Perjaka Ting-Ting
Seorang gadis desa yang lugu hendak merantau ke kota. Sebelum berangkat ibunya menyampaikan pesan. Nduk … jikalau kau ke kota dan kebetulan dapat jodoh disana, ini ada pesan dari mbokmu untuk mencari jodoh yang bagus :
1. Carilah pasangan yang setia.
2. Pasangan kamu mesti bisa mengurus duit.
3. Calon kau itu mesti perjaka ting-ting.
Berangkatlah sang gadis ke kota. dan beberapa bulan lalu dia kembali ke desanya untuk meminta doa restu ingin menikah. Mbok.., saya sudah ketemu jodoh dengan syarat mirip yang mbok sampaikan kepada aku. Sang gadis menceritakan kpd si mbok ttg pacarnya. “Waktu itu kami berjalan-jalan keliling kota. Dia senantiasa saja menggandeng dan membelai2 saya dengan mesra bukankah itu tanda pasangan yang setia?
Si mbok mengangguk tanda oke. Kemudian karena kemalaman dan kehujanan kami mencari tempat
berteduh dan bermalam, pacar aku ini bilang, “Dik kita nginep saja di hotel, dan untuk mempertahankan agar perjalanan kita tetap cost effective bagaimana bila kita hanya menyewa 1 kamar saja??”. Bukankah pacar saya penduduknya irit mbok? Untuk kedua kali si mbok mengangguk dengan sedikit keraguan. Dan kesannya mbok…., aku tahu jika pacar saya itu masih perjaka ting-ting. Langsung si mbok mendelik; “dari mana kamu tahu bahwa beliau masih pemuda ting-ting ?”. Sang gadis eksklusif menjawab, “mmm … anunya masih baru…masih dikemas plastik, mbok!
————————————————————————————————–
Observasi
Seorang dosen pertanda, “Lihat cairan kuning ini? Yup, ini ialah urin. Biar kamu bisa jadi dokter yang baik, kamu harus mampu menganalisis warna, amis, tekstur, dan rasanya.” Kemudian si dosen mencelupkan jarinya ke dalam cairan itu dan memasukkannya ke dalam lisan. Para mahasiswa yang melihatnya dengan kagum sekaligus jijik, mau nggak mau melakukan hal yang serupa dengan dosennya. Ketika sampai ke mahasiswa terakhir, si dosen berkata, “Tahu, nggak, kalau aku mencelupkan jari telunjuk saya ke sini dan memasukkan jari tengah aku ke dalam mulut?”
————————————————————————————————–
Lebih Cepat
Seorang cowok yang mengendarai bmw roadster seri terbaru melaju dengan kecepatan tinggi di jalan tol, sedang asik-asiknya ngebut tiba-datang suatu vw butut yang isinya seorang kakek-kakek nyelonong mendahului
mobilnya. Merasa tertantang si perjaka membalap vw yang dikemudikan kakek itu, ngerasa udah jauh tiba2 vw itu membalap mobil perjaka itu lagi, si cowok pun tak ingin kalah dibalap lagi kendaraan beroda empat sang kakek namun vw itu
nongol lagi disamping kendaraan beroda empat si pemuda. Karena merasa penasaran perjaka itu membuka jendela mobilnya
“maunya apa sih kek,ngikutin melulu..?”
“…ah nggak dik..ini mo nanya mindahin ke gigi 2 nya gimana ya!!!?”
————————————————————————————————–
Dorongin Dong
Ketika sepasang suami istri sedang tidur nyenyak, ada yang ngetuk pintu rumahnya. Sang suami yang bangun menyaksikan jam wekernya yang memberikan pukul setengah empat pagi, “Ah buat apa juga dijawab,” pikirnya.
Ketukan pintu makin keras dan si istrinya menyuruhnya membuka pintu. Dengan setengah tidur, si suami membuka pintu dan melihat di depannya seorang laki-laki bangun sempoyongan dengan nafas bacin alkohol. “Bantu dorong dong” kata si laki-laki dengan suara maboknya. “Gila kau, jam sepagi ini. No way!” Kata laki-laki pemilik rumah dengan kesal. “Orang lagi enak-enak tidur”. Lalu beliau kembali ke kamar dan bercerita pada istri.
Namun si istri langsung memarahinya, “Kamu gimana sih, nggak mau bantu orang dalam kesulitan. Ingat
nggak waktu mobil kita mogok terus kau harus gedor-gedor pintu orang minta tolong dorongin kendaraan beroda empat. Mana tengah malam lagi! Ayo sana, bantu ia dorongin!” Sang suami bersikeras menolak, “Biar saja, penduduknya
mabok begitu,” tegasnya. Namun si istri nggak berhenti-hentinya dengan ceramahnya sehingga sang
suami kesannya beranjak dari tempat tidur, ganti baju dan membuka pintu depan. “Heey!” teriaknya ke jalanan yang terlihat gelap dan sepi. “Masih perlu perlindungan dorong, nggak?” Dalam kegelapan beliau mendengar tanggapan,”Iya, bantuin dong!” Sang suami teriak lagi, “Kamunya ada dimana?” Si mabok menjawab, “Aku disini, di halaman, di atas ayunan!”