Kiat Cara Mengatur Hawa Nafsu

Assalamu’alaikum sobat sekalian, dipostingan aku sebelumnya saya telah berbagi perihal “Tiga Sisi Nafsu” … Nah jika ada diantara kalian yang bertanya-tanya gimana sih cara untuk mengatur nafsu??… untuk itu kali ini aku akan membagikan caranya … agar berguna 🙂
TIPS “CARA MENGENDALIKAN HAWA NAFSU” 
 
Manusia menurut Al-Ghazâlî akan menilai baik setiap kejelekan yang tiba dari diri (nafsu)-nya  dan nyaris-nyaris tidak dapat menyaksikan celanya, padahal nafsu tetap memusuhi dan membuat  madlarat. Tidak mengkonsumsi waktu usang, nafsu itu pasti akan menjerumuskannya ke dalam keterbukaan malu dan kerusakan, sedangkan ia tidak merasa, kecuali jikalau Allah menjaganya dan menolongnya mengalahkan nafsu, dengan anugerah dan rahmat-Nya. 

Menurut Ghazâlî yang bisa menundukkan nafsu dan melunakkan kesenangan nafsu itu hanya tiga, ialah:

1. Mencegah kesenangan nafsu. Karena, binatang tunggangan (kuda) yang badung itu dapat melunak kalau dikurangi makanannya.

2. Membebani nafsu dengan ibadah yang berat-berat. Karena, khimar itu jikalau ditambah muatannya dan dikurangi makanannya maka menjadi tunduk dan berdasarkan.

3. Memohon perlindungan Allah Azza wa Jalla.

Nah, bagaimana cara mengontrol hawa nafsu, berikut kiat-kiatnya :
Kiat umum menertibkan nafsu
1. Konsultasikan kepada dua “Dewan Pertimbangan Jiwa”, yaitu Agama Islam dan Akal Sehat sebelum melangkah

Imam Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah berkata, “Tatkala seorang yang sudah baligh diuji dengan hawa nafsu, tidak mirip hewan (yang tidak diuji dengannya), dan setiap waktu dia menghadapi gejolak hawa nafsu, maka dianugerahkan kepadanya dua penentu keputusan, adalah agama Islam dan logika sehat. Ia pun senantiasa diperintahkan untuk mengkonsultasikan gejolak hawa nafsu yang dihadapi kepada dua penentu keputusan tersebut dan tunduk terhadap keduanya”.

  Jangan Mencari Tahu Apa Yang Tidak Mampu Kita Pahami

Maksudnya:

Ulama sudah menjelaskan bahwa setiap kali seseorang menghadapi sebuah problem, sebelum mengambil langkah, ia tertuntut untuk muhasabah (intropeksi) diri, semoga mampu memutuskan langkah yang sempurna, adalah langkah yang diridhai oleh Allah Ta’ala. Untuk bisa memutuskan langkah yang tepat, maka haruslah dikonsultasikan apalagi dahulu terhadap penentu keputusan yang asasi, yaitu syari’at Islam, beliau mesti menimbang keputusan yang akan diambilnya dengan tinjauan syari’at Islam, dan beliau gunakan nalar sehatnya agar mampu mengerti syari’at Islam dengan baik, mengokohkan keimanannya, dan membantunya dalam memikirkan maslahat dan mudharat yang ada.

Jika suatu alternatif keputusan sesuai dengan syari’at Islam dan  logika sehatnya, maka diambillah keputusan tersebut, namun kalau tidak, maka ditinggalkannya. Dan ketahuilah bahwa agama Islam pastilah selaras dengan nalar  sehat (yakni logika yang lurus dan sesuai dengan fitrah), keduanya tidaklah mungkin bertentangan.

2. Anda galau? Jauhilah apa yang paling favorit hawa nafsu Anda!
Sebagian Salafus Shalih berkata,

إذا أشكل عليك أمران لا تدري أيها أشد، فخالف أقربهما من هواك، فإن أقرب ما يكون الخطأ في متابعة الهوى

“Jika Anda ragu-ragu menghadapi dua alternatif opsi keputusan, Anda tidak tahu mana yang paling ancaman, maka tinggalkanlah sesuatu yang paling akrab/diminati hawa nafsumu, karena perilaku yang terdekat dengan kesalahan itu ada pada mengikuti hawa nafsu”.

Maksudnya:

Tidak jarang dikarenakan minimnya ilmu syar’i yang dimiliki seseorang dan kelemahan akal sehatnya, maka di dalam menetapkan suatu kasus, dia menemui kesulitan.

Ia gundah ketika menghadapi dua alternatif pilihan keputusan, mana yang mesti diambil, padahal, dia mesti mengambil keputusan kini juga, tidak ada satupun orang ‘alim yang mampu dihubungi saat itu. Maka sebagian salaf telah menawarkan resep gampang kepada kita, yakni  tinggalkanlah sesuatu yang paling erat dengan hawa nafsumu atau paling disenangi hawa nafsumu! Dan seleksilah suatu keputusan yang terjauh dari hawa nafsumu.

  Menambah Cahaya Muka

Mengapa demikian? Rahasianya terdapat dalam ucapan Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah rahimahullah berikut ini, “Ketika sikap yang sering terjadi pada orang yang mengikuti hawa nafsu, syahwat dan amarah yaitu tidak mampu berhenti hingga pada batas mengambil manfaat saja (darinya), alasannya adalah itulah (banyak) disebutkan nafsu, syahwat, dan amarah dalam konteks yang tercela, alasannya adalah dominannya ancaman yang ditimbulkannya (dan) jarang orang yang bisa bersikap tengah-tengah dalam hal itu (mengontrol nafsu, syahwat, dan amarahnya- pent)”. 

Wallahu a’lam.

 

Sumber bacaan diakses pada 26 Mei 2017 : 
Imam Al-Ghazâlî, Minhaj al-‘Abidin, Dar-al-Fikri, Beirut, tth, hlm. 15
#sthash.rS0P21jM.dpuf
 https://muslim.or.id/24504-tips-tips-mengontrol-hawa-nafsu.html