Alloh Azza wa Jalla telah mewakilkan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai pembawa kabar besar hati dan pemberi perayaan. Beliau n tiba menjinjing kebenaran sebelum datangnya hari Kiamat. Tidaklah dia meninggalkan kebaikan apapun, kecuali telah beliau jelaskan terhadap umatnya. Dan tidaklah dia meninggalkan kejelekan apapun juga, kecuali telah dia peringatkan.
Di antara kewajiban yang sudah ia jelaskan, yakni beriman kepada hari Akhir. Yang merupakan salah satu dari rukun keyakinan yang enam. Dan termasuk pokok-pokok aqidah Islam yang besar. Di dalamnya terkandung pengertian adanya beriman kepada al ba’ts, ialah hari kebangkitan).
Semua kehidupan didunia pada kesudahannya akan rampung dengan maut, setelah ajal manusia akan dibangkitkan lagi di kehidupan akherat yang tidak akan mati lagi atau hidup yang awet abadi selamanya ialah kehidupan di akherat. Hidup setelah mati yakni sesuatu yang niscaya terjadi dan tidak diragukan lagi. Sebagai seorang muslim kita harus percaya bahwa setelah kematian akan ada kehidupan lagi bahwa manusia akan dibangkitkan dari kubur, percaya adanya hari pembalasan, percaya adanya surga dan neraka dan sebagainya. Karena hal itu diberitahukan oleh Allah SWT Tuhan semesta alam. Hanya orang-orang kafir sajalah yang tidak mau percaya. sebagaimana Allah berfirman :
كَيْفَ تَكْفُرُوْنَ بِاللهِ وَ كُنْتُمْ اَمْوَاتًا فَاَحْياكُمْ، ثُمَّ يُمِيْتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيْكُمْ ثُمَّ اِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ. البقرة:28
Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah membangkitkan kau, lalu kau dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, lalu terhadap-Nya-lah kamu dikembalikan?. [QS. Al-Baqarah : 28]
KEWAJIBAN BERIMAN KEPADA AL BA’TS
Al ba’ts ialah perkara yang pasti, tidak ada keraguan padanya. Hal ini sebagaimana ditunjukkan oleh al Kitab, as Sunnah, dan Ijma’.
Allah Azza wa Jalla menyiarkan, bahwa Dia menciptakan manusia dari sari pati tanah. Kemudian menciptakannya selaku air mani di dalam kawasan yang kokoh. Kemudian Dia memberitakan fase-fase penciptaan manusia di dalam perut ibunya. Maka Dia membuat insan selaku makhluk yang berlainan dengan sebelumnya ketika dilahirkan ke dunia ini. Setelah itu semua, Allah berfirman:
ثُمَّ إِنَّكُمْ بَعْدَ ذَٰلِكَ لَمَيِّتُونَ﴿١٥﴾ثُمَّ إِنَّكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ تُبْعَثُونَ
Kemudian, sesudah itu, bekerjsama kamu sekalian sungguh-sungguh akan mati. Kemudian, bahwasanya kau sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) pada hari Kiamat. [al Mu’minun/23:15-16].
Allah Azza wa Jalla juga memberitakan kebangkitan dari kubur sesudah terompet ditiup, selaku berikut :
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَإِذَا هُمْ مِنَ الْأَجْدَاثِ إِلَىٰ رَبِّهِمْ يَنْسِلُونَ﴿٥١﴾قَالُوا يَا وَيْلَنَا مَنْ بَعَثَنَا مِنْ مَرْقَدِنَا ۜ ۗ هَٰذَا مَا وَعَدَ الرَّحْمَٰنُ وَصَدَقَ الْمُرْسَلُونَ
Dan ditiuplah sangkalala, maka datang-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka. Mereka berkata: “Aduhai celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari daerah tidur kami (kubur)?” Inilah yang dijanjikan (Tuhan) yang Maha Pemurah dan benarlah rasul-rasul(Nya). [Yasin/36 : 51-52].
إِنَّمَا يَسْتَجِيبُ الَّذِينَ يَسْمَعُونَ ۘ وَالْمَوْتَىٰ يَبْعَثُهُمُ اللَّهُ ثُمَّ إِلَيْهِ يُرْجَعُونَ
Hanya mereka yang mendengar sajalah yang mematuhi (permintaan Allah), dan orang-orang yang mati (hatinya), akan dibangkitkan oleh Allah, lalu kepadaNya-lah mereka dikembalikan. [al An’am/6 : 36]
Akan tetapi, orang-orang kafir jahiliyah mengingkari adanya al ba’ts. Sehingga Allah Azza wa Jalla menyuruh RasulNya untuk bersumpah dengan namaNya, bahwa al ba’ts yaitu benar :
زَعَمَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنْ لَنْ يُبْعَثُوا ۚ قُلْ بَلَىٰ وَرَبِّي لَتُبْعَثُنَّ ثُمَّ لَتُنَبَّؤُنَّ بِمَا عَمِلْتُمْ ۚ وَذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah: “Memang, demi Tuhanku, benar-benar kau akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu lakukan.” Yang demikian itu adalah gampang bagi Allah. [ath Thaghabun/64 : 7].
Bahkan membuat seluruh makhluk dan membangkitkan mereka kembali setelah kematiannya, bagi Allah hanyalah seperti menciptakan dan menghidupkan kembali satu jiwa saja.
مَا خَلْقُكُمْ وَلَا بَعْثُكُمْ إِلَّا كَنَفْسٍ وَاحِدَةٍ ۗ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ
Tidaklah Allah membuat dan membangkitkan kamu (dari dalam kubur) itu, melainkan hanyalah mirip (membuat dan membangkitkan) satu jiwa saja. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha melihat. [Luqman/31 : 28].
Jika demikian, maka sesungguhnya al ba’ts merupakan kepastian, dan tidak ada keraguan padanya. Oleh akhirnya Allah Azza wa Jalla berfirman:
وَأَنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ لَا رَيْبَ فِيهَا وَأَنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ مَنْ فِي الْقُبُورِ
Dan Sesungguhnya hari akhir zaman itu pastilah tiba, tak ada keraguan padanya; dan bahwasanya Allah akan menghidupkan semua orang di dalam kubur. [al Hajj/22 : 7].
Menyakini hari alam baka, diantaranya adalah adanya hari berbangkit, yakni insan dibangkitkan dari qubur. Mengenai hal ini banyak ayat-ayat Allah yang mengungkapkannya, diantaranya sebagai berikut :
يَوْمَ يَبْعَثُهُمُ اللهُ جَمِيْعًا فَيُنَبّئُهُمْ بِمَا عَمِلُوْآ اَحْصيهُ اللهُ وَ نَسُوْهُ، وَ اللهُ عَلى كُلّ شَيْءٍ شَهِيْدٌ. المجادلة:6
Pada hari saat mereka dibangkitkan Allah semuanya, lalu diberitakan-Nya kepada mereka apa yang telah mereka lakukan. Allah menghimpun (mencatat) amal tindakan itu, padahal mereka sudah melupakannya. Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu. [QS. Al-Mujadalah : 6]
يَوْمَ يَبْعَثُهُمُ اللهُ جَمِيْعًا فَيَحْلِفُوْنَ لَه كَمَا يَحْلِفُوْنَ لَكُمْ وَ يَحْسَبُوْنَ اَنَّهُمْ عَلى شَيْءٍ، اَلاَ اِنَّهُمْ هُمُ اْلكذِبُوْنَ. المجادلة:18
(Ingatlah) hari (ketika) mereka semua dibangkitkan Allah, lalu mereka bersumpah kepada-Nya (bahwa mereka bukan orang musyrik) sebagaimana mereka bersumpah kepadamu; dan mereka menyangka bahwa sebetulnya mereka akan memperoleh suatu (faedah). Ketahuilah, bahwa bahwasanya mereka lah orang-orang pendusta. [QS. Al-Mujadalah : 18]
اَمْوَاتٌ غَيْرُ اَحْيَاءٍ، وَ مَا يَشْعُرُوْنَ اَيَّانَ يُبْعَثُوْنَ. النحل:21
(Berhala-berhala itu) benda mati tidak hidup, dan berhala-berhala itu tidak mengetahui bilakah penyembah-penyembahnya akan dibangkitkan. [QS. An-Nahl : 21]
وَ اللهُ اَنْزَلَ مِنَ السَّمَآءِ مَاءً فَاَحْيَا بِهِ اْلاَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا، اِنَّ فِيْ ذلِكَ َلايَةً لّقَوْمٍ يَّسْمَعُوْنَ. النحل:65
Dan Allah menurunkan dari langit air (hujan) dan dengan air itu dihidupkan-Nya bumi setelah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu betul-betul terdapat gejala (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang menyimak (pelajaran). [QS. An-Nahl : 65]
حَتّى اِذَا جَآءَ اَحَدَهُمُ اْلمَوْتُ قَالَ رَبّ ارْجِعُوْنِ. لَعَلّيْ اَعْمَلُ صَالِحًا فِيْمَا تَرَكْتُ كَلاَّ، اِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَ مِنْ وَّرَائِهِمْ بَرْزَخٌ اِلى يَوْمِ يُبْعَثُوْنَ. المؤمنون:100
(Demikianlah kondisi orang-orang kafir itu), sampai jika tiba maut kepada seseorang dari mereka, ia berkata, “Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia) (99) semoga aku berbuat amal yang saleh kepada yang sudah saya tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding hingga hari mereka dibangkitkan. (100) [QS. Al-Mukminun : 99-100]
زَعَمَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْآ اَنْ لَّنْ يُّبْعَثُوْا، قُلْ بَلى وَرَبّيْ لَتُبْعَثُنَّ ثُمَّ لَتُنَبَّؤُنَّ بِمَا عَمِلْتُمْ، وَ ذلِكَ عَلَى اللهِ يَسِيْرٌ. التغبون:7
Orang-orang yang kafir menyampaikan, bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah, “Tidak demikian, demi Tuhanku, benar-benar kau akan dibangkitkan, lalu akan diberitakan kepadamu apa yang telah kau kerjakan”. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. [QS. At-Taghabun : 7]
ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا اْلعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا اْلمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا اْلعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ اَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا اخَرَ، فَتَبَارَكَ اللهُ اَحْسَنُ اْلخَالِقِيْنَ. ثُمَّ اِنَّكُمْ بَعْدَ ذلِكَ لَمَيّتُوْنَ(15) ثُمَّ اِنَّكُمْ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ تُبْعَثُوْنَ.(16) المؤمنون:15-16
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang-belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluq yang (berupa ) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta yang paling baik (14). Kemudian, setelah itu, bahwasanya kau sekalian benar-benar akan mati. (15) Kemudian, bahwasanya kau sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari qiyamat. (16) [QS. Mukminuun : 14-16]
Allah juga mengakibatkan Qudrah-Nya mengawali penciptaan untuk memperlihatkan Qudrah-Nya mengembalikannya dalam bentuk awal, bahkan itu lebih mudah bagi-Nya. Allah Ta’ala berfirman:
ياَيُّهَا النَّاسُ اِنْ كُنْتُمْ فِيْ رَيْبٍ مّنَ اْلبَعْثِ فَاِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مّنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُضْغَةٍ مُخَلَّقَةٍ وَّ غَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لّنُبَيّنَ لَكُمْ، وَ نُقِرُّ فِى اْلاَرْحَامِ مَا نَشَآءُ اِلَى اَجَلٍ مُّسَمًّى، ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلاً ثُمَّ لِتَبْلُغُوْآ اَشُدَّكُمْ، وَ مِنْكُمْ مَّنْ يُّتَوَفّى وَ مِنْكُمْ مَّنْ يُّرَدُّ اِلى اَرْذَلِ اْلعُمُرِ لِكَيْلاَ يَعْلَمَ مِنْ بَعْدِ عِلْمٍ شَيْئًا، وَ تَرَى اْلاَرْضَ هَامِدَةً فَاِذَا اَنْزَلْنَا عَلَيْهَا اْلمَآءَ اهْتَزَّتْ وَ رَبَتْ وَ اَنْبَتَتْ مِنْ كُلّ زَوْجٍ بَهِيْجٍ(5) ذلِكَ بِاَنَّ اللهَ هُوَ اْلحَقُّ وَ اَنَّه يُحْيِى اْلمَوْتى وَ اَنَّه عَلى كُلّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ(6) وَ اَنَّ السَّاعَةَ اتِيَةٌ لاَّ رَيْبَ فِيْهَا وَ اَنَّ اللهَ يَبْعَثُ مَنْ فِى اْلقُبُوْرِ(7) الحج:5-7
Hai manusia, bila kau dalam keraguan ihwal kebangkitan (dari qubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah mengakibatkan kau dari tanah, kemudian dari setetes mani, lalu dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang tepat kejadiannya dan yang tidak sempurna, biar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami inginkan sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kau selaku bayi, lalu (dengan berangsur-angsur) kau sampailah terhadap kedewasaan, dan diantara kau ada yang diwafatkan dan (ada pula) diantara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, agar beliau tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kau lihat bumi ini kering, kemudian jika telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan aneka macam macam tumbuh-flora yang indah. (5) Yang demikian itu, alasannya bahwasanya Allah, Dialah yang haq dan sebenarnya Dialah yang membangkitkan segala yang mati dan sebenarnya Allah Maha Kuasa atas segala suatu, (6) dan sebetulnya hari qiyamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya, dan bekerjsama Allah membangkitkan siapa pun di dalam qubur. (7) [QS. Al-Hajj : 5-7]
Ayat tersebut memberikan sistematika, bahwa manusia itu mulanya tidak ada, lalu Allooh سبحانه وتعالى lah yang membuatnya ada, dan keberadaannya itu pun berfase (bertahap) dari mulai proses antarasperma dengan ovum, lalu menjadi janin sampai lalu sebagai bayi yang lahir ke dunia, lalu hingga menjadi akil balig cukup akal, menjadi orangtua. Ada yang mati dalam perjalanan hidupnya, dan ada yang sampai renta lalu baru mati.
Ada yang tahu dan ada yang tidak tahu akan terjadinya Hari Kiamat, maka Allooh سبحانه وتعالى beritakan bahwa akan terjadi Hari Kiamat dan sesudah itu akan Allooh سبحانه وتعالى bangkitkan.
Demikian itu adalah firman Allooh سبحانه وتعالى yang menawarkan kepada kita bahwa manusia akan diproses oleh Allooh سبحانه وتعالى dengan perjalanan yang sedemikian panjang dan ujung-ujungnya yaitu akan dihisab. Allooh سبحانه وتعالى akan bangkitkan kita semua dan akan dikumpulkan pada waktu Yaumul Mahsyar.
وَ يَوْمَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ يُقْسِمُ اْلمُجْرِمُوْنَ مَا لَبِثُوْا غَيْرَ سَاعَةٍ، كَذلِكَ كَانُوْا يُؤْفَكُوْنَ(55) وَ قَالَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا اْلعِلْمَ وَ اْلاِيْمَانَ لَقَدْ لَبِثْتُمْ فِيْ كِتبِ اللهِ اِلى يَوْمِ اْلبَعْثِ فَهذَا يَوْمُ اْلبَعْثِ وَ لكِنَّكُمْ كُنْتُمْ لاَ تَعْلَمُوْنَ(56) الروم:55-56
Dan pada hari terjadinya qiyamat, bersumpahlah orang-orang yang berdosa, “Mereka tidak berdiam (dalam qubur) melainkan sesaat (saja)”. Seperti demikianlah mereka selalu dipalingkan (dari kebenaran). (55) Dan berkata orang-orang yang diberi ilmu wawasan dan keimanan (terhadap orang-orang yang kafir), “Sesungguhnya kamu sudah berdiam (dalam qubur) menurut ketetapan Allah, hingga hari berbangkit, maka inilah hari berbangkit itu akan namun kamu selalu tidak meyakini (nya). (56) [QS. Ar-Ruum : 55-56]
مَا خَلْقُكُمْ وَ لاَ بَعْثُكُمْ اِلاَّ كَنَفْسٍ وَّاحِدَةٍ، اِنَّ اللهَ سَمِيْعٌ بَصِيْرٌ. لقمان:28
Tidaklah Allah membuat dan membangkitkan kau (dari dalam qubur) itu melainkan hanyalah seperti (membuat dan menghidupkan) satu jiwa saja. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. [QS. Luqman : 28]
وَ هُوَ الَّذِيْ خَلَقَ السَّموَاتِ وَ اْلاَرْضَ فِيْ سِتَّةِ اَيَّامٍ وَّ كَانَ عَرْشُه عَلى اْلمَآءِ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلاً، وَّلَئِنْ قُلْتَ اِنَّكُمْ مَبْعُوْثُوْنَ مِنْ بَعْدِ اْلمَوْتِ لَيَقُوْلَنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْآ اِنْ هذَا اِلاَّ سِحْرٌ مُّبِيْنٌ. هود:7
Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam kurun, dan yakni ‘Arsy-Nya di atas air, supaya Dia menguji siapakah diantara kamu yang lebih baik amalnya, dan kalau kamu berkata (terhadap masyarakatMekah), “Sesungguhnya kau akan dibangkitkan sehabis mati”, niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata, “Ini tidak lain hanyalah sihir yang faktual”. [QS. Huud : 7]
اَلاَ يَظُنُّ اُولئِكَ اَنَّهُمْ مَّبْعُوْثُوْنَ(4) لِيَوْمٍ عَظِيْمٍ(5) يَوْمَ يَقُوْمُ النَّاسُ لِرَبّ اْلعَالَمِيْنَ(6) المطففين:4-6
Tidakkah orang-orang itu yakin, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, (4) pada sebuah hari yang besar, (5) (ialah) hari (dikala) manusia bangkit menghadap Tuhan semesta alam? (6) [QS. Al-Muthaffifin : 4-6]
وَ قَالُوْآ ءَاِذَا كُنَّا عِظَامًا وَّ رُفَاتًا ءَاِنَّا لَمَبْعُوْثُوْنَ خَلْقًا جَدِيْدًا. الاسراء:49
Dan mereka berkata, “Apakah kalau kami sudah menjadi tulang belulang dan benda-benda yang hancur, apa benar-benarkah kami akan dibangkitkan kembali selaku makhluk yang gres?”. [QS. Al-Israa’ : 49]
وَ مَنْ يَّهْدِ اللهُ فَهُوَ اْلمُهْتَدِ، وَ مَنْ يُّضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ اَوْلِيَآءَ مِنْ دُوْنِه، وَ نَحْشُرُهُمْ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ عَلى وُجُوْهِهِمْ عُمْيًا وَّ بُكْمًا وَّ صُمًّا، مَأْويهُمْ جَهَنَّمُ، كُلَّمَا خَبَتْ زِدْنَاهُمْ سَعِيْرًا(97) ذلِكَ جَزَآؤُهُمْ بِاَنَّهُمْ كَفَرُوْا بِايتِنَا وَ قَالُوْآ ءَاِذَا كُنَّا عِظَامًا وَّ رُفَاتًا ءَاِنَّا لَمَبْعُوْثُوْنَ خَلْقًا جَدِيْدًا(98) الاسراء:97-98
Dan barangsiapa yang ditunjuki Allah, dialah yang mendapat isyarat dan barangsiapa yang Dia sesatkan maka sekali-kali kamu tidak akan menerima penolong-penolong bagi mereka selain dari Dia. Dan Kami akan mengumpulkan mereka pada hari qiyamat (diseret) atas wajah mereka dalam keadaan buta, bisu dan pekak. Tempat kediaman mereka yaitu neraka Jahannam. Tiap-tiap kali nyala api Jahannam itu akan padam Kami tambah lagi bagi mereka nyalanya. (97) Itulah balasan bagi mereka, alasannya adalah sebetulnya mereka kafir kepada ayat-ayat Kami dan (karena mereka) berkata, “Apakah jika kami telah menjadi tulang belulang dan benda-benda yang hancur, apakah kami benar-benar akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk baru?”. (98) [QS. Al-Israa’ : 97-98]
قَالُوْآ ءَاِذَا مِتْنَا وَ كُنَّا تُرَابًا وَّ عِظَامًا ءَاِنَّا لَمَبْعُوْثُوْنَ(82) لَقَدْ وُعِدْنَا نَحْنُ وَ ابَآؤُنَا هذَا مِنْ قَبْلُ اِنْ هذَا اِلاَّ اَسَاطِيْرُ اْلاَوَّلِيْنَ(83) المؤمنون:82-83
Mereka berkata, “Apakah betul, kalau kami telah mati dan kami telah menjadi tanah dan tulang belulang, apakah bergotong-royong kami benar-benar akan dibangkitkan? (82) Sesungguhnya kami dan bapak-bapak kami sudah diberi ancaman (dengan) ini dulu, ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dulu periode!”. (83) [QS. Al-Mukminun : 82-83]
وَ اِذَا ذُكّرُوْا لاَ يَذْكُرُوْنَ(13) وَ اِذَا رَاَوْا ايَةً يَّسْتَسْخِرُوْنَ(14) وَ قَالُوْآ اِنْ هذَا اِلاَّ سِحْرٌ مُّبِيْنٌ(15) ءَاِذَا مِتْنَا وَ كُنَّا تُرَابًا وَّ عِظَامًا ءَاِنَّا لَمَبْعُوْثُوْنَ(16) اَوَ ابَآؤُنَا اْلاَوَّلُوْنَ(17) قُلْ نَعَمْ وَ اَنْتُمْ دَاخِرُوْنَ(18) فَاِنَّمَا هِيَ زَجْرَةٌ وَّاحِدَةٌ فَاِذَا هُمْ يَنْظُرُوْنَ(19) الصفات:13-19
Dan jika mereka diberi pelajaran mereka tiada mengingatnya. (13) Dan bila mereka melihat sesuatu tanda kebesaran Allah, mereka sungguh menghinakan. (14) Dan mereka berkata, “Ini tiada lain hanyalah sihir yang positif. (15) Apakah apabila kami telah mati dan telah menjadi tanah serta menjadi tulang belulang, apakah betul-betul kami akan dibangkitkan (kembali)?. (16) Dan apakah bapak-bapak kami yang telah terdahulu (akan dibangkitkan pula)?”. (17) Katakanlah, “Ya, dan kamu akan terhina”. (18) Maka sesungguhnya kebangkitan itu hanya dengan satu teriakan saja, maka datang-tiba mereka melihatnya. (19) [QS. Ash-Shaffaat : 13-19]
وَ كَانُوْا يَقُوْلُوْنَ اَئِذَا مِتْنَا وَ كُنَّا تُرَابًا وَّ عِظَامًا ءَاِنَّا لَمَبْعُوْثُوْنَ(47) اَوَ ابَآؤُنَا اْلاَوَّلُوْنَ(48) قُلْ اِنَّ اْلاَوَّلِيْنَ وَ اْلاخِرِيْنَ(49) لَمَجْمُوْعُوْنَ اِلى مِيْقَاتِ يَوْمٍ مَّعْلُوْمٍ(50) الواقعة:47-50
Dan mereka selalu mengatakan, “Apakah bila kami mati dan menjadi tanah dan tulang belulang, apakah sesungguhnya kami sungguh-sungguh akan dibangkitkan kembali?, (47) apakah bapak-bapak kami yang terdahulu (dibangkitkan pula)?”. (48) Katakanlah, “Sesungguhnya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang terkemudian, (49) benar-benar akan dikumpulkan di waktu tertentu pada hari yang dikenal”. (50) [QS. Al-Waqi’ah : 47-50]
وَ قَالُوْآ اِنْ هِيَ اِلاَّ حَيَاتُنَا الدُّنْيَا وَ مَا نَحْنُ بِمَبْعُوْثِيْنَ(29) وَ لَوْ تَرى اِذْ وُقِفُوْا عَلى رَبّهِمْ، قَالَ اَلَيْسَ هذَا بِاْلحَقّ، قَالُوْا بَلى وَ رَبّنَا، قَالَ فَذُوْقُوْا اْلعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُوْنَ(30) الانعام:29-30
Dan pasti mereka akan mengatakan (pula), “Hidup hanyalah kehidupan kita di dunia saja, dan kita sekali-kali tidak akan dibangkitkan”. (29) Dan seandainya kau menyaksikan dikala mereka dihadapkan kepada Tuhannya (tentulah kamu menyaksikan peristiwa yang mengharukan). Berfirman Allah, “Bukankah (kebangkitan) ini benar?”. Mereka menjawab, “Sungguh benar, demi Tuhan kami”. Berfirman Allah, “Karena itu rasakanlah adzab ini, disebabkan kamu mengingkari (nya)”. (30) [QS. Al-An’aam : 29-30]
Di antara argumentasi yang Allah sebutkan dalam Al Qur’an untuk memberikan hakikat keberadaan hari kebangkitan ialah firman-Nya wacana Qudrah (Maha Kuasa)-Nya menghidupkan bumi yang mati untuk menunjukkan atas kesanggupan-Nya membangkitkan orang dari kematiannya.
وَمِنْ آَيَاتِهِ أَنَّكَ تَرَى الْأَرْضَ خَاشِعَةً فَإِذَا أَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ إِنَّ الَّذِي أَحْيَاهَا لَمُحْيِي الْمَوْتَى إِنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Dan sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan) -Nya bahwa kamu melihat bumi itu kering tandus, maka bila Kami turunkan air di atasnya, pasti ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan Yang menghidupkannya pasti mampu membangkitkan yang mati; bahwasanya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Fushilat: 39)
Dalam ayat di atas, Allah mengakibatkan Qudrah-Nya menghidupkan bumi yang sebelumnya mati untuk menawarkan kesanggupan-Nya membangkitkan kembali orang mati dan menghidupkan orang yang berada di dalam kubur.
Ayat-ayat tersebut juga merupakan isyarat kepada orang yang masih ragu akan adanya Hari Kebangkitan dan pembalasan di Hari Kiamat, sebab bahu-membahu sedemikian dahsyat bahaya Allooh سبحانه وتعالى kepada orang-orang yang tidak meyakininya.
Dalam Hadits Riwayat Imaam Muslim no: 2878 dari Shohabat Jaabir bin ‘Abdillah رضي الله عنه, bahwa dia mendengar Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda :
يُبْعَثُ كُلُّ عَبْدٍ عَلَى مَا مَاتَ عَلَيْهِ
Artinya:
“Setiap insan akan dibangkitkan mirip dikala dia mati.”
Atas dasar Hadits tersebut, maka kita sebagai seorang Muslim mesti mempersiapkan supaya mati kita hendaknya dalam keadaan yang bagus (beramalshoolih disisi Allooh سبحانه وتعالى). Harus disadari dan diantisipasi. Jangan sampai kita tidak siap, dan jangan hingga kita mengatakan bahwa kita masih punya umur panjang alasannya ajal dapat tiba setiap ketika.
Bayangkan jikalau seseorang itu mati dalam keadaan berma’shiyat kepada Allooh سبحانه وتعالى, maka dia akan dibangkitkan dalam kondisi mirip itu pula. Kalau seseorang itu mati sedang ia dalam keadaan melawan Allooh سبحانه وتعالى, serta memusuhi kaum mu’minin, maka orang tersebut akan Allooh سبحانه وتعالى bangkitkan dalam kondisi seperti itu pula.Na’uudzu billaahi min dzaalik.
Sebaliknya kalau seseorang mati dalam keadaan yangshoolih, contohnya ia mati dalam keadaan sujud, beribadah, bermunajat terhadap Allooh سبحانه وتعالى, maka alangkah berbahagianya orang tersebut, karena ia akan menghadap Allooh سبحانه وتعالى dalam kondisi shoolih.
Keadaan mirip itu jangan hingga tidak kita persiapkan. Setiap diri kita hendaknya mampu mengendalikan diri, bagaimana caranya agar kita selalu dalam masalah yang baik, sehingga jika Allooh سبحانه وتعالى mencabut nyawa kita, maka kita sedang dalam keadaan berbuat kebaikan. Keadaan mirip itu penuh dengan kendali, alasannya adalah kalau tidak, maka kita akan mati dalam Su’ul Khotimah.Jangan sampai hendaknya ada orang yang mengatakan : “Ah tenang saja, kita kan masih ada waktu ke depan”, alasannya sangat tidak seorang pun tahu kapan tiba maut bagi dirinya.
Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم mengajarkan terhadap kita bahwa sholat yang kita kerjakan itu ialah hendaknya bagaikan sholat kita yang terakhir. Hal ini yakni sebagaimana dalam sabda ia صلى الله عليه وسلم melalui Abu Ayyuub رضي الله عنه yang diberitakan dalam Hadits Riwayat Imaam Ibnu Maajah no: 4171, di-Hasankan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albaany dalam Shohiih Ibnu Maajah no: 3363, dimana ia رضي الله عنه berkata bahwa ada seorang pria datang menemui Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم lalu orang itu berkata,“Wahai Rosuul, ajarilah aku dan ringkaslah.”
Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم menjawab,
إِذَا قُمْتَ فِي صَلاَتِكَ فَصَلِّ صَلاَةَ مُوَدِّعٍ ، وَلاَ تَكَلَّمْ بِكَلاَمٍ تَعْتَذِرُ مِنْهُ ، وَأَجْمِعِ الْيَأْسَ عَمَّا فِي أَيْدِي النَّاسِ
Artinya:
“Jika kau sholat, maka sholatlah mirip sholat perpisahan, dan janganlah kau mengatakan dengan sebuah perkataan dimana kau akan menyesal jadinya. Dan putuskanlah harapanmu dari apa yang ada di tangan manusia.”
Artinya, sholat yang kita kerjakan adalah sholat yang sarat dengan kendali, penuh dengan kesadaran bahwa bila Allooh سبحانه وتعالى tidak menawarkan peluang untuk sholat berikutnya, baik sholat di waktu Shubuh ataupun sholat Tahajud di malam hari, maka sholat yang kita kerjakan disaat itu adalah sholat kita yang terbaik.
Untuk membuat kondisi seperti tersebut tidaklah mudah. Karena jika kita tidak menyadari dan selalu mengupayakan supaya kita kelak menghadap Allooh سبحانه وتعالى dalam keadaan yang baik, maka kita akan condong menjadi gegabah dalam menjalani kehidupan kita di dunia ini dan sebetulnya kita akan tergolong orang-orang yang merugi jika dicabut nyawanya dalam kondisi demikian.
Dalam Hadits yang lain, riwayat Imam Al Bukhoory no: 3414 dan Imaam Muslim no: 2373 dari Shohabat Abu Hurairoh رضي الله عنه, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda :
…فَإِنَّهُ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ فَيَصْعَقُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ ، وَمَنْ فِي الأَرْضِ إِلاَّ مَنْ شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ يُنْفَخُ فِيهِ أُخْرَى فَأَكُونُ أَوَّلَ مَنْ بُعِثَ فَإِذَا مُوسَى آخِذٌ بِالْعَرْشِ فَلاَ أَدْرِي أَحُوسِبَ بِصَعْقَتِهِ يَوْمَ الطُّورِ أَمْ بُعِثَ قَبْلِي
Artinya:
“….Sungguh sangkakala akan ditiup sehingga insan semrawut, panik dan kemudian musnahlah semua yang ada di langit dan yang ada di bumi, kecuali yang Allooh سبحانه وتعالىkehendaki. Kemudian sangkakala ditiup kembali, sedang saya ialah orang yang pertama kali dibangkitkan, kemudian tiba-tiba aku lihat Musaعليه السلامberpegangan pada ‘Arsy. Aku tidak tahu apakah Musa عليه السلام juga termasuk orang yang mengalami kepanikan hari Kiamat itu ataukah orang yang dibangkitkan sebelum aku”.
Dalam Hadits tersebut Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم menjelaskan bahwa ada Hari Kebangkitan sehabis mati dan itu terperinci sekali. Oleh alasannya adalah itu, kita tidak boleh ragu bahwa Hari Kiamat dan Hari Kebangkitan niscaya terjadi dan hendaknya kita sungguh-sungguhmerencanakan diri kita untuk hal tersebut.
Perhatikanlah firman Allooh سبحانه وتعالى dalam QS. An Naazi’aat (79) ayat 6-14 :
يَوْمَ تَرْجُفُ الرَّاجِفَةُ ﴿٦﴾ تَتْبَعُهَا الرَّادِفَةُ ﴿٧﴾ قُلُوبٌ يَوْمَئِذٍ وَاجِفَةٌ ﴿٨﴾ أَبْصَارُهَا خَاشِعَةٌ ﴿٩﴾ يَقُولُونَ أَئِنَّا لَمَرْدُودُونَ فِي الْحَافِرَةِ ﴿١٠﴾ أَئِذَا كُنَّا عِظَاماً نَّخِرَةً ﴿١١﴾ قَالُوا تِلْكَ إِذاً كَرَّةٌ خَاسِرَةٌ ﴿١٢﴾ فَإِنَّمَا هِيَ زَجْرَةٌ وَاحِدَةٌ ﴿١٣﴾ فَإِذَا هُم بِالسَّاهِرَةِ ﴿١٤﴾
Artinya:
(6) (Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan) pada hari dikala tiupan pertama menggoncangkan alam,
(7) tiupan pertama itu diiringi oleh tiupan kedua.
(8) Hati manusia pada waktu itu sangat takut,
(9) pandangannya tunduk.
(10) (Orang-orang kaafir) berkata:“Apakah bekerjsama kami sungguh-sungguh dikembalikan kepada kehidupan yang semula?
(11) Apakah (akan dibangkitkan juga) bila kami telah menjadi tulang-belulang yang hancur lumat?”
(12) Mereka berkata:“Kalau demikian, itu adalah sebuah pengembalian yang merugikan”.
(13) Sesungguhnya pengembalian itu hanyalah dengan satu kali tiupan saja,
(14) maka dengan serta merta mereka hidup kembali di permukaan bumi (yang gres).
Kita temui pula dalam Hadits Riwayat Imaam Al Bukhoory no: 4935 dan Imaam Muslim no: 2955, dari Shohabat Abu Hurairoh رضي الله عنه, bahwa ia رضي الله عنه berdialog dengan Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم lalu Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
مَا بَيْنَ النَّفْخَتَيْنِ أَرْبَعُونَ قَالَ أَرْبَعُونَ يَوْمًا قَالَ أَبَيْتُ قَالَ أَرْبَعُونَ شَهْرًا قَالَ أَبَيْتُ قَالَ أَرْبَعُونَ سَنَةً قَالَ أَبَيْتُ قَالَ ثُمَّ يُنْزِلُ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَيَنْبُتُونَ كَمَا يَنْبُتُ الْبَقْلُ لَيْسَ مِنَ الإِنْسَانِ شَيْءٌ إِلاَّ يَبْلَى إِلاَّ عَظْمًا وَاحِدًا وَهْوَ عَجْبُ الذَّنَبِ وَمِنْهُ يُرَكَّبُ الْخَلْقُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Artinya:
“Antara dua tiupan itu ada empat puluh”.
Kemudian Abu Hurairoh رضي الله عنه mengajukan pertanyaan, “Maksudnya empatpuluh hari?”
Maka Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم mengingkari.
Abu Hurairoh رضي الله عنه mengajukan pertanyaan lagi, “Maksudnya empatpuluh bulan?”
Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم pun mengingkari.
Abu Hurairoh رضي الله عنه berkata, “Maksudnyaempatpuluh tahun?”.
Maka Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم mengingkari (untuk menginformasikan bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم sendiri pun tidak mengetahuinya), lalu Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم menjelaskan, “Kemudian Allooh سبحانه وتعالى turunkan air dari langit, lalu mereka tumbuh sebagaimana layaknya kecambah yang tumbuh. Setiap apa yang dimiliki dan apa yang ada pada badan manusia semuanya akan rusak, kecuali cuma satu tulang, yaitu tulang yang ada dibawah tulang rusuk (– tulang ekor — pent.). Dari tulang itu lah manusia akan kembali dibuat pada hari Kiamat.”
Makara dari Hadits diatas, dapat diambil pelajaran bahwa yang dimaksudkan dengan Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم mengingkari itu yaitu mengingkari perihal penggunaan lamanya waktu diukur dengan hari, bulan atau tahun; alasannya adalah sebagaimana kita ketahui bahwa hitungan itu sudah tidak berlaku lagi alasannya alam semesta sudah rusak, sehingga hanya Allooh سبحانه وتعالى yang tahu perihal kadar usang waktunya. Adapun jikalau dikatakan empat puluh tahun maka itu yakni berdasarkan asumsi hitungan dunia, dimana sesudah Hari Kiamat (tiupan sangkakala pertama),kemudian akan ada tiupan sangkakala kedua: ialah Manusia dibangkitkan pada Hari Kebangkitan.
Adapun dari Hadits diatas, mampu pula diambil pelajaran bahwa ada satu tulang, ialah ujung tulang belakang manusia (tulang ekor), yang tidak pernah akan hancur sampai Hari Kiamat. Dan manusia akan ditumbuhkan kembali dari situ, yakni sehabis terkena siraman air pada Hari Kiamat kelak..
Berikutnya ialah apa yang diberitakan dalam Hadits Riwayat Imaam Muslim no: 2940, dari seorang Shohabat bernama ‘Abdullooh bin Amru bin Al ‘Ash رضي الله عنه, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
يَخْرُجُ الدَّجَّالُ فِى أُمَّتِى فَيَمْكُثُ أَرْبَعِينَ – لاَ أَدْرِى أَرْبَعِينَ يَوْمًا أَوْ أَرْبَعِينَ شَهْرًا أَوْ أَرْبَعِينَ عَامًا – فَيَبْعَثُ اللَّهُ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ كَأَنَّهُ عُرْوَةُ بْنُ مَسْعُودٍ فَيَطْلُبُهُ فَيُهْلِكُهُ ثُمَّ يَمْكُثُ النَّاسُ سَبْعَ سِنِينَ لَيْسَ بَيْنَ اثْنَيْنِ عَدَاوَةٌ ثُمَّ يُرْسِلُ اللَّهُ رِيحًا بَارِدَةً مِنْ قِبَلِ الشَّأْمِ فَلاَ يَبْقَى عَلَى وَجْهِ الأَرْضِ أَحَدٌ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ خَيْرٍ أَوْ إِيمَانٍ إِلاَّ قَبَضَتْهُ حَتَّى لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ دَخَلَ فِى كَبَدِ جَبَلٍ لَدَخَلَتْهُ عَلَيْهِ حَتَّى تَقْبِضَهُ ». قَالَ سَمِعْتُهَا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « فَيَبْقَى شِرَارُ النَّاسِ فِى خِفَّةِ الطَّيْرِ وَأَحْلاَمِ السِّبَاعِ لاَ يَعْرِفُونَ مَعْرُوفًا وَلاَ يُنْكِرُونَ مُنْكَرًا فَيَتَمَثَّلُ لَهُمُ الشَّيْطَانُ فَيَقُولُ أَلاَ تَسْتَجِيبُونَ فَيَقُولُونَ فَمَا تَأْمُرُنَا فَيَأْمُرُهُمْ بِعِبَادَةِ الأَوْثَانِ وَهُمْ فِى ذَلِكَ دَارٌّ رِزْقُهُمْ حَسَنٌ عَيْشُهُمْ ثُمَّ يُنْفَخُ فِى الصُّورِ فَلاَ يَسْمَعُهُ أَحَدٌ إِلاَّ أَصْغَى لِيتًا وَرَفَعَ لِيتًا – قَالَ – وَأَوَّلُ مَنْ يَسْمَعُهُ رَجُلٌ يَلُوطُ حَوْضَ إِبِلِهِ – قَالَ – فَيَصْعَقُ وَيَصْعَقُ النَّاسُ ثُمَّ يُرْسِلُ اللَّهُ – أَوْ قَالَ يُنْزِلُ اللَّهُ – مَطَرًا كَأَنَّهُ الطَّلُّ أَوِ الظِّلُّ – نُعْمَانُ الشَّاكُّ – فَتَنْبُتُ مِنْهُ أَجْسَادُ النَّاسِ ثُمَّ يُنْفَخُ فِيهِ أُخْرَى فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ ثُمَّ يُقَالُ يَا أَيُّهَا النَّاسُ هَلُمَّ إِلَى رَبِّكُمْ. وَقِفُوهُمْ إِنَّهُمْ مَسْئُولُونَ – قَالَ – ثُمَّ يُقَالُ أَخْرِجُوا بَعْثَ النَّارِ فَيُقَالُ مِنْ كَمْ فَيُقَالُ مِنْ كُلِّ أَلْفٍ تِسْعَمِائَةٍ وَتِسْعَةً وَتِسْعِينَ – قَالَ – فَذَاكَ يَوْمَ يَجْعَلُ الْوِلْدَانَ شِيبًا وَذَلِكَ يَوْمَ يُكْشَفُ عَنْ سَاقٍ
Artinya:
“Akan keluar ditengah-tengah umatku Dajjal dan Dajjal itu akan tinggal selama empat puluh (tidak tahu apakah empatpuluh hari atau empatpuluh bulan ataukah empatpuluh tahun). Setelah itu Allooh سبحانه وتعالى akan bangkitkan ‘Isa bin Maryam عليه السلام, seolah-olah seorang Shohabat berjulukan ‘Urwah bin Mas’uud رضي الله عنه, kemudian ‘Isa bin Maryam عليه السلام akan mencari Dajjal itu dan lalu akan membunuhnya.
Manusia akan tinggal selama tujuh tahun, tidak ada permusuhan diantara mereka. Kemudian Allooh سبحانه وتعالى kirimkan angin dingin dari arah Syam (–sekarang Syria – pent.), Allooh سبحانه وتعالى pun mematikan mereka sehingga tidak ada seorangpun yang ada dalam hatinya sebiji sawit kebaikan (keimanan) yang tersisa. Walaupun bila seandainya seorang dari mereka masuk kedalam tengah gunung sekalipun untuk bersembunyi, kecuali angin itu akan merenggut nyawanya.”
Demikian saya mendengarnya dari Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, kemudian Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda lagi, “Lalu sesudah itu tersisa manusia-manusia jahat, seolah mereka itu menilai ringan untuk berbuat jahat, kerusakan, permusuhan dan kedzoliman. Mereka tak ingintahu kebaikan. Mereka tidak mengingkari kemungkaran.
Lalu syaithoon berkembang menjadi pada mereka dan menyampaikan, “Tidakkah kalian ikuti saya?”
Lalu mereka menyampaikan, “Apa yang kamu perintah pada kami?”
Lalu syaithoon itu memerintahkan pada mereka untuk menyembah berhala. Ketika itu mereka berada dalam rizqy dan kehidupan yang bagus.
Kemudian Alloohسبحانه وتعالىtiup sangkakala sehingga tidak ada seorangpun yang mendengarnya kecuali memperhatikan dengan teliti kejadian ini dan orang pertama kali yang mendengarnya yaitu seseorang yang sedang membuat makanan untuk untanya. Kemudian ia menjadi pingsan dan manusia lain pun akan pingsan pula. Setelah itu Allooh سبحانه وتعالىturunkan hujan dari langit, seperti bayang-bayang(– Perowi Hadits ini ragu – pent.), kemudian manusia tubuhnya akan tumbuh, sehabis itu ditiup kembali sangkakala oleh Isrofil, lalu insan akan berdiri satu sama lain saling memandang.
Kemudian dikatakanlah,“Wahai manusia, mari menghadap Robb kalian dan berdirilah, bantu-membantu kalian akan ditanya.”
Kemudian dibilang, “Keluarkan segerombolan insan untuk menjadi penghuni neraka.” Kemudian ditanya, “Dari berapa?”
Dijawab, “Setiap seribu, Sembilan ratus Sembilan puluh Sembilan; maka itulah hari dimana Allooh سبحانه وتعالى jadikan belum dewasa beruban dan hari dimana betis tersingkap.”
Itulah proses Hari Kebangkitan. Kalau kita lihat proses Hari Kebangkitan itu waktunya yakni selang empat puluh tahun dari Hari Kiamat. Lalu Allooh سبحانه وتعالى menurunkan air dari langit, dimana insan akan ditumbuhkan kembali dari tulang bab belakang (tulang ekor)-nya yang memang tidak pernah hancur. Dan sesudah itu, tumbuhlah mereka menjadi manusia lagi, dimana sesudahnya Allooh سبحانه وتعالى akan beri kesadaran mereka satu dengan yang lainnya.
Perkataan Para ‘Ulama Ahlus Sunnah
Imaam Ath Thohaawy رحمه الله saat menjelaskan ayat Al Qur’an yang berkenaan dengan persoalan Hari Kebangkitan, antara lain ialah sebagai berikut :
“Bahwa Ibnu ‘Abdil ‘Iz Al Hanafi ketika menjelaskan ayat-ayat ihwal Hari Kebangkitan, ia menyampaikan: “Maka renungkanlah apa yang menjadi tanggapan dari pertanyaan dimana orang-orang kaafir menanyakan, “Apakah kami dikala sudah menjadi tulang-belulang maka kami akan dibangkitkan menjadi ciptaan yang baru?”
Maka dijawablah bahwa, “Jika kau menyampaikan bahwa tidak ada Pencipta, tidak ada Penguasa, tidak ada Robb di dunia ini, maka cobalah kamu pikirkan tentang ciptaan yang tidak akan dihabisi oleh maut sebagai misalnya: batu, besi, dan apa lagi yang lebih besar dari kerikil ataupun besi tersebut.Yang seperti itu tidak akan mengalami mati. Karena yang mengalami mati adalah makhluk yang bernyawa. Pikirkanlah bahwa yang tidak mengalami mati itu hanyalah watu, besi atau yang semisalnya.”
Kata dia: “Bila kalian jawab bahwa sesuatu yang tidak mengalami keabadian itu, kemudian mampu terjadi (tercipta), maka apa pula yang dapat membatasi antara kalian dengan Pencipta kalian untuk mengembalikan kalian dalam bentuk ciptaan yang baru?”
Atau kata dia dalam klarifikasi yang lain: “Kalau seandainya kalian, wahai orang-orang kaafir, yang mana kalian tahu bahwa kerikil atau besi, atau ciptaan selain itu, maka sesungguhnya Allooh سبحانه وتعالىMaha Berkuasa untuk merusak kalian ataupun untuk menghapus kalian. Kemudian Allooh سبحانه وتعالى ubah kondisi kalian itu dari keadaan satu kepada keadaan yang lainnya. Siapa yang hendak mampu dan berkuasa untuk berbuat terhadap fisik-fisik ini, padahal kerikil dan besi yang sangat keras itu pun dapat menjadi rusak. Kalau saja watu dan besi yang demikian keras itu oleh Allooh سبحانه وتعالى Maha Berkuasa untuk menghancurkannya, maka betapa mudahnya untuk merusak dan memusnahkan yang lebih lemah daripada itu.”
Perhatikanlah firman Allooh سبحانه وتعالى dalam QS. An Naazi’aat (79) ayat 27-46:
أَأَنتُمْ أَشَدُّ خَلْقاً أَمِ السَّمَاء بَنَاهَا ﴿٢٧﴾ رَفَعَ سَمْكَهَا فَسَوَّاهَا ﴿٢٨﴾ وَأَغْطَشَ لَيْلَهَا وَأَخْرَجَ ضُحَاهَا ﴿٢٩﴾ وَالْأَرْضَ بَعْدَ ذَلِكَ دَحَاهَا ﴿٣٠﴾ أَخْرَجَ مِنْهَا مَاءهَا وَمَرْعَاهَا ﴿٣١﴾ وَالْجِبَالَ أَرْسَاهَا ﴿٣٢﴾ مَتَاعاً لَّكُمْ وَلِأَنْعَامِكُمْ ﴿٣٣﴾ فَإِذَا جَاءتِ الطَّامَّةُ الْكُبْرَى ﴿٣٤﴾ يَوْمَ يَتَذَكَّرُ الْإِنسَانُ مَا سَعَى ﴿٣٥﴾ وَبُرِّزَتِ الْجَحِيمُ لِمَن يَرَى ﴿٣٦﴾ فَأَمَّا مَن طَغَى ﴿٣٧﴾ وَآثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا ﴿٣٨﴾ فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى ﴿٣٩﴾ وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى ﴿٤٠﴾ فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى ﴿٤١﴾ يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا ﴿٤٢﴾ فِيمَ أَنتَ مِن ذِكْرَاهَا ﴿٤٣﴾ إِلَى رَبِّكَ مُنتَهَاهَا ﴿٤٤﴾ إِنَّمَا أَنتَ مُنذِرُ مَن يَخْشَاهَا ﴿٤٥﴾ كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَهَا لَمْ يَلْبَثُوا إِلَّا عَشِيَّةً أَوْ ضُحَاهَا ﴿٤٦﴾
Artinya:
(27) Apakah kamu yang lebih sulit penciptaannya ataukah langit? Allooh telah membangunnya,
(28) Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya,
(29) dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita dan menimbulkan siangnya jelas benderang.
(30) Dan bumi setelah itu dihamparkan-Nya.
(31) Ia memancarkan daripadanya mata airnya dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya.
(32) Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh,
(33) (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-hewan ternakmu.
(34) Maka bila bencana yang sangat besar (hari akhir zaman) telah tiba.
(35) Pada hari (dikala) insan teringat akan apa yang telah dikerjakannya,
(36) dan diperlihatkan neraka dengan jelas kepada setiap orang yang melihat.
(37) Adapun orang yang melampaui batas,
(38) dan lebih mengutamakan kehidupan dunia,
(39) maka bahwasanya nerakalah tempat tinggal-(nya).
(40) Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Robb-nya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya,
(41) maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal-(nya).
(42) (Orang-orang kaafir) mengajukan pertanyaan kepadamu (Muhammad) perihal hari berbangkit, kapankah terjadinya?
(43) Siapakah kamu (sehingga) dapat menyebutkan (waktunya)?
(44) Kepada Robb-mulah dikembalikan risikonya (ketentuan waktunya).
(45) Kamu hanyalah pemberi peringatan bagi siapa yang takut kepadanya (hari berbangkit).
(46) Pada hari mereka menyaksikan hari berbangkit itu, mereka merasa seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari.
Allooh سبحانه وتعالى berfirman dalam Surat An Naazi’aat (79) ayat 27-46 tersebut bahwa sebetulnya insan itu ketimbang penciptaan langit, penciptaan bumi ataupun penciptaan benda-benda yang lain yaitu lebih mudah bagi Allooh سبحانه وتعالى. Oleh alasannya itu, mengembalikan manusia dari tidak ada menjadi ada, bagi Allooh سبحانه وتعالى yaitu sesuatu kasus yang sangatlah mudah.
Itulah hal-hal yang sudah diberitakan oleh Allooh سبحانه وتعالى, dan oleh Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, tentang proses bagaimana Isrofil meniup sakakala, berapa kali ditiupnya, dan apa yang mau terjadi pada insan, dan pada alam ini. Lalu apa yang mau dialami oleh manusia sesudah itu, yaitu yang disebut dengan Hari Kebangkitan, dimana pada hari itu Allooh سبحانه وتعالى akan menghidupkan manusia kembali untuk menghadap Allooh سبحانه وتعالى.
Allooh سبحانه وتعالى berfirman dalam QS. Asy Syu’aroo (26) ayat 88-89:
يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ ﴿٨٨﴾ إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ ﴿٨٩﴾
Artinya:
(88) (yaitu) di hari harta dan belum dewasa laki-laki tidak berguna,
(89) kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih (hati yang salim).
Yang dimaksud “hati yang salim” yaitu hati yang betul-betul bertauhid kepada Allooh سبحانه وتعالى, sarat dogma beriman kepada Allooh سبحانه وتعالى, beriman kepada Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, serta konsekuen mengamalkan apa yang menjadi amalan dan pedomannya.
Atas itu semua, hendaknya kita mempersiapkan diri akan mati dalam kondisi mirip apa. Dan hendaknya kita takut terhadap Allooh سبحانه وتعالى, jangan-jangan ketika dibangkitkan (dicabut nyawa kita), kita sedang dalam kondisi berma’shiyatkepada Allooh سبحانه وتعالى. Maka hendaknya kita senantiasa memohon kepada Allooh سبحانه وتعالى biar kita mati dalam keadaan Husnul Khootimah, bederma dengan amalan terbaik dikala kita menuntaskan hidup.
Maka hendaknya kita berdoa:
اللهم اجعل خير أعمالنا آخرها وخير أعمارنا خواتمها وخير أيامنا يوم لقائك
(Alloohummaj’al khoiro a’maalinaa aakhirohaa wa khoiro a’maalinaa khowaatimahaa wa khoiro aayaaminaa yauwmal liqoo-ika)
Artinya:
“Ya Allooh, jadikanlah amalan terakhir kami yaitu amalan terbaik di ajal kami, dan sebaik-baik umur ialah pada saat tutup usia kami, dan sebaik-baik hari yakni hari dikala kami berjumpa dengan-Mu.”
Do’a demikian itu tidak mudah, alasannya adalah orang yang tidak umummengkondisikan dirinya taat terhadap Allooh سبحانه وتعالى, maka ia akan mengalami kesulitan alasannya adalah mustahil datang-datang ia menjadi orangshoolih dalam waktu seketika. Dan kita senantiasa berlindung terhadap Allooh سبحانه وتعالى agar kita tidak meninggal dalam keadaan Su’ul Khootimah.
Usahakan biar makanan, kata-kata dan amalan yang kita kerjakan sehari-hari itu terkendali dan terkontrol dalam kondisi taat terhadap Allooh سبحانه وتعالى, sehingga jika kita mati dalam kondisi mirip itu,insya Allooh kita menghadap terhadap-Nya dalam kondisi shoolih.
Mati itu tidak mampu diundur atau dimajukan. Oleh karena itu, para Salaful Ummah (Pendahulu Ummat yang Shoolih) berwasiat sebagai berikut bahwa: Ketika hendak tidur, semestinya dibawah bantal kita ditaruh surat yang berisi wasiat yang berhubungan antara diri kita dengan orang lain. Jangan-jangan ketika kita tidur, tidak bangun lagi karena mati, dan kita masih ada masalah yang bersangkut-paut dengan orang lain. Sehingga kalau kita meninggal, ada sesuatu pesan yang disampaikan terhadap jago waris.Karena jika tidak demikian, maka dilema dan sangkutan dengan orang lain tersebut akan dibawa menghadap kepada Allooh سبحانه وتعالى. Dan hal itu tidak mampu teratasi karena beliau tidak berpesan kepada orang lain sebelum meninggalnya.
Hari Kebangkitan yaitu hari dimana kita akan mulai merasakan, mulai akan mendapat berita ihwal hasil prestasi apa yang kita amalkan di dunia ini. Jika yang diamalkan di dunia selalu baik, pasti Allooh سبحانه وتعالى akan memperlihatkan yang terbaik. Allooh سبحانه وتعالى tidak akan mendzolimi atau menganiaya sedikitpun akan tindakan kita selama hidup di dunia ini. Kalau baik, akan diperlihatkan baik, bila buruk akan diperlihatkan buruknya.
Wallohul Muwaffiq Ila Aqwamith Thoriq