Klarifikasi Al-Quran Dan Hadits Tentang Adanya Alam Barzakh

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ اْلمَوْتِ، وَ اِنَّمَا تُوَفَّوْنَ اُجُوْرَكُمْ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ، فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَ اُدْخِلَ اْلجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ، وَ مَا اْلحَيوةُ الدُّنْيَا اِلاَّ مَتَاعُ اْلغُرُوْرِ. ال عمران:185
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sebetulnya pada hari qiyamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam nirwana, maka sangat beliau sudah mujur. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. [QS. Ali Imran : 185]
Alam yakni ciptaan (al kholqu) dan kumpulan (al jam’u) atau setiap bagian dari ciptaan baik itu alam hewan maupun flora.‎
Barzakh ialah suatu alam yang ada diantara dunia dan akhirat dimulai dari akhir hayat sampai seseorang dibangkitkan atau apa yang terjadi sesudah akhir hayat dan sebelum kebangkitan.
Alam kubur atau biasanya orang menyebut dengan alam barzah ialah sebuah yang menghalangi alam dunia dan akherat. Setiap manusia akan mengalami mati, kemudian berada pada alam kubur atau alam barzah, yakni kala sesudah manusia mati sampai hari kiamat atau kawasan persinggahan pertama menuju akherat.
Berikut ini Firman Allah SWT tentang alam kubur :
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ اْلمَوْتِ، وَ نَبْلُوْكُمْ بِالشَّرّ وَ اْلخَيْرِ فِتْنَةً، وَ اِلَيْنَا تُرْجَعُوْنَ. الانبياء:35
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kau dengan keburukan dan kebaikan selaku ujian (yang sebenar-benarnya). Dan cuma kepada Kamilah kau dikembalikan. [QS. Al-Anbiyaa’ : 35]
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ اْلمَوْتِ، ثُمَّ اِلَيْنَا تُرْجَعُوْنَ. العنكبوت:57
Tiap-tiap yang berjiwa akan mencicipi mati. Kemudian cuma kepada Kami lah kamu dikembalikan. [QS. Al-’Ankabuut : 57]
قُلْ اِنَّ اْلمَوْتَ الَّذِيْ تَفِرُّوْنَ مِنْهُ فَاِنَّه مُلقِيْكُمْ ثُمَّ تُرَدُّوْنَ اِلى عَالِمِ اْلغَيْبِ وَ الشَّهَادَةِ فَيُنَبّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ. الجمعة:8
Katakanlah, “Sesungguhnya kematian yang kau lari dari padanya, maka bahu-membahu akhir hayat itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. [QS. Al-Jum’ah : 8]
اَيْنَ مَا تَكُوْنُوْا يُدْرِكْكُّمُ اْلمَوْتُ وَ لَوْ كُنْتُمْ فِيْ بُرُوْجٍ مُّشَيَّدَةٍ. النساء:78
Di mana saja kamu berada, kematian akan menerima kamu, kendatipun kau di dalam benteng yang tinggi lagi kuat, [QS. An-Nisaa’ : 78]
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ اْلمَوْتِ، وَ اِنَّمَا تُوَفَّوْنَ اُجُوْرَكُمْ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ، فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَ اُدْخِلَ اْلجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ، وَ مَا اْلحَيوةُ الدُّنْيَا اِلاَّ مَتَاعُ اْلغُرُوْرِ. ال عمران:185
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sebetulnya pada hari qiyamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam nirwana, maka sungguh dia sudah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. [QS. Ali Imran : 185]
Allâh Azza wa Jalla menunjukkan pemberitaan umum kepada seluruh makhluk, bahwa setiap jiwa akan merasakan akhir hayat. Hanya Allâh Yang Maha Hidup, tidak akan mati. Adapun jin, manusia, malaikat, semua akan mati. 
Kematian merupakan hakekat yang seram. Dia akan mengunjungi seluruh orang yang hidup dan tidak ada tuhan menolak maupun menahannya. Maut merupakan ketetapan Allâh Azza wa Jalla . Ini adalah hakekat yang telah diketahui. Maka sepatutnya kita bersiap diri menghadapinya dengan doktrin sejati dan amal shalih yang murni. 
Di dalam tulisan ini insya Allah akan kami sampaikan beberapa peristiwa yang terjadi di alam kubur sehingga menimbulkan kita lebih berhati-hati dalam menjalani kehidupan dunia ini biar selamat di alam kubur.
ياَيَّتُهَا النَّفْسُ اْلمُطْمَئِنَّةُ(27) ارْجِعِيْ اِلى رَبّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً(28) فَادْخُلِيْ فِيْ عِبَادِيْ(29) وَادْخُلِيْ جَنَّتِيْ(30) الفجر:27-30
Hai jiwa yang damai. (27) Kembalilah terhadap Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridlai-Nya. (28) Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku, (29) dan masuklah ke dalam nirwana-Ku. (30) [QS. Al-Fajr : 27-30]
وَ قَالُوْآ اَئِذَا كُنَّا عِظَامًا وَّ رُفَاتًا ءَاِنَّا لَمَبْعُوْثُوْنَ خَلْقًا جَدِيْدًا(49) قُلْ كُوْنُوْا حِجَارَةً اَوْ حَدِيْدًا(50) اَوْ خَلْقًا مّمَّا يَكْبُرُ فِيْ صُدُوْرِكُمْ فَسَيَقُوْلُوْنَ مَنْ يُّعِيْدُنَا، قُلِ الَّذِيْ فَطَرَكُمْ اَوَّلَ مَرَّةٍ، فَسَيُنْغِضُوْنَ اِلَيْكَ رُءُوْسَهُمْ وَ يَقُوْلُوْنَ مَتى هُوَ، قُلْ عَسى اَنْ يَّكُوْنَ قَرِيْبًا(51) يَوْمَ يَدْعُوْكُمْ فَتَسْتَجِيْبُوْنَ بِحَمْدِه وَ تَظُنُّوْنَ اِنْ لَّبِثْتُمْ اِلاَّ قَلِيْلاً.(52) الاسراء:49-52
Dan mereka berkata, “Apakah bila kami telah menjadi tulang belulang dan benda-benda yang hancur, apa benar-benarkah kami akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk yang baru?”. (49) Katakanlah, “Jadilah kau sekalian batu atau besi, (50) atau sebuah makhluk dari makhluk yang tidak mungkin (hidup) menurut pikiranmu”. Maka mereka akan mengajukan pertanyaan, “Siapa yang mau meng-hidupkan kami kembali?”. Katakanlah, “Yang telah menciptakan kau pada kali yang pertama”. Lalu mereka akan menggeleng-gelengkan kepala mereka kepadamu dan berkata, “Kapan itu (akan terjadi)?”. Katakanlah, “Praktis-mudahan waktu berbangkit itu erat”, (51) yaitu pada hari Dia mengundang kamu, lalu kau mematuhi-Nya sambil memuji-Nya dan kamu menduga, bahwa kamu tidak berdiam (di dalam qubur) kecuali sebentar saja. (52) [QS. Al-Israa’ : 49-52]
وَ يَوْمَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ يُقْسِمُ اْلمُجْرِمُوْنَ مَا لَبِثُوْا غَيْرَ سَاعَةٍ، كَذلِكَ كَانُوْا يُؤْفَكُوْنَ(55) وَ قَالَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا اْلعِلْمَ وَ اْلاِيْمَانَ لَقَدْ لَبِثْتُمْ فِيْ كِتبِ اللهِ اِلى يَوْمِ اْلبَعْثِ فَهذَا يَوْمُ اْلبَعْثِ وَ لكِنَّكُمْ كُنْتُمْ لاَ تَعْلَمُوْنَ(56) الروم:55-56
Dan pada hari terjadinya qiyamat, bersumpahlah orang-orang yang berdosa, “Mereka tidak berdiam (dalam qubur) melainkan sesaat (saja)”. Seperti demikianlah mereka selalu dipalingkan (dari kebenaran). (55) Dan berkata orang-orang yang diberi ilmu wawasan dan keimanan (kepada orang-orang yang kafir), “Sesungguhnya kamu telah berdiam (dalam qubur) berdasarkan ketetapan Allah hingga hari berbangkit, maka inilah hari berbangkit itu, akan tetapi kamu selalu tidak meyakini (nya)”. (56) [QS. Ar-Ruum : 55-56]
كَاَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَهَا لَمْ يَلْبَثُوْا اِلاَّ عَشِيَّةً اَوْ ضُحَاهَا. النازعات:46
Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari. [QS. An-Naazi’aat : 46]
مَنْ اَعْرَضَ عَنْهُ فَاِنَّه يَحْمِلُ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ وِزْرًا(100) خَالِدِيْنَ فِيْهِ، وَ سَآءَ لَهُمْ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ حِمْلاً(101) يَوْمَ يُنْفَخُ فِى الصُّوْرِ وَ نَحْشُرُ اْلمُجْرِمِيْنَ يَوْمَئِذٍ زُرْقًا(102) يَتَخَافَتُوْنَ بَيْنَهُمْ اِنْ لَّبِثْتُمْ اِلاَّ عَشْرًا(103) نَحْنُ اَعْلَمُ بِمَا يَقُوْلُوْنَ، اِذْ يَقُوْلُ اَمْثَلُهُمْ طَرِيْقَةً، اِنْ لَّبِثْتُمْ اِلاَّ يَوْمًا(104) طه:100-104
Barangsiapa berpaling daripada Al-Qur’an maka bergotong-royong dia akan memikul dosa yang besar di hari qiyamat, (100) mereka kekal di dalam keadaan itu. Dan amat buruklah dosa itu sebagai beban bagi mereka di hari qiyamat, (101) (yakni) di hari (yang di waktu itu) ditiup sangkakala dan Kami akan mengumpulkan pada hari itu orang-orang yang berdosa dengan tampang yang biru muram, (102) mereka berbisik-bisik diantara mereka, “Kamu tidak berdiam (di dunia) melainkan hanyalah sepuluh (hari)”. (103) Kami lebih mengenali apa yang mereka katakan, saat berkata orang yang paling lurus jalannya diantara mereka, “Kamu tidak berdiam (di dunia) melainkan hanyalah sehari saja”. (104) [QS. Thaahaa : 100-104]
قلَ كَمْ لَبِثْتُمْ فِى اْلاَرْضِ عَدَدَ سِنِيْنَ(112) قَالُوْا لَبِثْنَا يَوْمًا اَوْ بَعْضَ يَوْمٍ فَاسْئَلِ اْلعَادّيْنَ(113) قلَ اِنْ لَّبِثْتُمْ اِلاَّ قَلِيْلاً لَّوْ اَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ(114) المؤمنون:112-114
Allah bertanya, “Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?”. (112) Mereka menjawab, “Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menjumlah”. (113) Allah berfirman, “Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, bila kau sungguh-sungguh mengetahui”. (114) [QS. Al-Mukminuun : 112-114]
وَ يَوْمَ يَحْشُرُهُمْ كَاَنْ لَّمْ يَلْبَثُوْا اِلاَّ سَاعَةً مّنَ النَّهَارِ يَتَعَارَفُوْنَ بَيْنَهُمْ، قَدْ خَسِرَ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِلِقَآءِ اللهِ وَ مَا كَانُوْا مُهْتَدِيْنَ. يونس:45
Dan (camkan) akan hari (yang di waktu itu) Allah menghimpun mereka, (mereka merasa di hari itu) seperti mereka tidak pernah berdiam (di dunia) melainkan hanya sesaat saja di siang hari (di waktu itu) mereka saling berkenalan. Sesungguhnya rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Allah dan mereka tidak menerima isyarat . [QS. Yunus : 45]
كَلاَّ اِذَا بَلَغَتِ التَّرَاقِيَ(26) وَ قِيْلَ مَنْ رَّاقٍ(27) وَ ظَنَّ اَنَّهُ اْلفِرَاقُ(28) وَ اْلتَفَّتِ السَّاقُ بِالسَّاقِ(29) اِلى رَبّكَ يَوْمَئِذِ اْلمَسَاقُ(30) فَلاَ صَدَّقَ وَ لاَ صَلّى(31) وَ لكِنْ كَذَّبَ وَ تَوَلّى(32) ثُمَّ ذَهَبَ اِلَى اَهْلِه يَتَمَطّى(33) اَوْلى لَكَ فَاَوْلى(34) ثُمَّ اَوْلى لَكَ فَاَوْلى(35) القيامة:26-35
Sekali-kali jangan. Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) hingga ke kerongkongan, (26) dan dikatakan (kepadanya), “Siapakah yang dapat menyembuhkan?”, (27) dan beliau yaqin bahwa bekerjsama itulah waktu perpisahan (dengan dunia), (28) dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan), (29) terhadap Tuhanmulah pada hari itu kau dihalau. (30) Dan ia tak inginmembenarkan (Rasul dan Al-Qur’an) dan tidak mau melaksanakan shalat, (31) namun beliau mendustakan (Rasul) dan berpaling (dari kebenaran), (32) kemudian beliau pergi kepada ahlinya dengan berlagak (arogan). (33) Kecelakaanlah bagimu (hai orang kafir) dan kecelakaanlah bagimu, (34) kemudian kecelakaanlah bagimu (hai orang kafir) dan kecelakaanlah bagimu. (35) [QS. Al-Qiyamah : 26-35]
حَتّى اِذَا جَآءَ اَحَدَهُمُ اْلمَوْتُ قَالَ رَبّ ارْجِعُوْنِ(99) لَعَلّيْ اَعْمَلُ صَالِحًا فِيْمَا تَرَكْتُ كَلاَّ، اِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا، وَ مِنْ وَّرَآئِهِمْ بَرْزَخٌ اِلى يَوْمِ يُبْعَثُوْنَ(100) المؤمنون:99-100
(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga jika tiba maut terhadap seseorang dari mereka, ia berkata, “Ya Tuhanku kembalikanlah saya (ke dunia), (99) biar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan”. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu yakni perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan (100) [QS. Al-Mukminuun : 99-100]
Imam Ibnu Katsir berkata :”Dalam ayat ini Allah menginformasikan tentang yang diterima oleh orang-orang kafir dan yang melebihi batas kepada ketentuan yang telah Allah buat, mereka juga meminta terhadap Allah untuk dikembalikan kedunia semoga mereka dapat memperbaiki kerusakan-kerusakan yang sudah mereka perbuat selama di dunia”. Dan Allah menunjukkan nikmat terhadap orang-orang yang taat dari hamba-Nya serta mengadzab (menyiksa) orang-orang yang bermaksiat dari hamba-Nya sampai hari pembangkitkan.
Orang yang telah mati di dalam kubur akan mengalami :
Himpitan kubur
Pertanyaan kubur
Siksa kubur atau nikmat kubur
Diperlihatkan kawasan duduknya (surga atau neraka)
Tempat ketetapan ruh
Hadits-hadits Rasulullah SAW :
Diperlihatkan Tempat Duduknya (Surga Atau Neraka)
عَنِ ابْنِ عُمَرَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: اِنَّ اَحَدَكُمْ اِذَا مَاتَ عُرِضَ عَلَيْهِ مَقْعَدُهُ بِاْلغَدَاةِ وَ اْلعَشِيّ اِنْ كَانَ مِنْ اَهْلِ اْلجَنَّةِ فَمِنْ اَهْلِ اْلجَنَّةِ وَ اِنْ كَانَ مِنْ اَهْلِ النَّارِ فَمِنْ اَهْلِ النَّارِ. يُقَالُ: هذَا مَقْعَدُكَ حَتَّى يَبْعَثَكَ اللهُ اِلَيْهِ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ. مسلم 4: 2199
Dari Ibnu ‘Umar sebenarnya Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya salah seorang diantara kalian apabila meninggal dunia akan diperlihatkan kepadanya daerah duduknya di waktu pagi dan sore. Jika ia termasuk mahir nirwana, maka akan diperlihatkan surga kepadanya. Dan jika beliau termasuk andal neraka, akan diperlihatkan neraka kepadanya. Lalu dibilang kepadanya, “Ini yakni tempatmu hingga Allah menghidupkan kau kepadanya pada hari qiyamat”. [HR. Muslim juz 4, hal. 2199]
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ ص: اِذَا مَاتَ الرَّجُلُ عُرِضَ عَلَيْهِ مَقْعَدُهُ بِاْلغَدَاةِ وَ اْلعَشِيّ اِنْ كَانَ مِنْ اَهْلِ اْلجَنَّةِ فَاْلجَنَّةُ وَ اِنْ كَانَ مِنْ اَهْلِ النَّارِ فَالنَّارُ. قَالَ ثُمَّ يُقَالُ: هذَا مَقْعَدُكَ الَّذِى تُبْعَثُ اِلَيْهِ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ. مسلم 4: 2199
Dari Ibnu ‘Umar, ia berkata : Nabi SAW bersabda, “Apabila seseorang meninggal dunia, akan diperlihatkan kawasan duduknya pada pagi dan petang hari. Apabila beliau tergolong andal surga maka diperlihatkan nirwana. Dan jikalau beliau termasuk mahir neraka maka diperlihatkan neraka”. Nabi SAW bersabda : Kemudian dibilang kepadanya, “Ini ialah tempatmu yang kamu akan dibangkitkan padanya besok pada hari qiyamat”. [HR. Muslim juz 4, hal. 2199]
Siksa Kubur Atau Nikmat Kubur, Himpitan Kubur  Dan Pertanyaan Kubur
عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ قَالَ: بَيْنَمَا النَّبِيُّ ص فِى حَائِطٍ لِبَنِى النَّجَّارِ عَلَى بَغْلَةٍ لَهُ وَ نَحْنُ مَعَهُ اِذْ حَادَتْ بِهِ فَكَادَتْ تُلْقِيْهِ وَ اِذَا اَقْبُرٌ سِتَّةٌ اَوْ خَمْسَةٌ اَوْ اَرْبَعَةٌ. (قَالَ: كَذَا كَانَ يَقُوْلُ اْلجُرَيْرِيُّ) فَقَالَ: مَنْ يَعْرِفُ اَصْحَابَ هذِهِ اْلاَقْبُرِ فَقَالَ رَجُلٌ: اَنَا. قَالَ: فَمَتَى مَاتَ هؤُلاَءِ. قَالَ: مَاتُوْا فِى اْلاِشْرَاكِ. فَقَالَ: اِنَّ هذِهِ اْلاُمَّةَ تُبْتَلَى فِى قُبُوْرِهَا فَلَوْلاَ اَنْ لاَ تَدَافَنُوْا لَدَعَوْتُ اللهَ اَنْ يُسْمِعَكُمْ مِنْ عَذَابِ اْلقَبْرِ الَّذِى اَسْمَعُ مِنْهُ، ثُمَّ اَقْبَلَ عَلَيْنَا بِوَجْهِهِ. فَقَالَ: تَعَوَّذُوْا بِاللهِ مِنْ عَذَابِ النَّارِ. قَالُوْا: نَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ عَذَابِ النَّارِ. فَقَالَ: تَعَوَّذُوْا بِاللهِ مِنْ عَذَابِ اْلقَبْرِ. قَالُوْا: نَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ. قَالَ: تَعَوَّذُوْا بِاللهِ مِنَ اْلفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَ مَا بَطَنَ. قَالُوْا: نَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ اْلفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَ مَا بَطَنَ. قَالَ: تَعَوَّذُوْا بِاللهِ مِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ. قَالُوْا: نَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ. مسلم 4: 2199
Dari Zaid bin Tsabit, beliau berkata : Ketika Nabi SAW berada di kebun banu Najjar dengan mengendarai baghal dan kami bersama dia, datang-datang baghal tersebut berbelok dan lari kencang hampir-nyaris melemparkan beliau SAW, lalu berhenti. Dan ternyata di situ ada enam, lima atau empat pusara (demikian yang dibilang oleh Al-Jurairi). Lalu Nabi SAW bersabda, “Siapa yang mengenal penghuni kubur ini?”. Lalu ada seorang sobat yang menjawab, “Saya”. Beliau bertanya lagi, “Kapan mereka itu meninggal?”. Sahabat tadi menjawab, “Mereka itu meninggal dalam kemusyrikan”. Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya umat ini akan diuji di dalam kuburnya. Sekiranya saya tidak khawatir bahwa kalian akan takut mengubur (jenazah), pasti saya berdoa kepada Allah agar Allah memperdengarkan siksa kubur terhadap kalian sebagaimana yang aku dengar”. Kemudian beliau menghadap kepada kami, lalu bersabda, “Mohonlah pemberian kepada Allah dari siksa neraka!”. Lalu para teman berdoa, “Kami berlindung kepada Allah dari siksa neraka”. Beliau bersabda lagi, “Mohonlah derma kepada Allah dari siksa kubur!”. Lalu para teman berdoa, “Kami berlindung kepada Allah dari siksa kubur”. Beliau bersabda lagi, “Mohonlah pinjaman terhadap Allah dari fitnah-fitnah yang tampak maupun yang tersembunyi!”. Lalu para teman berdoa, “Kami berlindung terhadap Allah dari fitnah-fitnah yang terlihat dan yang tersembunyi”. Beliau bersabda lagi, “Mohonlah dukungan kepada Allah dari firnah Dajjal!”. Para teman berdoa, “Kami berlindung terhadap Allah dari fitnah Dajjal”. [HR. Muslim juz 4, hal. 2199]
اِنَّ لِلْقَبْرِ ضَغْطَةً لَوْ كَانَ اَحَدٌ مِنْهَا نَاجِيًا لَنَجَا مِنْهَا سَعْدُ بْنُ مُعَاذٍ. احمد و ابن جرير
Sesungguhnya qubur itu mempunyai himpitan. Seandainya ada orang yang terlepas dari padanya, pasti terlepaslah Sa’ad bin Mu’dz dari padanya. [HR. Ahmad dan Ibnu Jarir]
لَوْ نَجَا مِنْ ضَمَّةِ اْلقَبْرِ اَحَدٌ لَنَجَا سَعْدُ بْنُ مُعَاذٍ وَ لَقَدْ ضُمَّ ضَمَّةً ثُمَّ اُرْخِيَ عَنْهُ. الترمذى و الطبرانى و البيهقى
Seandainya ada seorang yang bisa terselamat dari pada himpitan qubur, niscaya terselamatlah Sa’ad bin Mu’adz. Sesungguhnya ia telah dihimpit dengan satu himpitan, kemudian dikendorkan dari padanya. [HR. Tirmidzi, Thabrani dan Baihaqi]
وَ اِنَّ ضَغْطَةَ اْلقَبْرِ عَلَى اْلمُؤْمِنِ كَاْلاُمّ الشَّفِيْقَةِ يَشْكُوْ اِلَيْهَا ابْنُهَا الصُّدَاعَ فَتَغْمَزُ رَأْسَهُ غَمْزًا رَفِيْقًا وَ لكِنْ يَـا عَائِشَةُ وَيْلٌ لِلشَّاكّيْنَ فِى اللهِ كَيْفَ يُضْغَطُوْنَ فِى قُبُوْرِهِمْ كَضَغْطَةِ الصَّخْرَةِ عَلَى اْلبَيْضَةِ. البيهقى و الديلمى
Sesungguhnya himpitan qubur atas mukmin itu, seperti ibu yang sayang, yang anaknya mengadu sakit kepala kepadanya, kemudian dipijit olehnya dengan pijitan yang lembut, tetapi, ya ‘Aisyah! Celaka orang-orang yang syak wacana Allah! Dengan amat dahsyat akan dihimpit mereka itu di qubur-qubur mereka, sebagaimana himpitan watu gunung yang besar atas sebutir telur. [HR Baihaqi dan Dailami]
عَنْ اَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَالَ نَبِيُّ اللهِ ص: اِنَّ اْلعَبْدَ اِذَا وُضِعَ فِى قَبْرِهِ وَ تَوَلَّى عَنْهُ اَصْحَابُهُ، اِنَّهُ لَيَسْمَعُ قَرْعَ نِعَالِهِمْ. قَالَ: يَأْتِيْهِ مَلَكَاِن فَيُقْعِدَانِهِ فَيَقُوْلاَنِ لَهُ. مَا كُنْتَ تَقُوْلُ فِى هذَا الرَّجُلِ؟ قَالَ: فَاَمَّا اْلمُؤْمِنُ فَيَقُوْلُ: اَشْهَدُ اَنَّهُ عَبْدُ اللهِ وَ رَسُوْلُهُ. قَالَ: فَيُقَالُ لَهُ: اُنْظُرْ اِلَى مَقْعَدِكَ مِنَ النَّارِ قَدْ اَبْدَلَكَ اللهُ بِهِ مَقْعَدًا مِنَ اْلجَنَّةِ. قَالَ نَبِيُّ اللهِ ص: فَيَرَاهُمَا جَمِيْعًا. قَالَ قَتَادَةُ: وَ ذُكِرَ لَنَا اَنَّهُ يُفْسَحُ لَهُ فِى قَبْرِهِ سَبْعُوْنَ ذِرَاعًا وَ يُمْـَلأُ عَلَيْهِ خَضِرًا اِلَى يَوْمِ يُبْعَثُوْنَ . مسلم 4: 2200
Dari Anas bin Malik, ia berkata : Nabiyullah SAW bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba jika diletakkan di dalam quburnya dan teman-temannya telah meninggalkannya, dia mendengar suara sandal mereka. Kemudian beliau didatangi dua malaikat, kemudian mendudukkannya dan bertanya, “Apa pendapatmu wacana laki-laki ini (Muhammad SAW)?”. Adapun orang mukmin akan menjawab, “Aku bersaksi bahwa ia hamba Allah dan delegasi-Nya”. Maka dikatakan kepadanya, “Lihatlah tempatmu di nereka, Allah telah menggantinya dengan kawasan di surga”. Maka dia dapat melihat keduanya”. Qatadah berkata, “Dan disebutkan kepada kami bekerjsama mayyit itu diluaskan quburnya seluas 70 hasta, dan dipenuhi quburnya dengan kenikmatan sampai hari mereka dibangkitkan. [HR. Muslim juz 4, hal. 2200]
عَنْ اَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِنَّ اْلمَيّتَ اِذَا وُضِعَ فِى قَبْرِهِ اِنَّهُ لَيَسْمَعُ خَفْقَ نِعَالِهِمْ اِذَا انْصَرَفُوْا. مسلم 4: 2201
Dari Anas bin Malik, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya orang mati ketika diletakkan di dalam quburnya, ia masih mendengar bunyi sandal orang-orang yang melayatnya ketika mereka pergi meninggalkannya”. [HR. Muslim juz 4, hal. 2201]
عَنْ اَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رض اَنَّهُ حَدَّثَهُمْ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: اِنَّ اْلعَبْدَ اِذَا وُضِعَ فِى قَبْرِهِ وَ تَوَلَّى عَنْهُ اَصْحَابُهُ وَ اِنَّهُ لَيَسْمَعُ قَرْعَ نِعَالِهِمْ اَتَاهُ مَلَكَانِ فَيُقْعِدَانِهِ فَيَقُوْلاَنِ: مَا كُنْتَ تَقُوْلُ فِى هذَا الرَّجُلِ لِمُحَمَّدٍ ص؟ فَاَمَّا اْلمُؤْمِنُ فَيَقُوْلُ: اَشْهَدُ اَنَّهُ عَبْدُ اللهِ وَ رَسُوْلُهُ. فَيُقَالُ لَهُ: اُنْظُرْ اِلَى مَقْعَدِكَ مِنَ النَّارِ قَدْ اَبْدَلَكَ اللهُ بِهِ مَقْعَدًا مِنَ اْلجَنَّةِ.فَيَرَاهُمَا جَمِيْعًا.قَالَ وَاَمَّا اْلمُنَافِقُ وَاْلكَافِرُ فَيُقَالُ لَهُ: مَا كُنْتَ تَقُوْلُ فِى هذَا الرَّجُلِ؟ فَيَقُوْلُ: لاَ اَدْرِى، كُنْتُ اَقُوْلُ مَا يَقُوْلُ النَّاسُ. فَيُقَالُ: لاَ دَرَيْتَ وَ لاَ تَلَيْتَ؟ وَ يُضْرَبُ بِمَطَارِقَ مِنْ حَدِيْدٍ ضَرْبَةً فَيَصِيْحُ صَيْحَةً يَسْمَعُهَا مَنْ يَلِيْهِ غَيْرَ الثَّقَلَيْنِ. البخارى 2: 102
Dari Anas bin Malik RA sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya bila manusia ditaruh dalam quburnya, setelah sahabat-temannya berpaling dan pergi sampai dia mendengar bunyi sandal mereka, kemudian datanglah kedua malaikat, mendudukkannya dan mengajukan pertanyaan kepadanya, “Apa yang dahulu kau katakan (ketika di dunia) tentang pria ini, yaitu Muhammad SAW?”. Adapun orang mukmin, maka dia menjawab, “Aku bersaksi bahwa ia ialah hamba Allah dan utusan-Nya”. Maka dibilang kepadanya, “Lihatlah kawasan dudukmu di neraka, Allah sudah mengubahnya dengan kawasan duduk di surga”. Maka ia menyaksikan keduanya. Adapun orang munafiq dan kafir dikala ditanya, “Apa yang dahulu kamu katakan perihal laki-laki ini?”. Ia akan menjawab, “Saya tidak tahu, saya dahulu mengatakan apa-apa yang dibilang oleh orang-orang”. Maka dibilang kepadanya, “Kamu tidak tahu dan tidak membaca”. Kemudian dia dipukul dengan pemukul dari besi diantara kedua telinganya, kemudian dia berteriak sekeras-kerasnya yang didengar oleh apa yang didekatnya selain jin dan manusia”. [HR. Bukhari juz 2, hal. 102]
عَنْ اَبِى سَعِيْدٍ اْلخُدْرِيِّ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: اِذَا وُضِعَتِ اْلجَنَازَةُ وَ احْتَمَلَهَا الرّجَالُ عَلَى اَعْنَاقِهِمْ فَاِنْ كَانَتْ صَالِحَةً قَالَتْ قَدّمُوْنِى. وَ اِنْ كَانَتْ غَيْرَ صَالِحَةٍ قَالَتْ: يَا وَيْلَهَا، اَيْنَ تَذْهَبُوْنَ بِهَا؟ يَسْمَعُ صَوْتَهَا كُلُّ شَيْءٍ اِلاَّ اْلاِنْسَانَ وَ لَوْ سَمِعَهُ صَعِقَ. البخارى 2: 87
Dari Abu Sa’id Al-Khudriy RA sebenarnya Rasulullah SAW bersabda, “Apabila mayat diletakkan dan orang-orang mengangkatnya di atas pundak mereka, bila jenazah itu baik maka dia berkata, “Ajukanlah saya”. Jika mayat itu tidak baik maka ia berkata, “Wahai celakanya, kemanakah kalian pergi membawa mayit?”. Segala sesuatu mendengarnya kecuali insan. Seandainya manusia mendengarnya pasti ia pingsan”. [HR. Bukhari juz 2, hal. 87]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: اِذَا خَرَجَتْ رُوْحُ اْلمُؤْمِنِ تَلَقَّاهَا مَلَكَانِ يُصْعِدَانِهَا، قَالَ حَمَّادٌ: فَذَكَرَ مِنْ طِيْبِ رِيْحِهَا وَ ذَكَرَ اْلمِسْكَ، قَالَ: وَ يَقُوْلُ اَهْلُ السَّمَاءِ: رُوْحٌ طَيّبَةٌ جَاءَتْ مِنْ قِبَلِ اْلاَرْضِ صَلَّى اللهُ عَلَيْكِ وَ عَلَى جَسَدٍ كُنْتِ تَعْمُرِيْنَهُ. فَيُنْطَلَقُ بِهِ اِلَى رَبّهِ عَزَّ وَ جَلَّ ثُمَّ يَقُوْلُ: اِنْطَلِقُوْا بِهِ اِلَى آخِرِ اْلاَجَلِ. قَالَ: وَ اِنَّ اْلكَافِرَ اِذَا خَرَجَتْ رُوْحُهُ قَالَ حَمَّادٌ: وَ ذَكَرَ مِنْ نَتْنِهَا وَ ذَكَرَ لَعْنًا وَ يَقُوْلُ اَهْلُ السَّمَاءِ: رُوْحٌ خَبِيْثَةٌ جَاءَتْ مِنْ قِبَلِ اْلاَرْضِ. قَالَ: فَيُقَالُ: اِنْطَلِقُوْا بِهِ اِلَى آخِرِ اْلاَجَلِ. قَالَ اَبُوْ هُرَيْرَةَ: فَرَدَّ رَسُوْلُ اللهِ ص رَيْطَةً كَانَتْ عَلَيْهِ عَلَى اَنْفِهِ هكَذَا. مسلم 4: 2202
Dari Abu Hurairah, beliau berkata : Apabila ruh orang mukmin keluar, dua malaikat menjemputnya dan membawanya naik. (Hammad berkata : Abu Hurairah menyebutkan harum baunya mirip minyak amis). Dan penghuni langit berkata, “Ini adalah ruh yang bagus yang tiba dari bumi. Semoga Allah menunjukkan rahmat kepadamu dan terhadap jasad yang engkau tempati”. Lalu ruh itu dibawa ke hadapan Tuhannya ‘Azza wa Jalla, kemudian Dia berfirman, “Bawalah ia ke batas yang terakhir (Sidratul Muntaha)”. Dan kalau ruh orang kafir keluar, (Hammad berkata : Abu Hurairah menyebutkan busuknya wangi ruh itu dan dia dilaknati). Kemudian penghuni langit berkata, “Ini ialah ruh yang jelek yang datang dari bumi”. Kemudian difirmankan, “Bawalah beliau ke kawasan terakhir (ke Sijjin)”. Abu Hurairah berkata, “Lalu Rasulullah SAW menutupkan kain tipis ke hidungnya demikian”. [HR. Muslim juz 2, hal. 2202]
عَنِ اْلبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: ( يُثَبّتُ اللهُ الَّذِيْنَ امَنُوْا بِاْلقَوْلِ الثَّابِتِ ) قَالَ: نَزَلَتْ فِى عَذَابِ اْلقَبْرِ فَيُقَالُ لَهُ: مَنْ رَبُّكَ؟ فَيَقُوْلُ رَبّيَ اللهُ وَ نَبِيّى مُحَمَّدٌ ص. فَذلِكَ قَوْلُهُ عَزَّ وَجَلَّ: ( يُثَبّتُ اللهُ الَّذِيْنَ امَنُوْا بِاْلقَوْلِ الثَّابِتِ فِى اْلحَيوةِ الدُّنْيَا وَ فِى اْلاخِرَةِ ). مسلم 4: 2201
Dari Baraa’ bin ‘Aazib dari Nabi SAW dia membaca “Yutsabbitul-loohul-ladziina aamanuu bil qoulits-tsaabit” (Allah meneguhkan akidah orang-orang mukmin dengan ucapan yang teguh). [QS. Ibrahim : 27] Lalu dia bersabda, “Ayat ini turun perihal siksa qubur. Ditanyakan terhadap orang mukmin, “Siapakah Tuhanmu?”. Ia menjawab, “Tuhanku Allah, dan nabiku Muhammad SAW”. Itulah yang dimaksudkan dengan firman Allah “Allah meneguhkan kepercayaan orang-orang mukmin dengan ucapan yang teguh di dalam kehidupan dunia dan akhirat”. [HR. Muslim juz 4, hal. 2201]
عَنْ اَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: كُنَّا مَعَ عُمَرَ بَيْنَ مَكَّةَ وَ اْلمَدِيْنَةِ فَتَرَاءَيْنَا اْلهِلاَلَ وَ كُنْتُ رَجُلاً حَدِيْدَ اْلبَصَرِ فَرَاَيْتُهُ وَ لَيْسَ اَحَدٌ يَزْعُمُ اَنَّهُ رَآهُ غَيْرِى. قَالَ: فَجَعَلْتُ اَقُوْلُ لِعُمَرَ: اَمَا تَرَاهُ؟ فَجَعَلَ لاَ يَرَاهُ. قَالَ: يَقُوْلُ عُمَرُ: سَاَرَاهُ وَ اَنَا مُسْتَلْقٍ عَلَى فِرَاشِى ثُمَّ اَنْشَأَ يُحَدّثُنَا عَنْ اَهْلِ بَدْرٍ. فَقَالَ: اِنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَ كَانَ يُرِيْنَا مَصَارِعَ اَهْلِ بَدْرٍ بِاْلاَمْسِ يَقُوْلُ: هذَا مَصْرَعُ فُلاَنٍ غَدًا، اِنْ شَاءَ اللهُ، قَالَ فَقَالَ عُمَرُ. فَوَ الَّذِى بَعَثَهُ بِاْلحَقّ مَا اَخْطَئُوا اْلحُدُوْدَ الَّتِى حَدَّ رَسُوْلُ اللهِ ص. قَالَ: فَجُعِلُوْا فِى بِئْرٍ بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ فَانْطَلَقَ رَسُوْلُ اللهِ ص حَتَّى انْتَهَى اِلَيْهِمْ فَقَالَ: يَا فُلاَنَ بْنَ فُلاَنٍ وَ يَا فُلاَنَ بْنَ فُلاَنٍ هَلْ وَجَدْتُمْ مَا وَعَدَكُمُ اللهُ وَ رَسُوْلُهُ حَقًّا؟ فَاِنّى قَدْ وَجَدْتُ مَا وَعَدَنِى اللهُ حَقًّا. قَالَ عُمَرُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ كَيْفَ تُكَلّمُ اَجْسَادًا لاَ اَرْوَاحَ فِيْهَا؟ قَالَ: مَا اَنْتُمْ بِاَسْمَعَ لِمَا اَقُوْلُ مِنْهُمْ غَيْرَ اَنَّهُمْ لاَ يَسْتَطِيْعُوْنَ اَنْ يَرُدُّوْا عَلَيَّ شَيْئًا. مسلم 4: 2202
Dari Anas bin Malik, ia berkata : Dahulu kami berada diantara Makkah dan Madinah bersama ‘Umar. Kami berusaha melihat bulan (tanggal muda), sedangkan saya orang yang berpenglihatan tajam, maka saya dapat melihatnya, dan tidak ada seorangpun yang menyangka bahwa selain aku dapat melihatnya. Kemudian saya berkata terhadap ‘Umar, “Apakah kau dapat melihatnya?”. Ternyata ia tidak melihatnya, kemudian ‘Umar berkata, “Aku akan melihatnya dengan berbaring diatas pembaringanku”. Kemudian ia mulai bercerita terhadap kami tentang Ahli Badr, katanya, “Sesungguhnya Rasulullah SAW dahulu pernah menunjukkan terhadap kami kawasan-tempat terbunuhnya Ahli Badr sebelum terjadi. Sabda ia, “Ini tempat terbunuhnya si fulan besuk, insya Allah”. ‘Umar berkata, “Demi Tuhan yang sudah mengutusnya dengan haq, mereka (yang terbunuh) tidak melebihi batas-batas daerah yang sudah ditetapkan Rasulullah SAW”. Kemudian mereka dimasukkan ke dalam sumur, bertumpuk-tumpuk, sehabis itu dia menuju ke tempat mereka, kemudian bersabda, “Hai fulan bin fulan, hai fulan bin fulan, apakah kau telah menerima apa yang pernah dijanjikan Allah dan Rasul-Nya dengan aktual? Sesungguhnya aku telah menerima apa yang pernah dijanjikan Allah kepadaku dengan aktual”. ‘Umar berkata, “Ya Rasulullah, bagaimana engkau berbicara dengan jasad-jasad yang tidak memiliki ruh?”. Beliau bersabda, “Kamu tidak lebih mendengar dari pada mereka akan apa yang saya katakan, cuma saja mereka tidak bisa menjawab kepadaku sedikitpun”. [HR. Muslim juz 4, hal. 2202]
عَنْ اَنَسِ بْنِ مَالِكٍ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص تَرَكَ قَتْلَى بَدْرٍ ثَلاَثًا ثُمَّ اَتَاهُمْ فَقَامَ عَلَيْهِمْ فَنَادَاهُمْ فَقَالَ: يَا اَبَا جَهْلِ بْنَ هِشَامٍ، يَا اُمَيَّةَ بْنَ خَلَفٍ، يَا عُتْبَةَ بْنَ رَبِيْعَةَ، يَا شَيْبَةَ بْنَ رَبِيْعَةَ، اَلَيْسَ قَدْ وَجَدْتُمْ مَا وَعَدَ رَبُّكُمْ حَقًّا؟ فَاِنّى قَدْ وَجَدْتُ مَا وَعَدَنِى رَبّى حَقًّا. فَسَمِعَ عُمَرُ قَوْلَ النَّبِيّ ص فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ كَيْفَ يَسْمَعُوْا وَ اَنَّى يُجِيْبُوْا وَ قَدْ جَيَّفُوْا؟ قَالَ: وَ الَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ مَا اَنْتُمْ بِاَسْمَعَ لِمَا اَقُوْلُ مِنْهُمْ وَ لكِنَّهُمْ لاَ يَقْدِرُوْنَ اَنْ يُجِيْبُوْا. ثُمَّ اَمَرَ بِهِمْ فَسُحِبُوْا فَاُلْقُوْا فِى قَلِيْبِ بَدْرٍ. مسلم 4: 2203
Dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah SAW membiarkan tiga orang yang terbunuh di Badr, kemudian beliau mendatangi mereka dan bangkit diatas mereka kemudian mengundang mereka, “Hai Abu Jahl bin Hisyam, hai Ummayah bin Khalaf, hai ‘Utbah bin Rabi’ah, hai Syaibah bin Rabi’ah, bukankah kau telah menerima apa yang dijanjikan Tuhanmu dengan faktual? Sesungguhnya aku telah menerima apa yang telah dijanjikan Tuhanku dengan aktual”. Mendengar sabda Nabi SAW demikian itu ‘Umar mengajukan pertanyaan, “Ya Rasulullah, bagaimana mereka bisa mendengar dan menjawab, sedangkan mereka telah menjadi bangkai?”. Beliau bersabda, “Demi Tuhan yang jiwaku di tangan-Nya, kamu tidak lebih mendengar dari pada mereka wacana apa yang saya katakan, namun mereka tidak mampu menjawab”. Setelah itu dia memerintahkan supaya mereka disingkirkan, lalu mereka diseret dan dimasukkan ke dalam sumur di Badr. [HR. Muslim juz 4, hal. 2203]
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رض عَنِ النَّبِيّ ص اَنَّهُ مَرَّ بِقَبْرَيْنِ يُعَذَّبَانِ فَقَالَ: اِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَ مَا يُعَذَّبَانِ فِى كَبِيْرٍ. اَمَّا اَحَدُهُمَا فَكَانَ لاَ يَسْتَتِرُ مِنَ اْلبَوْلِ، وَ اَمَّا اْلآخَرُ فَكَانَ يَمْشِى بِالنَّمِيْمَةِ. ثُمَّ اَخَذَ جَرِيْدَةً رَطْبَةً فَشَقَّهَا بِنِصْفَيْنِ، ثُمَّ غَرَزَ فِى كُلّ قَبْرٍ وَاحِدَةً. فَقَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، لِمَ صَنَعْتَ هذَا؟ فَقَالَ: لَعَلَّهُ اَنْ يُخَفَّفَ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا. البخارى 2: 98
Dari Ibnu ‘Abbas RA, dari Nabi SAW : Bahwasanya Nabi SAW melalui dua qubur, kemudian bersabda, “Sesungguhnya kedua-duanya sedang disiksa, dan keduanya tidak disiksa dalam urusan yang (dianggap) besar. Adapun salah seorang dari keduanya, ia tak inginmembersihkan diri dari kencingnya. Sedangkan yang lain, suka mengadu domba”. Kemudian ia mengambil pelepah kurma yang masih berair, kemudian dia membelahnya menjadi dua bab, lalu menancapkan tiap bab pada setiap qubur. Para shahabat lalu bertanya, “Untuk apakah engkau melakukan itu ya Rasulullah ?”. Beliau bersabda, “Praktis-mudahan akan diringankan siksa kedua orang ini selama pelepah kurma itu belum menjadi kering”. [HR. Bukhari juz 2, hal. 98]
ذَكَرَ رَسُوْلُ اللهِ ص فَتَّانَيِ الْقَبْرِ فَقَالَ عُمَرُ: اَتُرَدُّ اِلَيْنَا عُقُوْلُنَا يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: نَعَمْ، كَهَيْئَتِكُمُ اْليَوْمَ. فَقَالَ عُمَرُ: بِفِيْهِ اْلحَجَرُ. احمد و الطبرانى
Rasulullah SAW pernah menyebut dua malaikat pemeriksa kubur. Lalu Umar bertanya : “Apakah nalar kita akan dikembalikan kepada kita ya Rasulullah?” Jawab Rasulullah SAW : “Ya, seperti keadaan kau sekarang ini”. Maka Umar berkata : “Batu di mulutnya. (Aku akan memberi jawaban yang tepat)”. [HR Ahmad dan Thabrani]
قَالَ النَّبِيُّ ص: يُسَلَّطُ عَلَى اْلكَافِرِ فِى قَبْرِهِ تِسْعَةٌ وَ تِسْعُوْنَ تِنّيْنًا تَلْدَغُهُ حَتَّى تَقُوْمَ السَّاعَةُ. احمد و ابو يعلى
Nabi SAW bersabda, “Dilepaskan pada orang kafir dalam quburnya 99 ular mematuk (menggigit)nya sampai hari qiyamat”. [HR. Ahmad dan Abu Ya’la]
قَالَ النَّبِيُّ ص: اِنَّ عَذَابَ اْلقَبْرِ مِنْ ثَلاَثَةٍ مِنَ اْلغِيْبَةِ وَ النَّمِيْمَةِ وَ اْلبَوْلِ. فَاِيَّاكُمْ وَ ذلِكَ. البيهقى
Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya ‘adzab qubur itu disebabkan oleh tiga hal. Yaitu mengumpat, mengadu-langgar dan alasannya (tidak higienis dari) kencing. Karena itu jagalah diri kalian dari tiga hal tersebut”. [HR. Baihaqi]
Tempat ketetapan ruh
Tempat ketetapan ruh, yaitu orang yang sudah mati itu ruhnya akan tetap di tempat yang ditentukan baginya. Nabi SAW bersabda :
اَرْوَاحُ الشُّهَدَاءِ عِنْدَ اللهِ فِى حَوَاصِلِ طَيْرٍ حُضْرٍ تَسْرَحُ فِى اَنْهَارِ اْلجَنَّةِ حَيْثُ شَاءَتْ ثُمَّ تَأْوِى اِلَى قَنَادِيْلَ تَحْتَ اْلعَرْشِ. مسلم
Ruh-ruh orang-orang yang mati syahid itu di sisi Allah di tembolok-tembolok burung hijau, berlangsung-jalan di sungai-sungai nirwana kemana saja dia suka, lalu kembali kepada lampu-lampu di bawah ‘Arsy. [HR. Muslim]
اِنَّمَا نَسَمَةُ اْلمُؤْمِنِ طَائِرٌ تَعَلَّقَ فِى شَجَرِ اْلجَنَّةِ حَتَّى يُرْجِعَهُ اللهُ اِلَى جَسَدِهِ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ. مالك و احمد و النسائى
Sesungguhnya ruh orang mukmin itu adalah burung yang tergantung di pohon surga sampai Allah mengembalikannya ke badannya di hari qiyamat. [HR. Malik, Ahmad dan Nasai]
قَالَ النَّبِيُّ ص: تَكُوْنُ النَّسَمُ طَيْرًا تَعَلَّقَ بِالشَّجَرِ حَتَّى اِذَا كَانَ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ دَخَلَتْ كُلُّ نَفْسٍ فِى جَسَدِهَا. احمد و الطبرانى
Nabi SAW bersabda, “Ruh-ruh itu adalah burung-burung yang bergantung di pohon-pohon, sampai apabila (datang) hari qiyamat, masuklah tiap-tiap ruh ke badannya”. [HR. Ahmad dan Thabrani]
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِنَّ نَسَمَةَ اْلمُؤْمِنِ تَسْرَحُ فِى اْلجَنَّةِ حَيْثُ شَاءَتْ وَ نَسَمَةَ اْلكَافِرِ فِى سِجّيْنٍ. ابن ماجه و الطبرانى
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya ruh orang mukmin itu berlangsung-jalan ke manasaja di surga sesukanya dan ruh orang kafir itu di neraka”. [HR. Ibnu Majah dan Thabrani]
قَالَ النَّبِيُّ ص: اِنَّ اَرْوَاحَ اْلمُؤْمِنِيْنَ فِى السَّمَاءِ السَّابِعَةِ يَنْظُرُوْنَ اِلَى مَنَازِلِهِمْ فِى اْلجَنَّةِ. ابو نعيم
Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya ruh-ruh kaum mukminin itu ialah di langit yang ke tujuh, melihat daerah kedudukan mereka di surga”. [HR. Abu Nu’aim]
اِنَّ ابْنَ عُمَرَ عَزَّى اَسْمَاءَ بِابْنِهَا عَبْدِ اللهِ بْنِ الزُّبَيْرِ وَ جُثَّتُهُ مَصْلُوْبَةٌ فَقَالَ: لاَ تَحْزَنِى فَاِنَّ اْلاَرْوَاحَ عِنْدَ اللهِ فِى السَّمَاءِ وَ اِنَّمَا هذِهِ جُثَّةٌ. سعيد بن منصور
Sesungguhnya Ibnu ‘Umar pernah menghibur Asma’ karena akhir hayat anaknya yang bernama ‘Abdullah bin Zubair, sedang mayyitnya di salib orang. Ibnu ‘Umar berkata, “Janganlah engkau berduka cita, sebab sebetulnya ruh-ruh itu di segi Allah di langit. Adapun (yang di depan kita) ini hanyalah badannya”. [HR. Sa’id bin Manshur]
Demikianlah menurut hadits-hadits, bahwa orang yang sudah meninggal akan mengalami :
Himpitan kubur
Pertanyaan kubur
Siksa kubur atau nikmat kubur
Diperlihatkan daerah duduknya (nirwana atau neraka)
Tempat ketetapan ruh
سُبْحَانَكَ اللّهُمَّ وَ بِحَمْدِكَ اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اَنْتَ اَسْتَغْفِرُكَ وَ اَتُوْبُ اِلَيْكَ
SEBAB-SEBAB SIKSA KUBUR
Sebab-sebab yang mengakibatkan seseorang mendapatkan siksa kubur ada dua bab, mujmal (global) dan mufash-shal (rinci). Sebabnya secara mujmal (global), yaitu kebodohan kepada Allâh Azza wa Jalla , menyia-nyiakan perintah-Nya, dan menerjang larangan-Nya. Sedangkan sebabnya secara mufash-shal (rinci), yaitu perkara-perkara yang diterangkan oleh nash-nash selaku alasannya adalah siksa kubur. 
Di sini akan kami sebutkan di antara sebab mufash-shal sehingga kita bisa menjauhinya:
1. Namimah, yakni memberikan perkataan seseorang terhadap orang lain untuk menghancurkan kekerabatan mereka.
2. Tidak menutupi diri ketika buang hajat.
3. Ghulul, adalah mengambil harta rampasan perang sebelum dibagi oleh imam.
4. Dusta.
5. Memahami al-Qur’ân namun tidak mengamalkannya.
6. Zina
7. Riba
8. Mayit yang ditangisi keluarganya, bila mayat tersebut tidak melarang sebelumnya.
HAL-HAL YANG MENYELAMATKAN DARI SIKSA KUBUR
Perkara yang mau menyelamatkan seseorang dari adzab kubur yaitu orang yang mempersiapkan diri sebelum menghadapi kematian yang tiba tiba-datang. Di antara persiapan menghadapi ajal yaitu segera bertaubat, menunaikan kewajiban syariat, memperbanyak amal shalih, memperbaiki dogma, berjihad, berbuat baik pada orang renta, menyambung silaturahim, dan amal-amal shalih yang lain. Dengan amalan tersebut Allâh Azza wa Jalla memberinya jalan keluar dari tiap kesusahan dan kesusahan.
Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata dengan mengutip hadits Abu Hurairah Radhiyallahu anhu yang diriwayatkan oleh Abu Hâtim dalam shahih-nya, “Sesungguhnya orang mati mampu mendengar bunyi langkah kaki orang-orang yang pergi meninggalkannya. Jika beliau seorang Mukmin, maka shalat berada di bersahabat kepalanya, puasa berada di sebelah kanannya, zakat disebelah kirinya, perbuatan baik seperti berkata benar, silaturahim, dan tindakan baik terhadap insan berada di bersahabat kaki. Ia lalu didatangi (oleh malaikat) dari arah kepalanya, maka shalat berkata, ‘Di arahku tidak ada akses.’ Kemudian dia didatangi dari sebelah kanan, maka puasa berkata, ‘Di arahku tidak ada jalan masuk.’ Kemudian beliau didatangi dari sebelah kiri, maka zakat berkata, ‘Di arahku tidak ada terusan.’ Kemudian beliau didatangi dari arah kedua kakinya, maka perbuatan baik, seperti berkata benar, silaturahim, dan berbuat baik terhadap insan, berkata, ‘Di arahku tidak ada kanal.’ Lalu dikatakan kepadanya, ‘Duduklah.’ Ia pun duduk. Kepadanya ditampakkan bentuk serupa matahari yang nyaris terbenam. Ia ditanya, ‘Siapa laki-laki ini yang dulu bareng kalian? Apa pendapatmu tentangnya?’ Ia menjawab, ‘Tinggalkan saya, aku ingin shalat.’ Mereka menyahut, ‘Sungguh kau akan melakukannya, namun jawablah pertanyaan kami.’ Ia berkata, ‘Apa pertanyaan kalian?’ Mereka menanyakan, ‘Apa pendapatmu wacana lelaki ini yang dahulu bareng kalian? Apa persaksianmu terhadapnya?’ Ia menjawab, ‘Aku bersaksi bahwa dia yaitu utusan Allâh, dan ia menenteng kebenaran dari Allâh.’ Lalu dibilang kepadanya, ‘Dengan dasar keimanan itulah kamu sudah hidup, dan dengan dasar itu kamu telah mati, dan dengan dasar itu pula kau akan dibangkitkan, insya Allâh.’ Kemudian dibukakan baginya pintu surga, lalu dikatakan kepadanya, ‘Ini kawasan tinggalmu di surga dan segala yang sudah Allâh siapkan untukmu.’ Ia bertambah bahagia dan bangga. Kemudian dibukakan pintu neraka, dan dikatakan, ‘Itu ialah daerah tinggalmu dan segala yang sudah Allâh siapkan untukmu (bila kau mendurhakai-Nya).’ Ia bertambah senang dan besar hati. Kemudian kuburnya diluaskan seluas tujuh puluh hasta dan diterangi cahaya, jasadnya dikembalikan mirip semula, dan ruhnya dijadikan di dalam penciptaan yang baik, yakni burung yang bertengger di pohon nirwana.”
MEMOHON PERLINDUNGAN KEPADA ALLAH DARI FITNAH DAN ADZAB KUBUR‎
Fitnah (cobaan) dan adzab kubur ialah duduk perkara besar, sehingga Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam memohon dukungan dari hal itu, baik dalam shalat maupun di luar shalat. Beliau pun sungguh menekankan kepada umatnya untuk memohon sumbangan terhadap Allâh dari segala fitnah dan azab kubur.
ORANG-ORANG YANG TERPELIHARA DARI UJIAN DAN SIKSA KUBUR
Sebagian kaum Mukmin yang melaksanakan amal-amal besar atau tertimpa petaka besar akan terjaga dari fitnah atau cobaan dan azab kubur, Diantara mereka :
Pertama : Orang yang mati syahid.
an-Nasâ’i rahimahullah meriwayatkan dalam Sunan-nya bahwa seorang lelaki bertanya kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , “Ya Rasûlullâh, mengapa kaum Mukmin diuji dalam kubur kecuali yang mati syahid?” Beliau menjawab, “Cukuplah baginya cobaan kilatan pedang di atas kepalanya.” [Dishahihkan oleh syaikh al-Albâni rahimahullah. Lihat Shahîhul Jâmi’ 4/164]
Kedua : Seseorang yang gugur dikala bertugas jaga di jalan Allah 
Fadhdhalah ibn Ubaid meriwayatkan dari Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , bahwa ia bersabda, “Setiap orang yang meninggal amalnya ditutup, kecuali yang meninggal dikala bertugas jaga di jalan Allâh. Amalnya terus berkembang sampai hari akhir zaman dan dia akan aman dari fitnah kubur.” [HR. Tirmidzi dan Abu Dawud; dishahihkan oleh syaikh al-Albâni rahimahullah. Lihat Misykâtul Mashâbîh 2/355]
Ketiga : Seseorang yang meninggal hari Jum’at
Dalam hadits Abdullah ibn Amru, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap Muslim yang meninggal pada hari Jum’at akan dijaga oleh Allah dari fitnah kubur.” [HR. Ahmad dan Tirmidzi; Dinyatakan besar lengan berkuasa oleh syaikh al-Albâni rahimahullah dalam Ahkâmul Janâiz, hlm. 35]
Keempat : Seseorang yang meninggal sebab sakit perut
Abdullah bin Yasar Radhiyallahu anhu berkata, “Aku pernah duduk bersama Sulaiman bin Shard dan Khalid ibn ‘Urafthah. Mereka menceritakan bahwa ada seorang laki-laki yang meninggal alasannya adalah sakit perut. Keduanya ingin menyaksikan jenazahnya. Salah satunya menyampaikan terhadap lainnya, ‘Bukankah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Orang yang meninggal alasannya adalah sakit perut tidak akan diadzab di dalam kubur.’ Yang satunya menjawab, ‘Engkau benar.’ [HR. an-Nasa’i dan Tirmidzi)‎
Wallohu A’lam Bishshowab ‎