Ketika Alvin Arifin Ilham Melayat ke Non Muslim

Berkaos putih & berdiri di antara salib bareng istrinya yg berjilbab coklat muda. Di sana ada peti mati & sebuah foto perempuan. Putra Ustadz Muhammad Arifin Ilham, Muhammad Alvin Faiz memang sedang berduka cita. Nenek dr istrinya sudah meninggal dunia.

“Turut berduka cita untuk neneknya Larissa,” katanya lewat akun jejaring sosialnya pada Selasa (10/10/2017).

Selain foto berdoa, Alvin pula foto bareng keluarga besar lainnya yg sama-sama menggunakan baju putih.

Karena diserang pertanyaan & pernyataan, Alvin mengunci kolom komentarnya di Instagram. Ia meminta pada para pengikutnya di Instagram sebelum mengajukan pertanyaan-tanya ihwal foto yg dia unggah, diminta untuk menggeser foto ke kanan dahulu.

“Semua di jawab disitu, bila ada pertanyaan tanyakan baik-baik via DM (direct message) ya, dijaga bicaranya alasannya kami di sini sedang berduka,” ungkap suami Larissa itu.

Alvin menjelaskan perihal kehadiran dia ke rumah keluarga Larissa yg dominan non muslim.

“Sekadar menghadiri rumah murung keluarga atau sobat yg non muslim boleh. Tapi ada beberapa hal yg perlu dicatat,” katanya.

Pertama, haram mengikuti ritual-ritualnya, nyanyian-nyanyiannya, doa-doanya. Kaprikornus hanya sekadar hadir & menguatkan mereka.

Kedua, haram mendoakan mereka yg wafat dlm keadaan kafir (baca: nonmuslim). Kita hanya boleh menguatkan mereka.

Ketiga, jikalau tempatnya daerah ibadah mereka semisal gereja, & lain sebagainya, lebih baik menunggu di luar daerah.

“Saya hari ini bukan mengunjungi gereja melainkan rumah sedih,” katanya.

Ia meminta sobat-sobat mempertahankan bicaranya, “Karena kami sedang berduka di sini, ini keluarga kami, mudah-mudahan berfaedah,” katanya.

Bapak muda satu anak ini para pengikutnya memahami posisi istrinya yg muallaf & beda iktikad dgn keluarganya tetapi tetap bersahabat & hening.

  Ciri-ciri Husnul Khatimah dan Su`ul Khatimah (Bagian 3)

“Setiap saya di Cirebon saya senantiasa bermalam di rumah keluarga Larissa yg nonmuslim. Saya sholat lima waktu di rumah yg penuh dgn atribut-atribut agamanya mereka. Kok mampu? Karena kami nggak ribet. Nggak sempit pikiran,” ujarnya.

Lebih jauh lagi, lanjutnya, latarbelakang keluarganya orisinil pribumi & sangat kental dgn agama. Bisa hening dgn keluarganya yg berlawanan iktikad bahkan berlainan ras.

Ia berpesan, “Banyakin piknik, berteman dgn semua kalangan. Jangan main sama yg satu akidah saja, yg satu ras atau yg satu aliran,” katanya. [@paramuda/Wargamasyarakat]