْفَاذُ عَهْدِهِمَا مِنْ بَعْدِهِمَا وَصِلَةُ الرَّحِمِ الَّتِي لَا تُوصَلُ إِلَّا بِهِمَا وَإِكْرَامُ صَدِيقِهِمَا
“Wahai Rasulullah, apakah masih ada cara berbakti pada kedua orang tuaku sesudah keduanya meninggal?” Beliau menjawab,”Ya, dgn mendoakannya, memintakan ampun untuknya, melaksanakan janjinya (wasiat), menyambung silaturahmi yg tak bisa disambung kecuali melalui jalan mereka berdua, & memuliakan teman-temannya”. [HR Abu Dawud].

جَاءَرَجُلٌ الِرَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْتَأْذِنُهُ فِى الْجِهَادِ.فَقَالَ:اَحَيٌّ وَالِدَاكَ؟ قَالَ:نَعَمْ،قَالَ فَفِيْهِمَافَجَاهِدْ (رواه مسلم)
Artinya: “Seseorang laki-laki datang pada Nabi SAW minta izin hendak ikut jihad (berperang). Tanya Nabi SAW kepadanya, Apakah kedua orang tuamu masih hidup? Jawab orang itu, Masih! Sabda beliau, Berbakti pada keduanya yakni jihad.” (HR. Muslim)
اَقْبَلَ رَجُلٌ اِلَى نَبِيِّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: اُبَايِعُكَ عَلَى الْهِجْرَةِوَالْجِهَادِاَبْتَغِى الْاَجْرَمِنَ اللهِ قَالَ: فَهَلْ مِنْ وَالِدَيْكَ اَحَدٌحَيٌّ؟ قَالَ: نَعَمْ بَلْ كِلَاهُمَا،قَالَ: فَتَبْتَغِى الْاَجْرَمِنَ اللهِ؟ قَالَ: نَعَمْ، قَالَ: فَارْجِعْ اِلَى وَالِدَيْكَ فَاَحْسِنْ صُحْبَتَهُمَا. (رواه البخارى)
Artinya:”Seorang laki-laki tiba menghadap Rasulullah SAW, kemudian ia berkata: Aku bai’at (berjanji setia) dgn Anda akan ikut hijrah & jihad, sebab gue menginginkan pahala dr Allah. Tanya Nabi SAW, Apakah orang tuamu masih hidup? Jawab orang itu, Bahkan keduanya masih hidup. Yanya Nabi SAW, Apakah ananda menginginkan pahala dr Allah? Jawabnya, Ya! Sabda Nabi SAW, Pulanglah ananda pada kedua orang tuamu, lalu berbaktilah pada keduanya sebaik-baiknya!” (HR. Bukhari)
عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: رَغِمَ اَنْفُ ثُمَّ رَغِمَ اَنْفُ ثُمَّ رَغِمَ اَنْفُ قِيْلَ: مَنْ يَارَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: مَنْ اَدْرَكَ اَبَوَيْهِ عِنْدَ الْكِبَرِاَحَدُهُمَااَوْكِلَيْهِمَافَلَمْ يَدْخُلِ الْجَنَّةَ (رواه مسلم)
Artinya: “Dari Nabi SAW sabdanya: ia celaka! ia celaka! ia celaka! Lalu ia ditanya orang, Siapakah yg celaka, ya Rasulullah? Jawab Nabi SAW, Siapa yg mendapati kedua orang tuanya (dalam usia lanjut), atau salah satu dr keduanya, namun ia tak berupaya masuk nirwana (dengan merawat orang tuanya sebaik mungkin).” (HR. Muslim)

عن عبد الله بن عمر ورضى الله عنهما قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ان من اكبر الكبا ئر ان يلعن الر جل والديه . قيل رسول الله.و كيف يلعن لر جل والديه ؟ قا ل: يسب الرجل ابا لرجل فيسب أبا لرجل فيسب أبا ه و يسب ( أخر جه امام بخاري)
Artinya: “ dr Abdullah bin ‘amr bin al-ash ia berkata, Rasulullah Saw telah bersabda: “ diantara dosa-dosa besar yakni seseorang memaki kedua orang tuanya. “ para kawan dekat mengajukan pertanyaan: “ Wahai Rasulullah, apakah ada seseorang yg memaki kedua orang tuanya?” Beliau menjawab: “ Ya, apabila seseorang menghujat ayah orang lain, kemudian orang itu membalas memaki ayahnya kemudian ia memaki ibu orang lain, & orang itu menghujat ibunya. (H.R. Bukhari)

مَا مِنْ ذَنْبٍ أَجْدَرُ أَنْ يُعَجِّلَ لِصَاحِبِهِ الْعُقُوْبَةَ مَعَ مَا يَدَّخِرُ لَهُ مِنَ الْبَغِى وَقَطِيْعَةِ الرَّحِمِ
”Tidak ada dosa yg lebih patut untuk disegerakan kesudahannya bagi para pelakunya (di dunia ini) – berikut dosa yg disimpan untuknya (di akhirat) – daripada perbuatan melampaui batas (kezhaliman) & memutus silaturahmi (dengan orang bau tanah & saudara).” (HR. Abu Daud, Ibnu Majah & Tirmidzi)

أَطِعْ أَبَاكَ مَا دَامَ حَيًّا وَلاَ تَعْصِهِ
“Taatilah ayahmu selama ia hidup & selama tak diperintahkan untuk bermaksiat.” (HR. Ahmad)

عن المغيرة بن شعبة قال النبي صلى الله عليه وسلم : ان الله حرم عليكم عقوق الامهات ووأد البنات ومنع وهات وكره لكم قيل وقال وكثرة السؤال واضاعة المال (اخرجه البخاري)
“Dari Al-Mughirah bin Syu’ban r.a. ia berkata, Nabi Saw sudah bersabda: “Sungguh Allah ta’ala mengharamkan kalian durhaka pada ibu, menolak kewajiban, meminta yg bukan haknya & mengubur hidup-hidup anak wanita. Allah pula membenci orang yg banyak bicara, banyak pertanyaan & menyia-nyiakan harta.” (H.R.Bukhari).

Demikianlah kumpulan hadits ihwal berbakti pada orang tua lengkap bahasa arab & artinya. Semoga semua hadits perihal orang renta diatas bisa berguna & menimbulkan kita sebagai anak yg senantiasa melaksanakan keharusan pada ayah & ibu kita dgn cara taat & berbakti kepadanya. Wallahu a’lam.