Kimia Hijau Dalam Pertumbuhan Kurun Depan

Oleh: Widiastuti (@T22-Widiastuti)

ABSTRAK

Pada permulaan 1990an, green chemistry mulai diketahui secara global sehabis Environmental Protection Agency (EPA) mengeluarkan Pollution Prevention Act yang merupakan kebijakan nasional untuk mencegah atau menghemat polusi. Sebagai penggiat pengembangan ekonomi terutama pada industri moderen seperti elektronika, teknologi info, bio dan nanoteknologi, yang memainkan peran penting pada struktur dan pengelolaan kota pandai, industri kimia yang menerapkan prinsip Kimia Hijau mampu memainkan peranan penting pada evolusi berkelanjutan kota pandai. Semua tata cara dan strukturnya baik sumberdaya listrik dan gas, air, transportasi dan sebagainya dirancang, dibangun, dan diatur dengan mempergunakan kemajuan di bidang materi terintegrasi, sensor, elektro, dan jejaring yang dihubungkan dengan tata cara komputer untuk database, pelacakan, dan algoritma untuk pengambilan keputusan.

Kata kunci: kimia hijau, lingkungan, kota cerdas

 

ABSTRACT

In the early 1990s, green chemistry became known globally after the Environmental Protection Agency (EPA) issued the Pollution Prevention Act which is a national policy to prevent or reduce pollution. As a driver of economic development, especially in modern industries such as electronics, information technology, bio and nanotechnology, which play an important role in the structure and management of smart cities, the chemical industry that applies Green Chemistry principles can play an important role in the sustainable evolution of smart cities. All systems and structures including electricity and gas resources, water, transportation and so on are designed, built, and managed by utilizing advances in integrated materials, sensors, electronics, and networks linked to computer systems for databases, tracking, and algorithms for decision making.

Keyword: green chemistry, environment, smart city

 

PENDAHULUAN

Sejak tahun 1990-an Amerika Serikat sudah mulai memberikan penghargaan yang berhubungan dengan kimia hijau, namun banyak penerapan kimia hijau yang sesungguhnya telah lama diketahui sebelum itu. Berbagai negara juga menerapkan kimia hijau mirip Jerman yang tidak memakai pelarut pada proses komersial serta pemanfaatan katalis yang mampu didaur ulang di Inggris. Istilah kimia hijau pertama kali dipakai oleh Paul T. Anastas pada suatu acara khusus yang diperkenalkan organisasi EPA (Environmental Protection Agency) di Amerika Serikat tahun 1991. Program ini dimaksudkan untuk menerapkan pengembangan berkelanjutan di bidang kimia dan teknologi kimia oleh dunia industri, perguruan tinggi, dan pemerintahan (Mustafa, 2016)

  Industri Dan Ekosistem Lingkungan

Konsep kota cerdas ialah proses kegiatan yang dilaksanakan untuk membuat perkotaan menjadi nyaman untuk kehidupan orangnya dan siap menghadapi aneka macam tantangan yang mungkin muncul. Smart City atau kota pandai mempunyai 6 (enam) indikator yakni smart governance, pemerintahan transparan, informatif, dan responsif; smart economy, menumbuhkan produktivitas dengan kewirausahaan dan semangat penemuan; smart people, peningkatan mutu sumber daya insan dan kemudahan hidup pantas; smart mobility, penyediaan metode transportasi dan infrastruktur; smart environment, manajemen sumber daya alam yang ramah lingkungan; dan smart living, merealisasikan kota sehat dan pantas huni.

 

RUMUSAN MASALAH

1. Apa definisi dari kimia hijau?

2. Apa saja 12 prinsip kimia hijau?

3. Apa pola dari pertumbuhan kimia hijau?

 

TUJUAN

1. Untuk mengenali definisi dari kimia hijau

2. Untuk mengetahui 12 prinsip kimia hijau

3. Untuk mengetahui acuan dari perkembangan kimia hijau

 

PEMBAHASAN

Definisi kimia hijau (green chemistry), berdasarkan US EPA (Environmental Protection Agency), ialah menggunakan ilmu kimia dan prosesnya untuk pencegahan polusi (pencemaran), dan mendesain produk kimia dan proses-prosesnya yang lebih erat lingkungan. Kimia hijau ialah perancangan kembali produk kimia dan prosesnya dengan tujuan mereduksi atau mengeliminasi setiap dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan. (Sidjabat, 2008). Menurut Hidayat (2021), Aplikasi Kimia Hijau
sejalan dan seirama dengan prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Sebagai catatan, pembangunan berkelanjutan merupakan proses pembangunan dengan menerapkan prinsip “menyanggupi kebutuhan kini, tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan”.

Menurut Mahreni (2019), Pada awal 1990an, green chemistry mulai diketahui secara global sehabis Environmental Protection Agency (EPA) mengeluarkan Pollution Prevention Act yang ialah kebijakan nasional untuk menangkal atau meminimalisir polusi. Green chemistry ialah pendekatan untuk mengatasi dilema lingkungan baik itu dari sisi materi kimia yang dihasilkan, proses ataupun tahapan reaksi yang dipakai. Konsep ini memastikan ihwal sebuah sistem yang didasarkan pada pengurangan penggunaan dan pembuatan bahan kimia berbahaya baik itu dari segi perancangan maupun proses.

Istilah kimia dipakai dalam “green chemistry” dimaksudkan karena melibatkan struktur dan pergeseran sebuah materi. Perubahan tersebut pasti melibatkan energi selaku sumbernya. Oleh sebab itu rancangan green chemistry ini juga erat kaitannya dengan energi dan penggunaannya baik itu secara pribadi maupun yang tidak langsung seperti penggunaan sebuah material dalam hal pembuatan, penyimpanan dan proses penyalurannya (Mahreni, 2019)

  Masa Revolusi Industri 4.0 Di Indonesia

Menurut Mustafa (2016), Konsep kimia hijau lazimnya ditampilkan selaku gabungan dari 12 prinsip yang direkomendasikan oleh Anastas dan Warner (Anastas & Warner, 1998), bila dipraktekkan dapat memberikan bagaimana bikinan zat kimia dapat memfasilitasi kesehatan insan dan lingkungan, dengan tetap mengamati efisiensi dan keuntungan. Kedua belas prinsip kimia hijau itu yakni:

1) pencegahan: pencegahan limbah lebih diutamakan ketimbang perlakuan kepada air limbah;

2) atom ekonomi: metode sintesa mesti dirancang untuk mengoptimalkan pemanfaatan semua bahan yang digunakan dalam proses hingga menciptakan sebuah produk;

3) sintesa zat kimia dengan kemungkinan timbulnya bahaya seminimal mungkin: kegiatan pembuatan zat kimia diusahakan menerapkan tata cara yang dirancang untuk memanfaatkan dan menghasilkan zat-zat dengan toksisitas serendah mungkin bagi kesehatan insan dan lingkungan;

4) mendesain zat kimia yang aman yang mampu digunakan sesuai peruntukannya dengan menghemat toksisitas zat tersebut;

5) pemanfaatan pelarut dan zat pendamping yang aman;

6) perancangan tata cara untuk mendapatkan efisiensi energi pada temperatur dan tekanan rendah serta ramah lingkungan;

7) sejauh mungkin menerapkan penggunaan bahan mentah yang terbarukan, bukan yang menghabiskan sumber daya;

8) sejauh mungkin meminimalkan pemanfaatan zat derivatif mirip zat pencegah, pelindung, atau penghancur;

9) pemanfaatan katalis seselektif mungkin dan yang ialah reagen dengan sifat stokiometrik yang paling baik;

10) perancangan agar gampang diuraikan, zat-zat kimia yang dihasilkan harus gampang diuraikan saat manfaatnya sudah final;

11) analisis secara real-time untuk pencegahan polusi; tata cara-sistem analisis mesti dikembangkan untuk memungkinkan pemantauan dan pencegahan secara pribadi pada setiap tahap dari proses sintesa untuk menghalangi terbentuknya zat berbahaya;

12) penerapan kimia kondusif untuk menghalangi kecelakaan, zat-zat yang digunakan dalam proses kimia harus diseleksi untuk meminimalisir kesempatankecelakaan, tergolong pelepasan zat berbahaya, ledakan, dan kebakaran.

Konsep Kota Cerdas merupakan pola dari pertumbuhan kimia hijau yamg dijalankan untuk menciptakan perkotaan menjadi nyaman untuk kehidupan penduduknya. Kota pintar digambarkan dengan atribut kecerdasan dalam hal bangunan, infrastruktur, teknologi, energi, mobilitas, penduduk, manajemen, dan Pendidikan. Atribut-atribut itu secara terintegrasi diterapkan dalam mengorganisir sumberdaya, mengontrol tingkat polusi, dan mengalokasikan energi. Sebagai penggiat pengembangan ekonomi khususnya pada industri moderen mirip elektronik, teknologi isu, bio dan nanoteknologi, yang memainkan peran penting pada struktur dan pengelolaan kota cerdas, industri kimia yang menerapkan prinsip Kimia Hijau mampu memainkan peranan penting pada evolusi berkelanjutan kota pandai (Mustafa, 2017).

  Teknologi Hijau: Energi Hijau Yang Ramah Lingkungan

Peranan Ilmu dan Teknologi Kimia dalam pembentukan kota pintar, antara lain, dengan diperkenalkannya konsep Kimia Hijau/Green Chemistry untuk pengelolaan pembangunan berkelanjutan. Kimia Hijau/Green Chemistry, yang berfokus pada bikinan dan teknologi penerapan Ilmu Kimia yang ramah lingkungan, diperkenalkan pada permulaan 1990-an. Kimia hijau ini ialah pendekatan untuk mengatasi duduk perkara lingkungan baik dari sisi bahan kimia yang dihasilkan, proses, ataupun tahapan reaksi yang digunakan. Konsep ini menegaskan perihal suatu sistem yang didasarkan pada pengurangan penggunaan dan pembuatan materi kimia berbahaya baik itu dari sisi perancangan maupun proses. Bahaya materi kimia yang dimaksudkan dalam rancangan Kimia Hijau ini mencakup berbagai bahaya kepada kesehatan insan dan lingkungan, termasuk toksisitas, bahaya fisik, pergantian iklim global, dan penipisan sumber daya alam (Mustafa, 2017).

 

KESIMPULAN

kimia hijau (green chemistry), menurut US EPA (Environmental Protection Agency), yaitu memakai ilmu kimia dan prosesnya untuk pencegahan polusi (pencemaran), dan mendesain produk kimia dan proses-prosesnya yang lebih akrab lingkungan. Green chemistry merupakan pendekatan untuk menanggulangi duduk perkara lingkungan baik itu dari sisi bahan kimia yang dihasilkan, proses ataupun tahapan reaksi yang dipakai. Konsep ini memastikan tentang suatu metode yang didasarkan pada penghematan penggunaan dan pengerjaan bahan kimia berbahaya baik itu dari sisi perancangan maupun proses. Kimia Hijau/Green Chemistry, yang berfokus pada produksi dan teknologi penerapan Ilmu Kimia yang ramah lingkungan, diperkenalkan pada permulaan 1990-an. Kimia hijau ini ialah pendekatan untuk menanggulangi duduk perkara lingkungan baik dari segi bahan kimia yang dihasilkan, proses, ataupun tahapan reaksi yang dipakai.

 

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Atep Afia. 2021. Kimia Hijau. Modul Kimia dan Pengetahuan Lingkungan Indusrti. Jakarta. Universitas Mercu Buana.  (diakses 12 November 2021)

Mahreni, A. 2019. BAHAN KIMIA HIJAU. Dalam http://eprints.upnyk.ac.id/21704/1/BUKU%20HIJAU%20BAB%201%20DAN%202.pdf (Diakses pada 14 November 2021)

Mustafa, Dina. 2016. Kimia Hijau dan Pembangunan Kesehatan yang Berkelanjutan di Perkotaan. Dalam http://repository.ut.ac.id/7091/1/UTFMIPA2016-07-dina.pdf (Diakses pada 14 November 2021)

Mustafa, Dina. 2017. PERANAN KIMIA HIJAU (GREEN CHEMISTRY) DALAM MENDUKUNG TERCAPAINY A KOTA CERDAS (SMART CITY) SUATU TINJAUAN PUSTAKA. Dalam http://repository.ut.ac.id/7076/1/UTFMIPA2017-07-dina.pdf (Diakses pada 15 November 2021)

Sidjabat, Oberlin. 2008. PENGEMBANGAN TEKNOLOGI BERSIH DAN KIMIA HIJAU. LEMBARAN PUBLIKASI LEMIGAS: VOL. 42. NO. 1. (Diakses pada 13 November 2021)