Kita Wajib Mencintai Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam (Bagian 3)

Lanjutan dr Kita Wajib Mencintai Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam (Bagian 2)

Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata,

“Setiap bentuk cinta & penghormatan kepada makhluk dibolehkan jikalau diikuti dgn cinta & pengagungan pada Allah, mirip menyayangi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam & mengagungkannya.

Sikap ini merupakan bentuk dr kesempurnaan cinta & pengagungan pada Allah Ta’ala. Suatu kewajiban bagi umat Islam untuk mencintai Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam sebab Allah Ta’ala mencintainya.

Kita menghormati & menjunjung dia sebab Allah memuliakan & mengangkat derajatnya. Cinta mirip ini yakni bentuk cinta kita pada Allah.”

Maksud dr perkataan di atas ialah bahwa Allah sudah mengasihi & memuliakan Nabi-Nya Shallallahu Alaihi wa Sallam.

Oleh alasannya itu, tak ada seorang pun yg mampu menimbulkan orang yg dicintainya, dimuliakannya & dihormatinya dlm hatinya melebihi kemuliaan & keagungan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam yg menjadi orang yg paling dicintai para shahabat Radhiyallahu Anhum.

Tatkala Amru bin Ash masuk Islam, ia berkata,

“Sesungguhnya tak ada orang yg lebih gue benci selain ia (Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam), & tatkala gue masuk Islam maka tak ada seorang pun yg lebih gue cintai selain ia, & tak ada pula orang yg lebih terhormat di mataku melampaui beliau.”

Amru bin Ash melanjutkan,

“Jika kalian bertanya bagaimana gue mengasihi ia maka gue tak akan bisa menggambarkannya, sebab gue tak pernah memandang beliau kecuali dgn penuh penghormatan.”

Urwah bin Mas’ud berkata pada kaum Quraisy,

“Wahai kaumku, demi Allah sebetulnya gue telah diutus pada Kisra (Raja Persia), Kaisar (Raja Romawi) & raja-raja lainnya, maka gue belum pernah melihat seorang raja dihormati oleh sahabatnya sebagaimana para shahabat Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam menghormati diri ia.

  Jangan Bertanya Fee kepada Ustadz

Demi Allah, mereka tak memalingkan persepsi dr beliau alasannya rasa penghormatan terhadap dia. Tatkala ia mengeluarkan dahak & dahak tersebut jatuh di tangan salah seorang dr mereka maka ia pribadi mengusapkannya ke paras & dadanya.

Jika ia berwudhu hampir saja para shahabat berebut untuk menerima air bekas wudhu dia.”

Hanyalah Allah Yang Maha Mengetahui kebenaran. Semoga shalawat serta salam tercurahkan pada Nabi kita Muhammad, keluarganya & para sahabatnya.

Demikian dikutip dr Kitab At-Tauhid, karya Syaikh Shalih Al-Fauzan.

[Abu Syafiq/Wargamasyarakat]