Berbicara wacana fitrah kita-kita, dasarnya memang tak lepas dari desain perihal asal mula fenomena kita-kita itu sendiri. Mengetahui asal kejadiannya yakni hal yng Amat penting bagi setiap kita-kita. Hal ini dikarenakan pengetahuan yang sudah di sebutkan yaitu titik tolak dalam menetapkan pandang-an hidupnya. Manusia yng tak mengerti asal kejadiannya akan mengalami kesulitan dalam memilih pandang-an hidupnya. Oleh lantaran itu, pada kesempatan di artikel ini kita akan membicarakan ihwal desain fitrah kita-kita dalam perspektif agama islam.
Secara etimologis, fitrah berasal dari perumpamaan arab “fathara” yng bersinonim yang dengannya perumpamaan “khalaqa” serta “ansyaa” yng memiliki arti mencipta. Di dalam Al-Quran, penggunaan tiga ungkapan ini membuktikan makna ataupun pemahaman membuat sesuatu yng sebelumnya belum ada yng memerlukan penyempurnaan.
Istilah fitrah dalam Al-Alquran terdapat dalam surat Ar-Rum ayat 30 yng pengertiannya:
“ Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah membuat insan berdasarkan fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; namun kebanyakan insan tidak mengetahui. ”
Secara lazim, para pemikir muslim cenderung memaknai fitrah menjdai kesempatankita-kita bagi atau mampu juga dikatakan untuk beragama tauhid. Al-Jarkasyi memakanai fitrah menjdai dogma bawaan yng sudah diberikan Allah semenjak kita-kita masih berada dalam rahim. Sebab dalam pandang-an islam, kita-kita dasarnya memang dilahirkan dalam kondisi suci, di mana selanjutnya kesucian ini diketahui yang dengannya istilah fitrah.
Sedangkan Muhammad bin Asyur, sebagaimana bersumber Quraish Shihab mendefinisikan fitrah menjdai berikut:
“Fitrah ialah bentuk lain dari sistem yang diwujudkan Allah pada setiap makhluk. Sedangkan fitrah yang berhubungan dengan manusia yaitu apa yang diciptakan Allah pada insan yang berhubungan dengan kemampuan logika dan jasmaninya.”