Kisah Menantu Rasulullah SAW yang Enggan Masuk Islam

Tanpa terasa, tahun demi tahun berlalu cepat melewati rumah tangga Muhammad bin Abdullah. Anaknya yg tertua telah menjadi putri dewasa, berkembang sebagai bunga mawar mengorak kelopak dgn indahnya. Sehingga perjaka-pemuda putra para darah biru Mekah tergiur hendak memetiknya. Mengapa tidak? Bukankah Zainab gadis Quraisy keturunan bangsawan murni yg berakar dalam. Sebagai putri dr ibu bapak yg mulia, ia beradab & berakhlak tinggi. Tetapi, bagaimana mereka akan dapat memetiknya? Di antara mereka telah hadir putra bibi Zainab sendiri, seorang cowok ganteng & rupawan, yakni Abul Ash Ibnu Rabi yg tak aneh lagi.

Belum begitu lama, gres bertahun-tahun, berlangsung perkawinan Zainab binti Muhammad dgn Abul Ash, nur tuhan yg cemerlang menyembur di kota Mekah yg diselimuti kesesatan. Allah Subhanahu wa ta’ala mendelegasikan Muhammad sebagai nabi & rasul-Nya dgn agama yg hak. Pada tahapan pertama Allah memerintahkan Nabi SAW. supaya mengajak keluarga terdekat. Maka, perempuan yg pertama-tama beriman, ialah istrinya, Khadijah binti Khuwailid, & putri-putrinya: Zainab, Ruqayyah, Ummu Kaltsum, & Fathimah, sekalipun tatkala itu Fathimah masih kecil, kecuali menantunya, Abul Ash. ia enggan berpisah dgn agama nenek moyangnya & enggan pula menganut agama istrinya, Zainab. Meski demikian, Abul Ash tetap mengasihi istrinya. Cintanya pada Zainab tetap ikhlas & murni.

Ketika pertentangan antara Rasulullah dgn kaum kafir Quraisy makin meningkat, mereka saling menyalahkan, “Celaka kalian ..! sesungguhnya kalianlah yg membawa kesulitan. Kalian nikahkan putra-putri kalian dgn putri-putri Muhammad. Seandainya kalian kembalikan putri-putri Muhammad itu kepadanya, kita tak akan memikirkannya lagi.”

Jawab yg lain, “Itu suatu fatwa yg bagus!” Lalu, mereka pergi menemui Abul Ash!

Kata mereka, “Hai Abul Ash, ceraikan isterimu! Kembalikan ia ke rumah bapaknya! Kami sanggup & bersedia mengawinkanmu dgn siapa yg kamu-sekalian senangi dr segudang wanita Quraisy yg cantik-cantik.”

Jawab Abul Ash, “Tidak! gue tak akan menceraikannya. Aku tak hendak menggantikannya dgn perempuan mana pun di seluruh dunia ini.”

Dua orang putri Rasulullah, Ruqayah & Ummu Kaltsum sudah dicerai oleh suaminya & diantar kembali ke tempat tinggal bapaknya. Rasulullah besar hati mendapatkan kedua putrinya itu. Bahkan, ia ingin kiranya Abul Ash mmelakukan pula hal yg sama terhadap istrinya, Zainab. Tetapi apa boleh buat, dia tak kuasa untuk memaksakan keinginannya itu. Di samping itu, tatkala itu hukum Islam belum mengharamkan perkawinan wanita mukminah dgn pria musyrik.

Zainab Menebus Suaminya

Setelah Rasulullah SAW. hijrah ke Madinah, kaum Quraisy memerangi beliau di Badar. Abul Ash terpaksa ikut berperang di pihak Quraisy, memerangi Rasulullah & kaum muslimin. ia memang betul-betul terpaksa alasannya adalah tak ada sedikit pun keinginan berperang dgn Rasulullah & kaum muslimin. Dan, tak ada satu kepentingan yg akan diperolehnya dgn memerangi mereka. Hanya, karena ia berdomisili bersama kaum yg memerangi Muhammad SAW.

  Pasukan Rayap yang Memakan Kertas Surat, Hanya Tersisa Kata “Allah”

Perang Badar menenteng kekalahan besar yg memalukan bagi kaum Quraisy, sehingga menundukkan puncak kesombongan kemusyrikan, keangkuhan, keganasan, & kekejaman mereka. Di antaranya ada yg terbunuh, ada yg tertawan, & ada pula yg melarikan diri. Abul Ash, suami Zainab binti Muhammad, termasuk golongan orang yg tertawan.

Rasulullah mengharuskan setiap tawanan menebus diri mereka dgn duit tebusan, jika mereka ingin bebas. Beliau menetapkan duit tebusan itu antara seribu sampai dgn empat ribu dirham, sesuai dgn kedudukan & kekayaan tawanan itu dlm kaumnya. Maka, berdatanganlah para utusan pulang & pergi antara Mekah & Madinah membawa uang untuk menebus orang-orang yg tertawan.

Zainab binti Muhammad mengutus utusan ke Madinah dgn uang tebusan untuk menebus suaminya, Abul Ash. Dalam duit tebusan itu terdapat antara lain suatu kalung milik Zainab, kado dr ibunya, Khadijah binti Khuwailid, pada hari perkawinan Zainab dgn Abul Ash. Tatkala Rasulullah menyaksikan kalung tersebut, paras beliau berubah sedih dgn kesedihan yg sangat mendalam, membayangkan rindu pada anaknya, Zainab, atau mungkin teringat dgn almarhumah istrinya, Khadijah binti Khuwailid.

Rasulullah menoleh pada para sobat seraya berkata, “Harta ini dikirim oleh Zainab untuk menebus suaminya, Abul Ash. Jika tuan-tuan setuju, saya harap tuan-tuan bebaskan tawanan itu tanpa duit tebusan. Uang & harta Zainab kirimkan kembali kepadanya.” Jawab para sobat, “Baik, ya Rasulullah! Kami baiklah!”

Rasulullah Membebaskan Abul Ash

Rasulullah membebaskan Abul Ash dgn syarat ia mengantarkan Zainab pada ia. Maka, setibanya di Mekah, Abul Ash secepatnya berbuat sesuatu untuk memenuhi janjinya pada Rasulullah. Diperintahkan istrinya biar segera bersiap untuk melaksanakan perjalan jauh ke Madinah. Para delegasi Rasulullah menunggu tak jauh dr luar kota Mekah. Abul Ash merencanakan perbekalan & kendaraan untuk kepergian istrinya. Abul Ash menyuruh adiknya, Amr bin Rabi, mengirim Zainab & menyerahkannya pada utusan Rasulullah.

Amr bin Rabi menyandang busur & membawa sekantong anak panah. Zainab dinaikkannya ke Haudaj. Mereka pergi ke luar kota tengah hari, di hadapan orang banyak kaum Quraisy. Melihat mereka pergi, orang-orang Quraisy bangkit marahnya & gempar. Lalu, mereka susul keduanya & mereka peroleh belum jauh dr kota. Zainab mereka takut-takuti & mereka ancam. Tetapi, Amr telah siap dgn busur panah & menaruh kantong anak panah di hadapannya. Kata Amr, “Siapa mendekat, gue panah batang lehernya.”

Amr menang, terkenal dgn pemanah jitu yg tak pernah gagal bidikannya. Di tengah-tengah situasi tegang mirip itu, tibalah Abus Sufyan bin Harb yg sengaja dihubungi mereka. Kata Abu Sufyan, “Hai, anak saudaraku! letakkan panahmu!Kami akan bicara denganmu.”

Amr meletakkan panahnya. Kata Abu Sufyan, “Perbuatanmu ini tak betul, hai Amr. Engkau membawa Zainab keluar dgn terperinci-terangan di hadapan orang banyak & di depan mata kami. Orang Arab seluruhnya tahu akan kekalahan mereka di Badar & bencana alam yg ditimpakan bapak Zainab pada kami. Bila kamu-sekalian membawa Zainab dengan-cara terperinci-terangan begini, mempunyai arti kau-sekalian menghina seluruh kabilah ini sebagai penakut, lemah & tak berdaya. Alangkah hinanya itu. Karena itu, bawalah Zainab kembali pada suaminya untuk beberapa hari. Setelah penduduk tahu kami telah sukses menghalangi kepergiannya, kau-sekalian boleh membawanya dengan-cara diam-membisu & sembunyi-sembunyi, jangan ia siang bolong seperti ini. Engkau boleh mengantarkannya ke bapaknya. Kami tak memiliki kepentingan apa-apa untuk menahannya.”

Ketika Dicegah Pasukan Patroli Rasulullah

Amr oke dgn nasehat Abu Sufyan. Dibawanya Zainab kembali ke tempat tinggal suaminya di Mekah. Sesudah beberapa hari kemudian Amr membawa Zainab ke luar kota dgn sembunyi-sembunyi pada tengah malam, & menyerahkannya pada para utusan bapaknya dr tangan ke tangan, sebagaimana dipesankan abangnya, Abul Ash bin Rabi.

Sesudah berpisah dgn istrinya, Abul Ash tetap tinggal di Mekah beberapa waktu hingga menjelang pembebasan kota Mekah. ia berjualan ke Syam mirip yg lazimdilakukannya sebelumnya.

Pada suatu hari dlm perjalanan pulang ke Mekah, ia menggiring seratus ekor unta penuhdgn muatan, & seratus tujuh puluh personel yg menggiring unta tersebut. Di tengah jalan, erat Madinah, kafilahnya dicegah oleh pasukan patroli Rasulullah. Unta-untanya dirampas & orang-orang yg menggiringnya ditawan. Tetapi, mujur bagi Abul Ash, ia lolos dr tangkapan & bersembunyi. Setelah malam tiba & hari sudah gelap, ia masuk ke kota Madinah dgn sembunyi-sembunyi & hati-hati sekali. Sampai di kota ia mendatangi rumah Zainab, minta pertolongan & proteksi kepadanya. Zainab melindunginya.

Ketika Rasulullah SAW. keluar hendak salat subuh, beliau berdiri di mihrab, & takbir ihram. Jamaah pun takbir mengikuti ia. Zainab berteriak dr shuffah (kawasan para perempuan). Katanya, “Hai, insan! saya Zainab binti Muhammad! Abul ‘Ash minta perlindungan pada saya. Karena itu, saya melindunginya!”

  Benarkah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Lahir Hari Senin? (Bagian 2)

Setelah tamat salat, Rasulullah berkata pada jamaah, “Adakah tuan-tuan mendengar teriakan Zainab?”

Jawab mereka, “Ada …! Kami mendengarnya, ya Rasulullah!”

Kata Rasulullah, “Demi Allah yg jiwaku dlm genggaman-Nya! Saya tak tahu apa-apa wacana hal ini, kecuali sehabis mendengar teriakan Zainab.”

Kemudian Rasulullah pergi ke rumah Zainab. Katanya, “Hormatilah Abul Ash! Tetapi, ketahuilah, kamu-sekalian tak halal lagi baginya.”

Lalu, ia memanggil pasukan patroli yg bertugas semalam, & menangkap unta-unta serta menahan orang-orang dr kafilah Abul Ash. Kata ia pada mereka, “Sebagaimana kalian ketahui, orang ini (Abul Ash) yaitu famili kami. Kalian telah merampas hartanya. Jika kalian ingin berbuat baik, kembalikanlah hartanya. Itulah yg kami senangi. Tetapi, jikalau kalian enggan menggembalikan, itu yaitu hak kalian, alasannya harta itu adalah rampasan yg diberikan Allah untuk kalian. Kalian berhak mengambilnya.”

Jawab mereka, “Kami kembalikan, ya Rasulullah!” Tatkala Abul Ash datang mengambil hartanya, mereka berkata kepadanya, “Hai Abul Ash! Engkau yaitu seorang aristokrat Quraisy. Engkau anak paman Rasulullah & menantu beliau. Alangkah baiknya kalau kamu-sekalian masuk Islam. Kami akan serahkan harta ini semuanya kepadamu. Engkau akan dapat menikmati harta masyarakatMekah yg kamu-sekalian bawa ini. Tinggallah bersama kami di Madinah.”

Jawab Abul Ash, “Usul kalian sungguh buruk & tak patut. Aku mesti mengeluarkan uang utang-utangku secepatnya.” Abul Ash berangkat ke Mekah menenteng kafilah & barang-barang dagangannya. Sampai di Mekah dibayarnya seluruh utang-utangnya pada setiap orang yg berhak mendapatkannya. Kemudian ia berkata, “Hai kaum Quraisy! Masih adakah orang yg belum mendapatkan pembayaran dariku?”

Jawab mereka, “Tidak! Semoga kau-sekalian dibalasi Tuhan dgn yg lebih baik. Kami sudah mendapatkan pembayaran darimu secukupnya.”

Sebuah Jawaban & Keputusan

Kata Abul Ash, “Sekarang ketahuilah! Aku telah mengeluarkan uang hak ananda masing-masing seperlunya! Maka, kini dengarkan! Aku mengaku tak ada Tuhan selain Allah, & Muhammad sebenarnya Rasulullah! Demi Allah! tak ada yg menghalangiku untuk menyatakan Islam pada Muhammad tatkala gue berada di Madinah, kecuali kekhawatiranku kalau-kalau kalian menyangka gue masuk Islam alasannya hendak menyantap harta kalian. Kini sehabis Allah membayarnya pada ananda sekalian & tanggung jawabku sudah tamat, gue menyatakan masuk Islam.”

Abul Ash keluar dr Mekah, pergi menemui Rasulullah SAW. Beliau menyambut mulia kedatangannya, & menyerahkan istrinya Zainab kembali ke pangkuannya.

Rasulullah berkata, “Dia mengatakan kepadaku, gue mempercayainya. ia berjanji kepadaku, ia menyanggupi janjinya.”