Kisah Nyata: Masuk Islamnya Pemilik Perusahaan di Amerika

Setelah mengucapkan dua kalimat syahadat di hadapan Syeikh Nabil al-Audi di tengah para jamaah kaum Muslimin, pria pemilik perusahaan dgn banyak anak cabang & aset di Amerika ini meluapkan tangisnya. Kencang. Menggetarkan siapa yg mendengarnya.

Ketika ada yg berencana menenangkan pria ini, Syeikh Nabil menangkal. Membiarkan saudara barunya itu dlm tangis syahdunya. Setelah usai, barulah ia bertanya, “Mengapa kau-sekalian menangis sekencang itu?”

“Sungguh,” tutur pria pimpinan perusahaan ini, “aku tak tahu sebabnya. Setelah mengucapkan dua kalimat yg gue tirukan dr Syeikh, ada rasa senang yg masuk ke dlm hatiku. Bahagia yg belum pernah kurasakan sebelumnya.”

Sang pemilik perusahaan, sebelum tangis senang itu, mengisahkan alasannya adalah ketertarikannya pada Islam yg mulia. Berawal dr bingung, gulana, persoalan, & kepedihan hidup, padahal ia merupakan orang yg kaya raya. Dalam masa yg sama, ia merasa heran dgn salah satu karyawannya.

Meski honor si karyawan biasa-lazimsaja, setiap kali laki-laki pemimpin perusahaan ini masuk ke dlm ruang kerja si karyawan, tidaklah sekali pun dijumpai, kecuali ia dlm keadaan tersenyum. Bahagia. Didorong  oleh rasa penasaran, sang pimpinan pun mengajukan pertanyaan, “Mengapa kau-sekalian selalu tersenyum?”

Jawab karyawan lugas, “Karena gue selalu senang.”

“Apa yg membuatmu selalu merasakan hal itu?” tanya pimpinan perusahaan.

“Karena gue seorang Muslim.” terangnya jujur.

Sang pemimpin perusahaan pun mulai kepincut dgn penuturan karyawannya. ia menyimpulkan, di dlm agama yg dianut oleh karyawannya itu, ada jaminan kebahagiaan bagi setiap pemeluknya.

Karyawan asal negeri India ini menunjukan, Nabi umat Islam yg ialah Nabi kiamat mengajarkan dua hal yg mengakibatkan kaum Muslimin terlihat fantastis. Ialah sabar & syukur yg tak ditemui pada umat selain umat Islam.

  Kisah Dokter Piprim Membungkam Ajaran Mut’ah di Iran

Saat mendapatkan nikmat, seorang Muslim disarankan untuk senantiasa bersyukur, mengucap terimakasih & taat pada Allah Ta’ala. Syukur itu mempunyai pengaruh baik bagi pelakunya, bahkan bisa menjadi karena bertambahnya lezat.

Sebaliknya, tatkala sedih tengah bertamu, seorang Muslim diusulkan untuk berlaku sabar. Menerima ketentuan Allah Ta’ala dgn hati bahagia. Puas. Ridha. Ikhlas.

Sabar inilah yg menciptakan orang-orang Muslim tetap tersenyum, bahagia, sumringah, meski ada terlalu banyak ujian hidup yg dialami.

Karena senyum yg dilihat dr karyawannya itulah, sang laki-laki yg aset perusahaannya jutaan dolar memilih masuk Islam. seluruh harta & pencapaiannya tak bisa menjadi sebab bahagia. Sebab bahagia terletak di dlm hati.

Wallahu a’lam. [Pirman/Wargamasyarakat]

Sumber: Tatkala Kisah Menuturkan Hikmahnya, Zulfi Akmal, Pro-U Media 2014