Kisah Ihwal Keistimewaan Membaca Ratib Al-Haddad

Kisah Tentang Keistimewaan Membaca Ratib Al-Haddad

Syeikh Muhammad Rumi Al-Hijazi yang berasal dari negara Oman menceritakan wacana keutamaan dari ratib ini: Suatu ketika rombongan dari bani Zaraf sebanyak empat puluh perahu sedang berlayar, tiba-tiba terjadi angin puting-beliung yang sangat dahsyat sehingga semua perahu yang mereka tumpangi hancur berkeping-keping, kecuali ada satu perahu yang masih utuh dan selamat sebab pada setiap malam para penumpangnya selalu membaca ratib Al-Haddad.

Penulis kitab Tastbitul Fuad, asy-syaikh Ahmad bin Abdul Karim Asy-Syajjar menceritakan pengalamannya ketika ia simpulan menunaikan ibadah haji, setelah berziarah ke makam Nabi Muhammad saw, beliau melanjutkan perjalanannya kembali untuk pulang ke negerinya, saat ditengah perjalanan itu dia mengenali bahwa ada segorombolan penyamun yang mau menghadang perjalanannya, dikala mendekati daerah gerombolan penyamun itu beliau beserta rombongannya membaca ratib Al-Haddad, sehingga tidak ada satupun dari para penyamun itu yang bergerak mendekati dia beserta rombongannya, sehingga mereka semua diselamatkan Allah karena berkat dari bacaan ratib Al-Haddad ini.


As-Sayid Abubakar bin Abdullah Al-Jufri yang berasal dari kota Sewun (Hadramaut) menceritakan: Ketika kami dalam perjalanan untuk menunaikan ibadah haji dengan menumpang kapal maritim, di saat kapal kami mendekati pelabuhan Ibrahim tiba-tiba amgin berhenti bertiup sehingga kami merasa takut tertinggal waktu haji yang sudah akrab ini, maka kami putuskan untuk melanjutkan perjalanan melalui jalan darat, maka kami mengisi kantong minuman kami yang yang dibuat dari kulit dengan air dari maritim yang pada ketika itu telah mendekati waktu terbenamnya matahari, setelah itu kami melanjutkan sebentar perjalanan pada malam itu setelah itu kami tidur hingga pagi hari kemudian kami melanjutkan lagi perjalanan, dikala kami merasa kehausan kami buka kawasan minum kami ternyata rasanya menjadi pahit bercampur asin risikonya kami buang semua persediaan air kami dan kami merasa sangat letih dan haus. Maka aku mengatakan pada rombonganku: “Mari kita bersama-sam membaca ratib Al-Haddad dengan niat biar Allah memberi jalan keluar untuk kami semua.” Ketika kami belum final membaca datang-tiba kami melihat serombongan orang menunggang unta, kami merasa gembira dengan hal ini, ketika mereka semakin Haramiyah (orang-orang Mekkah), Allah melunakkan hati mereka pada kami sehingga mereka memberi kami minuman dan tumpanngan sampai kami dikirim hingga ketempat rombongan para sayid, sehabis itu kami terus melanjutkan perjalanan hingga mampu menunaikan ibadah haji kami. Alhamdulillah atas pertolonannya.


Sayid Hasan bin Harun dikala dalam perjalanannya menuju Hadramaut dari Oman sesampai di pertengahan jalan dia beserta rombongannya melihat adanya gerombolan perampok, maka dia memerintahkan rombongannya untuk bersama-sama membaca ratib Al-Haddad, dikala mereka melalui di hadapan para perampok itu ternyata tidak ada seorangpun dari para perampok itu yang menganggunya.


Asy-Syaikh Abdul Wahid bin Ali bin Subait Az-Zarafi mengisahkan: Suatu dikala raja Thuhmas yang bernama Nadir Syah bermaksud akan menyerang negeri Aughan, maka sultan Aughan ketika itu yang bernama Sulaiman mengatakan: “Mereka (raja Thuhmas dan tentaranya), meskipun telah menaklukan beberapa negara, mereka tidak akan bisa menaklukan kami, alasannya adalah kami memiliki benteng yang sangat handal, ialah ratib Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad.” Maka sultan Aughan memerintahkan kepada seluruh tentara dan rakyatnya untuk membaca ratib Al-Haddad. Maka Allah menyebabkan sultan Thuhmas beserta tentaranya tidak mampu untuk menguasai negeri dan serdadu sultan Sulaiman berkat dari ratib Al-Haddad yang mulia ini. Perlu dimengerti bahwa sultan Sulaiman ini hidup pada zaman Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad penulis ratib ini, dan dikala mendengar akan rencan Thuhmas untuk menaklukan negerinya maka sultan Sulaiman mengirim surat yang isinya memberitahu terhadap Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad ihwal planning Thuhmas dan tentaranya, maka Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad membalas suratnya dengan mengirim ratibnya yang mulia ini, dan memerintahkan mereka agar membaca ratibnya dan mengatakan: “Dia (ratib ini) akan menjaga kalian semua dari kejahatannya (Thuhmas dan tentaranya).”


Sayid Muhammad bin Hamid bin Ali Al-Haddad yang tinggal di Ahs-Shair menceritakan peristiwa yang dialami oleh sayid Ali bin Alwi Alaydrus yang tinggal di Ahsa’. Sayid Ali bin Alaydrus mengisahkan: Ketika kami dalam perjalanan darat menuju haramain untuk menunaikan ibadah haji melalui kota Ahsa’ dan jalan yang kami lalui sangatlah menakutkan, ketika kami tengah dalam perjalanan, kami melihat gerombolan dari para penyamun yang aneka macam jumlahnya. Melihat kondisi ini maka kami memohon pemberian terhadap Allah dengan membaca ratib Al-Haddad, balasannya kami semua diselamatkan oleh Allah dari niat jahat mereka, padahal kami melihat mereka dan mereka melihat kami, dan jumlah rombongan kami sebanyak 40 unta. Tak lama sehabis kami, lewatlah rombongan kafilah lain dan mereka semua diserbu dan dirampok oleh penyamun itu sedangkan kami semua selamat yaitu berkat dari ratib yang mulia ini.