A. Konsep Islam ihwal komunikasi
Dalam Al Qur’an dengan sungguh mudah Anda akan menemukan teladan kongkrit bagaimana Allah senantiasa berkomunikasi dengan hambaNya melalui wahyu. Untuk menghindari kesalahan dalam mendapatkan pesan melalui ayat-ayat tersebut, Allah juga menawarkan kebebasan kepada Rasulullah untuk meredaksi wahyu-Nya lewat matan hadits. Baik hadits itu bersifat Qouliyah (perkataan), Fi’iliyah (perbuatan), Taqrir (kesepakatan) Rasul, lalu ditambah lagi dengan lahirnya para hebat tafsir sehingga lewat tangan mereka terkumpul sekian banyak buku-buku tafsir.
Selain itu, kita mendapati Rasulullah SAW dalam berkomunikasi dengan keluarga, sahabat dan umatnya. Komunikasi dia sudah terkumpul dalam ratusan ribu hadits yang menjadi penguat, penjelas Al Qur’an sebagai isyarat bagi kehidupan umat insan.
Komunikasi dalam Islam dinilai penting, sebab adanya kewajiban berda’wah kepada setiap orang-orang yang beriman sehingga nilai-nilai Al Qur’an dan haditsnya mesti senantiasa dikomunikasikan terhadap orang lain, utamanya keluarga guna menghindari siksaan api neraka
Komunikasi sungguh besar lengan berkuasa terhadap kelanjutan hidup insan, baik insan sebagai hamba, anggota masyarakat, anggota keluarga dan manusia sebagai satu kesatuan yang universal. Seluruh kehidupan insan tidak mampu lepas dari komunikasi. Dan komunikasi juga sangat kuat kepada kualitas berhubungan dengan sesama.
Bagaimana Etika Berkomunikasi Dalan Islam?
Dalam Islam komunikasi mesti dilandasi dengan cinta dan kasih sayang. Tidak ada argumentasi bagi anda untuk keluar dari adab-budbahasa yang sudah digaris bawahi oleh risalah Islam.
Hal tersebut telah dicontohkan pribadi oleh Allah yang Maha Penyayang dalam Al Qur’an. Karenanya kita akan mendapati bahwa setiap surah dalam Al Qur’an senantiasa diawali dengan Bismillahi Rahmaani Rahiim (Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang).
Komunikasi dalam Islam sangat erat kaitannya dengan misi Islam selaku rahmatan lil’alamin. Misi itulah yang mendorong Rasulullah untuk memberikan da’wah dengan penuh kasih sayang.
Allah berfirman,
“Dan tidaklah kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam.” (QS. 21 Ayat 207).
Ada beberapa budbahasa yang mesti anda perhatikan dalam berkomunikasi, yaitu:
1. Panggilah Dengan Panggilan Menyenangkan
Dalam berkomunikasi, Islam sungguh menekankan untuk memulai komunikasi dengan panggilan yang menggembirakan sekalipun pesan yang disampaikan dalam komunikasi ialah teguran dan perayaan.
Allah telah mencontohkan hal tersebut saat sedang menegur kesalahan Rasulullah. Allah tetap mengundang dia dengan istilah “wahai Nabi”.
Allah berfirman; “Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah menghalalkannya bagimu; kau mencari kesenangan hati istri-istrimu? Dan Allah Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (QS. 66 Ayat 1)
2. Tidak emosional
Berhati-hatilah memulai percakapan atau komunikasi dalam suasana yang emosional, alasannya adalah situasi hati yang tidak tenang menjadikan ketidakberaturan dalam berkata-kata. Tarik nafas anda lalu hembuskan dengan anggapan damai. Bayangkan kata-kata yang anda ucapkan guna menghindari kata-kata yang tidak beraturan dan emosional. Karena kata-kata yang diucapkan dalam keadaan emosi terkadang menciptakan hubungan menjadi kurang elok, bahkan retak.
Paling parah ialah, Anda mengeluarkan kata-kata yang akibatnya membuat Anda mesti meminta maaf pada lawan bicara anda. Tenanglah sedikit, fikirkan apa niat dan tujuan anda berkomunikasi. Jangan hingga keteledoran Anda yang tidak bakir mengontrol obrolan menciptakan kekerabatan Anda tidak serasi dengan orang-orang yang Anda sayangi.
Jika dalam berkomunikasi tidak mengandung bagian emosional maka komunikasi tersebut dapat disampaikan dengan kata yang terencana sehingga terhindar dari kesalahan-kasalahan dalam berkomunikasi dan mampu disampaikan dengan jelas, benar, serta teratur.
Allah berfirman,
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati garang, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka. Mohonkanlah ampun bagi mereka. Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian jika kamu sudah membulatkan tekad, maka bertawakkallah terhadap Allah. Sesungguhnya Allah menggemari orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya” (QS. Ali Imron ayat 159).
3. Membuka Dialog Dalam Berkomunikasi
Memulai komunikasi dengan memperlihatkan pemahaman pesan dengan cara membuka obrolan dan bersabar mendengarkan pesan dari sumbernya. Selanjutnya jadilah pendengar yang bagus bagi musuh bicara Anda. Karena pada umumnya dari kita lebih betah berbicara dari pada menyimak obrolan. Lebih akil berbicara dari pada berilmu mendengar. Padahal pada umumnya dari kita ialah sangat suka didengar. Terlebih apa yang kita ucapkan didengar dengan bergairah. Dapat di pastikan Anda akan merasa dihargai meskipun musuh Anda tidak memberikan solusi yang membuat puas kepada persoalan yang Anda hadapi.
Oleh alhasil, bukalah komunikasi dengan dialog yang ringan serta gunakan bahasa yang mudah diketahui dan difahami. Hindari penggunaan kata-kata yang tidak terperinci.
4. Komunikasi Dengan Berlapang Dada
Untuk berlapang dada, Anda perlu menyiapkan hati yang sarat kesiapan untuk menyimak musuh bicara anda. Tujukkan muka bersemangat Anda. Sekali-kali Anda boleh tersenyum sambil memandang matanya dengan lembut. Pertama memang sulit, apalagi kepada mereka yang terlampau banyak bicara. Tapi dengan usaha secara perlahan-lahan, insya Allah Anda sukses.
5. Menyikapinya Penuh Kedewasaan
Bukalah hati kita selebar-lebarnya dalam berkomunikasi agar Anda dapat berlapang dada, sehingga menjadikan pembicaraan yang bersumber dari hati yang bersih dan ilmu yang benar. Selain itu akan menimbulkan jiwa pemaaf dan berdo’a terhadap Allah(QS.3:159).
Allah sudah memperlihatkan pola untuk terlebih dahulu memaafkan kesalahan Rasulullah sebelum memberikan tegurannya.
Membuka hati selebar-lebarnya juga sangat penting dalam berkomunikasi khususnya terhadap mereka yang pendidikannya jauh di bawah kita. Misalnya kepada pembantu rumah tangga yang tidak sempat menamatkan sekolah dasarnya. Tentu kita mesti senantiasa berupaya mengetahui, jika mereka sering tidak nyambung dengan kita.
6. Berkomunikasi Dengan Pesan yang Efektif Dan Efisien
Memberikan pesan secara sederhana supaya pesan mampu berlaku efektif dan efisien sangat penting dalam membangun komunikasi. Itulah dasar penting bagi Anda, semoga sedapat mungkin menyampaikan pesan yang dapat sesuai dengan kesanggupan penerima pesan. Rasulullah bersabda: “Berbicaralah kepada insan sesuai dengan kemampuan akalnya.”
Ketika Rasulullah ingin mengenali berapa jumlah orang kafir quraisy yang terlibat dalam perang Badar. Beliau mengenali, bahwa seorang anak penggembala mustahil tahu berapa jumlah serdadu mereka. Maka Rasulullah mengajukan pertanyaan dengan bahasa komunikasi yang efektif dan efisien, “Berapa ekor jumlah unta yang disembelih setiap hari oleh orang-orang Quraisy?. Anak penggembala menjawab, antara 9 dan 10 ekor. Beliau berkomentar dan menyimpulkan: Jumlah mereka (Tentara Kafir Quraish) antara 900 dan 1000 orang.”
B. Bagaimana Prinsip Berkomunikasi Dalam Al Qur’an?
1. Qaulan Tsaqila (komunikasi yang berpengaruh)
“Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat” (QS 73: 5).
Prinsip ini menawarkan bahwa setiap komunikasi yang kita sampaikan hendaknya kita persiapkan dengan benar-benar sehingga mampu memperlihatkan imbas pada pihak yang kita ajak bicara
2. Qaulan Sadida (komunikasi yang tegas)
“…Dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar” (QS 4: 9)
Komunikasi yang tegas yakni komunikasi yang tidak mencla-mencle, sarat keraguan, ketidakpastian dan ketidak-percaya-diriann.
Dengan komunikasi yang tegas, orang lain akan mengerti bagaimana perilaku kita, apa posisi kita dan dengannya tidak akan menjadikan kesalahpahaman maupun salah mengetahui.
a. Qaulan Balighoh (komunikasi yang penuh makna)
“Dan katakan kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka” (QS 4: 63)
Prinsip ini mengarahkan kita untuk bisa menyampaikan setiap pemikiran, perasaan dan anjuran dengan menggunakan pilihan kata, gaya bahasa, yang sarat makna sehingga membekas dalam diri orang yang kita ajak bicara.
b. Qaulan Layyina (komunikasi dengan lemah-lembut)
“Maka berbicaralah kau berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, gampang-mudahan dia ingat atau takut” (QS 20: 44)
Kelemah lembutan yakni satu aspek penting dalam berdakwah, bersosialisasi, bergaul, sehingga orang akan merasa tentram dan rela menerima pembicaraan kita.
c. Qaulan Ma’rufa (komunikasi yang penuh nilai-nilai kebaikan)
“…kecuali mengatakan kepada mereka perkataan yang ma’ruf…” (QS 2: 235).
Komunikasi yang sarat dengan nilai kebaikan akan menghindarkan kita dari berkata dusta, keji atau mengakibatkan kemudharatan pada pihak-pihak yang kita ajak bicara. Dan sebaliknya, kita bisa memberikan banyak manfaat terhadap orang lain.
C. Lalu bagaimana dengan prinsip berkomunikasi dalam keluarga Islam?
Salah satu kunci pembentukan keluarga sakinah yakni komunikasi, maka suami istri tidak mampu membuat keluarga sakinah tanpa ada komunikasi. Tanpa komunikasi keberlangsungan keluarga sakinah sulit dipertahankan, karena mereka hanya akan menjalani kehidupan berumah tangga dalam situasi ketertutupan, kesunyian, praduga yang jelek, kesalahpahaman, bahkan boleh jadi saling bermusuhan.
Setiap keluarga punya bahasa untuk alat berkumunikasi.
Jika dengan bahasa ekspresi tidak dapat dikenali atau sukar diungkapkan maka mereka akan memakai bahasa badan bahkan seringkali memakai kedua bahasa tersebut sekaligus.
Keluarga merupakan surga duniawi bagi suami istri. Ia sekaligus selaku sekolah pertama dalam melahirkan generasi pemimpin yang sholeh dan sholehah. Pada dikala yang sama keluarga juga selaku basis da’wah dalam terciptanya masyarakat yang Islami. Untuk mewujudkan keluarga sebagai syurga, sekolah dan pondasi penduduk Islami dibutuhkan adanya komunikasi di antara seluruh anggota keluarga.
Ada beberapa hal yang menjadi dasar bagi pentingnya berkomunikasi dalam keluarga dan aku akan meuraikan sebagai berikut:
1. Mengungkapkan kegembiraan dan perasaan KASIH lainnya.
Rasulullah sudah memerintahkan kepada orang-orang yang bersaudara alasannya Islam (berukhuwah Islamiyah) untuk menyampaikan rasa cintanya. Maka sepantasnya rasa cinta ini selalu diungkapkan oleh suami istri dan anak-anaknya.
2. Menjadi sarana peningkatan harmonisasi keluarga.
keluarga memerlukan komunikasi,sehingga keluarga menjadi tenpat untuk saling mengembangkan kebahagiaan dan memecahkan masalah dan menyempurnakan kekuarangan yang ada.Sebab suami istri berfungsi sebagai pakaian bagi pasangannya.
Allah berfirman:“Mereka (istri-istri) ialah pakaian bagi kalian (suami), dan kalian ialah pakaian bagi mereka.” (QS 2: 187)
1. Sebagai sarana bermusyawarah.
Setiap keluarga membutuhkan musyawarah dalam menyelesaikan berbagai masalah. Sebab hasil musyawarah akan lebih tepat dibandingkan hasil pedoman seseorang dan dapat dipertanggungjawabkan oleh seluruh anggota keluarga sehingga rasa kebersamaan akan menjadi milik bagi seluruh anggota keluarga.
Allah berfirman: “Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam sebuah masalah” (QS 3:159)
2. Sebagai sarana pemenuhan hak setiap anggota keluarga.
Setiap anggota keluarga mempunyai hak yang mesti tercukupi. Untuk menyanggupi hak tersebut memerlukan komunikasi. Dengan berkomunikasi maka mereka akan menerima hak-haknya sesuai dengan kebutuhannya.
3. Sebagai fasilitas pendidikan anak.
Pendidikan anak memerlukan kasih sayang dan perhatian orang bau tanah sebagaimana pendidikan anak juga membutuhkan kebanggaan, saran, teguran, peringatan, dialog dan bercerita. Kesemuanya itu membutuhkan komunikasi yang baik dan efektif.
Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka” (QS 6: 66).
Abnu Abbas menafsirkan ayat tersebut dengan, “Didiklah dan arahkanlah keluargamu untuk taat terhadap Allah dan menjauhi larangan-Nya.”
4. Sebagai sarana da’wah
Keluarga ialah medan da’wah pertama sebelum berda’wah ditengah penduduk . Kesuksesan da’wah dalam keluarga menjadi langkah awal menuju keberhasilan da’wah di penduduk . Bahkan keberhasilan da’wah di keluarga menjadi tolak ukur kesuksesan da’wah di masyarakat. Sedangkan kesuksesan da’wah itu bergantung pada keberhasilan komunikasi dalam keluarga dan masyarakat.
Allah berfirman:
“Serulah pada jalan Robbmu dengan hikmah dan nasehat yang bagus. Dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang lebih baik.” (QS 16: 125).
5. Meneladani komunikasi dalam keluarga Rasulullah SAW.
Rasulullah SAW ialah satu-satunya orang yang menerima pendidikan pribadi dari Allah SWT. Beliau bersabda: “Robbku sudah mendidik aku, maka sebaik-baik pendidikan yaitu pendidikan yang diberikan kepadaku.”
Oleh karena itu, dalam berkomunikasi dengan keluarga harus meneladani Rasulullah SAW. Adapun komunikasi yang dilaksanakan oleh Rasulullah terhadap keluarganya sebagai berikut
6. Bermuara pada rasa cinta dan kasih sayang
Jadikanlah komunikasi anda sebagai muara cinta dan kasih sayang yang lapang dada karena Allah, karena semua pesannya ialah rahmat bagi keluarga bahkan bagi seluruh alam.
Abu Sulaiman Bin Al Huwairi berkata, kami datang terhadap Rasulullah SAW dan kami tinggal bersamanya selama dua puluh hari. Tenyata Rasulullah SAW orang yang dipenuhi oleh kasih sayang dan kelembutan terhadap keluarganya sehingga kami menjadi rindu terhadap keluarga kami. Kemudian beliau menanyakan keluarga yang kami tinggalkan, maka kami menceritakannya terhadap dia. Kemudian beliau bersabda: “pulanglah terhadap keluargamu dan penuhilah hak-hak mereka serta didiklah mereka dan berbuat setuju terhadap mereka……”
7. Memanggil nama anggota keluarganya dengan panggilan yang menggembirakan
Seperti saat Rasulullah mengundang Fatimah dengan sebutan “Wahai Ananda”dan memanggil Aisyah dengan sebutan Ya AaIsy (orang-orang yang hidup).
8. Berkomunikan tanpa emosi.
Berkomunikasi tanpa emosi membuat dia dapat menyampaikan pesan sesuai dengan misinya. Sehingga ia mampu mengatakan dengan kata-kata yang berbobot, penuh makna, mengandung nilai-nilai kebaikan dengan sarat kelembutan. Sekalipun ketika beliau menegur Aisyah di saat Aisyah membuang makanan yang dikirim oleh Ummu Salamah. Beliau bersabda: “Ibumu sedang cemburu, Hai Aisyah, satu nampan yang engkau terima mesti engkau antar satu nampan juga.”
Begitu juga saat Aisyah tidur setelah sholat subuh, beliau bersabda kepadanya: “Hai Aisyah, jemputlah rizkimu dan janganlah engkau menolaknya.”
Beliau sering mengiringi bahasa lisannya dengan bahasa tubuhnya.
Disaat dia ingin mengekspresikan rasa cintanya mirip yang diriwayatkan oleh Aisyah beberapa hadits berikut ini: Aisyah berkata: “saya umumminum dari gelas yang sama dikala haid, kemudian Nabi mengambil gelas tersebut, dan menaruh mulutnya di tempat saya menaruh mulut aku kemudian beliau minum lalu saya mengambil cangkir kemudian aku menghirup isinya. Kemudian ia mengambilnya dari saya kemudian ia meletakkan mulutnya pada daerah meletakkan mulut aku. Lalu beliau pun menghirupnya. (HR.Abu Rozaq dan Sa’id Bin Mansur).
Dari Aisyah: “bahwa Rasulullah, biasa mencium istrinya sehabis wudhu, lalu ia sholat dan tidak mengulangi wudhunya.”
Beliau memberikan pesan dengan kalimat yang sederhana (tidak bertele-tele).
Ketika Aisyah marah, Rasulullah bersabda kepadanya: “Hai Aisyah, berlaku lembutlah, sebenarnya jika Allah menghendaki kebaikan terhadap sebuah keluarga maka Allah akan menawarkan kelembutan kepada mereka.”
9. Berlapang dada
Berlapang dada dengan kelemahan yang ada dalam anggota keluarga, sehingga komunikasi dimulai dengan memaafkan kesalahan mereka terlebih dulu. Anas berkata: “aku tidak pernah mendengar Rasulullah SAW berkata, mengapa kau tidak melaksanakan ini, mengapa kamu tidak melakukan itu, mengapa kamu tidak begini dan mengapa kau tidak begitu. Padahal beliau tinggal bareng Rasulullah selama sepuluh tahun.”
Suatu hari Rasulullah ditanya oleh seorang sahabat: “Ya Rasulullah, berapa kali engkau memaafkan pelayanmu dalam satu hari ?”
Beliau tidak menjawab. Tetapi setelah pertanyaan yang ketiga baru dia menjawab: “Aku maafkan kesalahan pelayanku 70 x dalam sehari”.
Maka semua pesan dalam komunikasi ia selalu mengasyikkan untuk didengar, mudah untuk dipahami, dan antusiasuntuk direspon.
Simpulan
Demikianlah konsep berkomuniakasi dalam Islam. Sedapat mungkin kita selaku umat dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari kita, sehingga tujuan selesai dari kehidupan kita tidak terhalang lagi oleh adat yang tidak islami. Karena sebaik-sebaik kita yaitu yang menghadap Allah dengan hati yang higienis. Hati yang sarat dogma. Hati yang sarat syukur. Hati yang sarat taqwa. Dan jiwa yang penuh ketenangan dan kemuliaan dari Allah. Berharap Allah mengabulkan…supaya kita sekeluarga terhindar dari siksaan neraka. Keluarga besar kita, terhindar dari bahaya siksa kubur dan kita bermanfaat di dunia dan akhirat