Tak banyak jurnalis maupun fotografer Belanda yang mengkoleksi foto wacana Sudirman, Panglima Besar Tentara (TNI). Kedatangan Sudirman ke Jakarta dalam pembicaraan gencatan senjata ini ialah kehadiran yang kedua, pada kunjungan yang pertama dia bareng rombongan mengurungkan melanjutkan perjalanan karena prajurit Belanda hendak melucuti senjata rombongan Sudirman di stasiun Kranji, Bekasi.
Tentara Belanda yang bertugas melakukan pencegahan ini meminta semoga Sudirman bareng rombongan menyerahkan senjatanya jikalau memasuki Jakarta. Dengan tegas Sudirman pun menolaknya hingga proses negoisasi pun buntu. Pencegatan ini bagi Sudirman merupakan penghinaan dan pelanggaran kehormatan.
Maka tak sedikitpun Sudirman bersedia untuk berkompromi, dia bersama rombongan lebih menentukan untuk kembali ke Yogyakarta. Atas sikapnya ini, Belanda pun dibuat kebingungan dan berupaya untuk merayu Sudirman untuk bersedia kembali melanjutkan perjalanan ke Jakarta. Bahkan saat Kereta Api Luar Biasa (KLB) yang digunakan Sudirman baru mencapai Cirebon, Belanda pun mengantarkan kawat (telegram) yang pada dasarnya meminta maaf atas insiden tersebut. Namun Sudirman tetap teguh memegang prinsipnya, beliau tetap meminta kereta yang menjinjing rombongannya itu tetap melanjutkan perjalanannya kembali ke Yogyakarta.
Hingga sekitar sepuluh hari setelah kejadian pencegahan tersebut, Sudirman berkenan untuk kembali ke Jakarta untuk melakukan pembicaraan gencatan senjata. Bisa jadi inilah ketegasan yang mampu ditunjukan oleh salah satu pemimpin negeri yang tengah menjaga kemerdekaannya. Tak ada kompromi, terperinci dan tegas. Dan kedatangan Sudirman pun disambut kemeriahan pekik ‘mereka, merdeka, merdeka!!!’ Sumber : buku “Sudirman, Bapak Tentara Indonesia”, ” Kronik Tentara Nasional Indonesia”.
Sumber http://www.imgrum.org/media/1217406455762709540_2166640058