close

Konflik Identitas, Masyarakat Tionghoa, Jawa, Batak Pada Tamat Kehidupan Dan Agama

Pengenalan budaya, melibatkan makna akan identitas suatu insan dalam abjad insan yang bermacam-macam. Hal ini memang berlawanan dengan aspek pengertian persolaan budaya dan agama, tetapi ada insan yang melibatkan dalam suatu kehidupan sosial budaya di penduduk dengan identitas diri mereka, selaku manusia tidak beradab tentunya hal ini pada masyarakat Batak, dan Tionghoa (djan, kampus, 2009).

Jelas sekali, bagaimana kehidupan mereka dalam arti insan selaku bab dari kehidupan beragama, pengenalan budaya telah dilakukan pada kala ke 17 sebelum Indonesia merdeka, dan dilangsungkan dengan adanya penyebaran agama (baptisan) di banyak sekali Negara, termasuk di Kalimantan Barat, Indonesia.

Masyarakat Desa, terlebih dahulu mengenal agama sebagai bab dari misi pembangunan di Kalimantan (Nasrani). Hal ini jelas dengan bantuan dalam misi pembiara umat insan dengan keterlibatan daya budaya di penduduk , yang memang berada pada keadaan aspek budaya suatu masyarakat.

Tetapi, terperinci sekali pengenalan agama yang mereka terapkan pada kehidupan yaitu dengan berperan pada faktor ekonomi terang, pada masyarakat Tionghoa menggunakan atau memanfaatkan agama Katolik dan Katolik dalam kehidupan mereka pada agama Islam di Indonesia.

Hal ini jelas kuat pada masyarakat suku Jawa, dan Batak serta Dayak bagaimana mereka berkembang dan berkembang pada penduduk biadab. Suatu pengalaman yang mempesona ialah, contohnya saat orang Jawa (sahabat, Katolik) melibatkan sebilah pisau dalam diri saya) hal ini terperinci dengan faktor dogma yang dipraktekkan oleh mereka, di gereja katedral (orang muda), tidak jauh berlawanan dengan kepala pelontosnya itu.

Orang mirip itu, jelas sekali dengan faktor iktikad dan aneka macam karakteristik yang mereka terapkan di penduduk , dengan sangat terperinci maka akan dimengerti dengan seksualitas yang mereka ciptakan ketika ini. 

  Agama Dan Budaya, Pada Tatatan Kehidupan Sosial

Potensi konflik yang mereka ciptakan diberbagai lingkungan sekolah, pendidikan, perkantoran, organisasi telah terperinci dengan apa yang menjadi tugas mereka di penduduk dikala ini, utamanya di metode pendidikan katolik, Orang Batak (Silaban) dan Orang Jawa itu (cicilia, 2011), suatu pengalaman saat berkerja di (Pontianak Institute) itu, tidak baik.

Suatu pengalaman dalam pergaulan mereka kepada tindakan yang dikerjakan mereka, tentunya menghapus Tuhan bahkan menberhalakan Tuhan dalam setiap aktivitas mereka. Konflik itu juga diciptakan, yaitunya hebat kriminal orang Batak (Malau, Siregar (Nasrani) dan Sentot (Islam). 

Dugaan dalam pertentangan yang ada ditempat itu, Orang Dayak (Martin), dan Sihombing (dalam perkampungan, Pontianak), Kalimantan Barat pastinya mereka melaksanakan langkah-langkah itu secara kolektif, dan bersembunyi dibalik bangunan gereja (agama), dan profesi (peneliti, dosen, dokter, dan guru), itu orang Indonesia  (Katolik & Islam) kini ini.

Dengan rasa aib itu juga, sekarang berada pada hidup berdampingan seperti antar umat beragama dengan rasa tidak bersalah, terhadap institusi, agama, dan Negara dalam kehidupan mereka. Jelas pertentangan yang diciptakan oleh mereka, dengan Orang Melayu di Pontianak ini, dan pinjaman dari DKI Jakarta, orang-penduduknya.

Ragam budaya Indonesia, menjadi bagian dari ketidakbertahan setiap insan untuk memahami dengan aneka macam problem sosial dan budaya yang mereka ciptakan saat ini. Bagaimana orang Indonesia membuat genetika untuk berasmilasi budaya, jelas dalam hal ini dengan uang, dan utang,serta aset agar dapat berasimilasi dengan Orang (Biasa) Batak & Tionghoa Biadab, pada sistem budaya mereka. 

Hal ini terperinci menerima pemberian dari Presiden RI, Jokowi ( Kader Politik, PDI Perjuangan & Golkar, Nasdem, Demokrat) kepada kebiadaban mereka sebagai orang yang memang takut akan Tuhan, dengan adanya politik seksualitas (Siregar), dan ahli budaya, tetapi tidak berefek pada Eropa (agama), 2016, atau berlindung atas partai politik, dan organisasi agama terang sekali ada (Organisasi Pemuda Nasrani, Indonesia).

  Posisi Islam, Serta Anti Kristen, Bagaimana Katolik ?

Kenapa demikian, menjadi temuan dalam hal ini jika tidak patuh misalnya maka tata cara ekonomi yang dilibatkan dengan ditiadakan. Hal ini menjadi penting bahwa orang bau tanah, melakukan hal itu bagi-bagi bawah umur mereka, bahkan akan menanyakan, sudah makan ? bahasa mirip itu, artinya intimidasi dalam suatu lingkungan keluarga sudah diciptakan (djan atau jan).

Meskipun akan paham betul sebagal bentuk kejahatan agama sepanjang sejarah dari hal ini yang diamanatkan Negara. Hal ini muncul dengan adanya hak-hak masyarakat dengan konflik yang dibuat sehingga timbul adanya gangguan pada “hak-hak alamiah umat insan”. Hal ini timbul adanya pelanggaran yang menjadi pemicu atas pekerjaannya itu (kutipan 2021).