Penyerangan yg dilaksanakan terhadap Penyidik Senior forum antirasuah KPK Novel Baswedan di waktu Subuh mengingatkan kita pada peristiwa berabad lampau. Yang terjadi pada seorang Amirul Mukminin.
Ketika itu matahari belum terbit. Amirul Mukminin ini keluar dr rumahnya hendak mengimami sholat Subuh. Ia menunjuk beberapa orang di Masjid supaya mengatur shaf sebelum sholat. Kalau barisan mereka sudah rata & terstruktur, ia datang & melihat shaf pertama. Kalau ada orang yg bangkit lebih maju atau mundur, diaturnya. Kalau semua sudah terstruktur di daerah masing-masing, mulai ia bertakbir untuk sholat.
Saat itu gejala fajar sudah mulai terlihat . Baru saja ia mulai niat shalat hendak bertakbir tiba-tiba muncul seorang laki-laki di depannya & menikamnya dgn khanjar tiga atau enam kali, yg sekali mengenai bawah pusar.
Umar mencicipi panasnya senjata itu dlm dirinya, ia menoleh pada jemaah yg lain & membentangkan tangannya seraya berkata: ”Kejarlah orang itu; ia sudah membunuhku!” Dan orang itu adalah Abu Lu’lu’ah, budak al-Mugirah. Orang Persia yg tertawan di Nahawand, yg kemudian menjadi milik al-Mugirah bin Syu’bah.
Kedatangannya ke Masjid itu sengaja hendak membunuh Umar di pagi. Ia bersembunyi di bawah pakaiannya dgn menggenggam penggalan tengahnya khanjar bermata dua yg tajam. Ia bersembunyi di salah satu sudut masjid. Begitu sholat dimulai ia pribadi bertindak. Sesudah itu ia menyeruak lari hendak menyelamatkan diri.
Orang heboh & semrawut, bingung mendengar itu. Orang banyak tiba hendak menangkap & menghajar orang itu. Tetapi Abu Lu’lu’ah tak memberi potensi menangkapnya. Malah ia menikam ke kanan kiri hingga ada dua belas orang yg kena tikam, enam orang meninggal kata satu sumber & berdasarkan sumber yg lain sembilan orang. Datang seorang dr belakang & menyelubungkan bajunya pada orang itu sambil mengempaskannya ke lantai. Yakin dirinya niscaya akan dibunuh, Abu Lu’lu’ah menentukan jalan pintas. Ia bunuh diri dgn khanjar yg dipakai menikam Amirul Mukminin.
Tikaman yg mengenai bawah pusarnya itu telah memutuskan lapisan kulit kepingan dlm & usus lambung yg mampu mematikan. Konon Umar tak dapat bangkit sebab rasa perihnya tikaman itu, & terempas jatuh.
Abdur-Rahman bin Auf segera maju menggantikannya mengimami salat. Ia meneruskan sholat itu dgn membaca dua surah terpendek dlm Quran: al-Asr & al-Kausar. Ada pula dikatakan bahwa orang jadi semrawut-balau sehabis Umar tertikam & beberapa orang lagi di sekitarnya. Mereka semakin bingung sehabis menyaksikan Umar diusung ke rumahnya di akrab masjid. Orang ramai tetap kacau & hiruk-pikuk sehingga ada yg berseru: Sholat! Matahari sudah terbit! Mereka mendorong Abdur-Rahman bin Auf & ia maju sholat dgn dua surah terpendek tersebut.
Sumber kedua ini sudah tentu lebih mampu diterima. Dalam situasi berantakan begitu barisan orang untuk sholat kembali sudah tak akan terstruktur lagi, sementara Amirul Mukminin tergeletak bercucuran darah di depan mereka, & darah orang-orang yg pula terkena tikam bergelimang di sekeliling mereka, & si pembunuh pula sedang sekarat di tengah-tengah mereka! Andaikata – dgn penderitaan akibat berulang kali tikaman itu – kita dapat membayangkan Umar sedang berpikir untuk meminta Abdur-Rahman bin Auf menggantikannya sholat – sebuah hal yg jauh dapat dibayangkan nalar – tidaklah kita dapat membayangkan dikala itu orang dapat menertibkan barisan sementara mereka dlm situasi kegamangan & panik.
Tentunya tatkala itu Umar sudah diusung ke rumahnya di dekat masjid dlm keadaan sadar atau pingsan alasannya adalah dahsyatnya tikaman itu & orang-orang mengelilinginya tatkala dibawa masuk pada keluarganya. Orang-orang yg terkena tikam & dibawa keluar dr Masjid atau dipindahkan ke sekitarnya itu, sudah diberi derma. Mayat Abu Lu’lu’ah pula dikeluarkan & dibawa ke Butaiha. Setelah itu orang kembali ke masjid & membahas kejadian itu hingga kemudian ada orang yg mengingatkan mereka akan waktu sholat. Tatkala itulah mereka meminta Abdur-Rahman bin Auf untuk mengimami salat.
Seiring terbitnya matahari pagi, informasi menyeramkan tersebut tersebar ke seantero Madinah. Penduduk ingin mengenali lebih terang mengenai insiden yg sungguh mengejutkan itu. Bahkan pemuka pemuka dr masing masing kabilah secepatnya berkumpul di halaman rumah umar untuk mengetahui kondisi kesehatannya.
Abdullah ibn Abbas mengungkapkan “Aku masih berada ditempat Umar & ia belum sadarkan diri hingga matahari terbit. Setelah siuman, sambil berbaring ia mengajukan pertanyaan: “Apakah orang orang sudah shalat?”
“Sudah”, jawab Abdullah ibn Abbas.
Setelah itu ia memerintahkan Abdullah ibn Abbas untuk mencari tahu orang yg sudah menusuknya. Aku segera mencar ilmu keluar & menemui para pemuka kabilah.
“Saudara saudaraku,“ kata Abdullah ibn Abbas, “Amirul Mu’munin ingin mengenali apakah insiden ini merupakan konspirasi kalian?”
Para pemuka kabilah yg mendengar pertanyaan tersebut menjadi kecut, & bersama-sama berkata, “Semoga Allah melindungi kami, kami tak tahu. Mana mungkin itu akan terjadi. Jika kami tahu, pasti kami bersedia menebusnya dgn nyawa kami atau anak anak kami.”
“ Lalu siapa yg menikam Amiril Mukminin?” Tanya Abdullah bin Abas lagi.
“Ia ditikam oleh musuh allah, Abu Lu’luah budak Mughirah bin Syu’bah,” jawab mereka.
Abdullah bin Abbas kembali dlm rumah Khalifah Umar & memberikan kabar orang yg telah menikamnya. “ Alhamdulillah, gue tak dibunuh oleh seorang muslim, tak mungkin orang Arab akan membunuhku,” kata Umar.
Kemudian Umar R.A. menangis. Umar R.A. berkata “Demi Allah, bila gue mampu meninggalkan dunia ini tanpa ada kasus yg memberatkanku & tak ada apa-apa untukku, maka gue akan senang.”
Abdullah ibn Abbas R.A. berkata “Ya Amirul Mukminin, Rasulullah S.AW. meninggalkan dunia ini & ia merasa bahagia denganmu, tak ada dua orang Muslim yg bertikai berkenaan dgn kekhalifahanmu, setiap orang bahagia dgn kekhalifahanmu.”
Umar R.A. berkata “Aku tahu itu, namun kekhalifahan ini membuatku khawatir. Wahai Abdullah, dudukkan aku”, kemudian mereka mendudukkannya. Kemudian Umar memegang bahu Abdullah & berkata “Wahai Abdullah, maukah kamu bersaksi untukku di hari kiamat?”
Abdullah berkata “Aku akan bersaksi untukmu di hari akhir zaman.”
Kemudian Umar berbaring di pangkuan putranya, Abdullah ibn Umar. ia berkata kepadanya “Tempatkan pipiku di lantai.”
Abdullah ibn Umar R.A. berkata “Kenapa ayah?” sembari mengecup kening Umar, & menempatkan pipinya di lantai.
Umar berkata “Jika gue ditakdirkan berada di nirwana, maka bantal nirwana lebih lembut dibandingkan dengan pahamu, & kalau gue ditakdirkan masuk neraka, maka kau tak menginginkan seorang penghuni neraka di atas pahamu.”
Selain itu, ia pula berpesan pada anaknya semoga memasarkan benda benda yg dimilikinya untuk melunasi utang utangnya. Sebab ia tak ingin meninggalkan dunia dgn menenteng kewajiban yg belum terselesaikan.
Kemudian Umar R.A. memberitahu anggota keluarganya “Lembut-lembutlah dlm mengkafaniku alasannya kalau Allah menakdirkanku nirwana, maka Allah akan memberikanku yg lebih baik daripada ini, & kalau Allah menakdirkan neraka untukku, maka Allah akan mencabutku dr semua ini. Berlembutlah dlm menggali kuburku, alasannya jikalau Allah menakdirkanku surga, maka ia akan meluaskan kuburku. Dan jikalau Allah menakdirkan neraka untukku, maka kubur itu akan menghimpitku.”
Kemudian ia berkata pada anaknya, yaitu Abdullah ibn Umar “Ya Abdullah, pergilah & tanyakan pada Aisyah R.A., apakah ia membolehkanku untuk dikubur disamping Rasulullah S.A.W. & Abu Bakar R.A.?”
Lalu pergilah Abdullah ibn Umar RA., ia mengetuk pintunya & masuk ke rumah Aisyah RA. Ternyata Aisyah RA. sedang menangis, & ia memperlihatkan salam padanya kemudian mengajukan pertanyaan pada Aisyah “Umar meminta untuk dikuburkan di samping Rasulullah SAW. & Abu Bakar RA., apakah kau mengizinkannya?”
Aisyah RA. berkata “Aku sudah memesan kawasan itu untuk diriku, karena Rasulullah yakni suamiku & Abu Bakar adalah ayahku, tapi gue akan memberikannya pada Umar.”
Dan riwayatnya menyebutkan tatkala Abdullah tiba, Umar sedang berbaring & ia berkata “Dudukkan saya.” Kemudian mereka mendudukkannya, lalu Abdullah memasuki ruangan & berkata “Wahai ayahku, keinginanmu dikabulkan.”
Umar berkata “Aku tidak mempunyai cita-cita apapun melebihi itu. Tatkala gue meninggal & kamu membawaku untuk dikuburkan, tanyakan pada Aisyah RA. lagi, mungkin sebab statusku ia merasa keberatan untuk memberikanku daerah itu. Tanyakan ia lagi, & jikalau ia oke, maka kuburkan gue di sana, kalau tidak, maka kuburkan gue di pemakaman umat Muslim.”
Beberapa hari sehabis kejadian penikanman, Umar bin Khatab mengembuskan nafas terakhirnya & menyisakan sedih mendelam dikalangan umat islam.
Umar meninggal & dikuburkan di samping Abu Bakar R.A. & Rasulullah SAW.