Belanja dengan-cara daring (dalam jaringan) atau online memang sudah menjadi keperluan manusia masa sekarang. Tinggal membuka internet, order, transfer uang lalu tak usang lagi menerima barang yg dipesan, yg dikirimkan oleh kurir. Akan namun, belanja online layaknya belanja pribadi di pasar atau toko, akan menemukan hal yg tak menggembirakan. Seperti halnya yg dinikmati oleh dai tenar Abdullah Gymnastiar.
Aa Gym, demikian ustadz dr Bumi Parahyangan itu disapa, sebuah kali pernah melakukan reservasi barang via internet yakni masker. Ia memesan itu untuk anaknya yg sedang membutuhkan. Aa Gym kemudian mengirimkan pesan pendek (SMS) ke toko online tersebut.
“Saya mau pesan (masker),” begitu bunyi SMS yg ia kirim.
Tak lama ia mendapatkan balasan, “Ya, baik. Di mana nih?” Nada ketus di sana.
Kalau jawabannya lebih hangat, lebih santun tentu pembeli lebih semangat, mungkin akan lebih anggun nanti, kata Aa Gym dlm hati.
“Siapa?” balas pedagang itu lagi. “Saya omzetnya sudah miliaran!” lanjut pesan itu.
“Oh ya sudah kalau telah miliaran. Syukur, saya mau cari yg skala kecil saja,” kata Aa Gym dgn simpulan kalimat yg mungkin menohok pedagang , “Wassalamualaikum. Aa Gym.” ‘Terpaksa’ ia mengeluarkan kalimat tersebut.
Aa Gym berpikir kenapa pedagang tersebut bersikap ketus seperti itu. ‘saya omset miliaran’ padahal Aa Gym tak mengajukan pertanyaan omset.
Kisah Aa Gym tersebut disampaikan dlm ceramah beberapa waktu kemudian. Aa Gym melihat perilaku seperti adalah contoh orang telah ‘merasa’, yg setiap ada masukan dianggap serangan.
“Kaprikornus, SOPnya kriteria orang ujub itu. Kalau ada input (masukan), sibuk membentengi diri & nembak. Itu sombong jatuhnya, prosedurnya memang begitu,” kata Aa’.
Kalau punya keberanian, kata ia, orang tersebut akan ‘nembak’. Tapi kalau atasan memberi masukan, orang tersebut menjawab singkat “Oh iya ya, terima kasih, Pak!” Kalimatnya nggak digali.
Kembali lagi ke pedagang tadi. Jika pembeli tersebut mau introspeksi, ia akan bicara “oh iya, kata-kata itu tak yummy ya Pak?”
Dan si pelanggan akan berkata “Iya, saya selaku pelanggan merasa direndahkan, dianggap remeh jadinya nggak nafsu belanja.”
“Jadinya saya harusnya bagaimana, Pak?”
Nah, kata Aa Gym, jikalau seperti itu telah benar. Aa Gym berpesan jikalau orang sudah ujub, ia sudah merasa baik. Tidak akan bisa taubat sebab sudah merasa baik. Kalau pun memberitahu ia akan masuk ke golongan takabur. [Paramuda/ Wargamasyarakat]