Kerajaan Sunda Antik Di Jawa Barat


Pendahuluan Masa dahulu dan masa kini merupakan kesinambungan seperti pernah dinyatakan ol Kerajaan Sunda Kuno di Jawa Barat
Tempat tinggal lurah Sukapura Kolot
Tasikmalaya 1880’an 


“Hana nguni hana mangke, 

tan hana nguni tan hana mangke.” 

Pendahuluan Masa dahulu dan masa kini ialah kesinambungan seperti pernah dinyatakan oleh leluhur kita dalam naskah kuno Amanat Galunggung, yang dikutip di atas. Maksud kata-kata di atas yakni: ” adanya periode dulu adanya periode sekarang,tidak adanya kurun dulu tidak adanya era kini.”

Kesinambungan antara periode lampau dan periode sekarang sudah dibuktikan pula oleh sejarah Tatar Sunda. Berabad-kurun sebelum kedatangan bangsa India di Tatar Sunda telah banyak bukti adanya masyarakat yang telah memiliki kebudayaan sebagaimana sudah diuraikan dalam bagian terdahulu. 

Ahli-ahli sejarah dan kebudayaan seperti N.J. Krom, J.L.A. Brandes, dan yang lain telah menawarkan  alasan yang cukup meyakinkan bahwa bangsa India ketika tiba di Indonesia antara lain ke Tatar Sunda menghadapi penduduk yang telah berbudaya tinggi.

Tatar Sunda adalah salah satu daerah di pulau Jawa yang mendapat pengaruh budaya India, efek ini terefleksikan dalam agama Hindu dan Buddha yang dalam banyak hal melebur menjadi tradisi berbagai bagian budaya setempat tergolong di bidang politik. 

Dua kerajaan bercorak Hindu penting yang patut dicatat dalam sejarah Indonesia yakni Tarumanagara dan Sunda. Tarumanagara ialah kerajaan pertama di Jawa yang menerima sentuhan budaya dan Sunda adalah kerajaan terakhir di Nusantara yang mempertahankan kehindu-Buddhaannya. 

Perjalanan sejarah Tatar Sunda pada masa ini (kurun pertama Masehi hingga masa ke-16) tidak terlalu mudah untuk direkonstruksi alasannya keterbatasan sumber. Sebelum didapatkan sumber tertulis dari dalam negeri, tempat Tatar Sunda telah lebih dahulu dikenal dalam bebe-rapa sumber tulis luar negeri, terutama dari Cina, India, dan Yunani. 

Pada masa-kurun berikutnya, sumber tulis mancanegara itu juga berasal dari Arab dan Eropa. Sementara itu, sumber dari dalam negeri yang memberitakan tentang Tatar ‘Sunda, berupa prasasti dan naskah yang tetgolong historiografi tradisional (carita, sajarah, babad, kidung, dan lain-lain) , baik yang terdapat di Tatar Sunda, Jawa, Sumatra maupun daerah lain di Nusantara.

Dalam pada itu, sumber tertulis yang berbentuknaskah dari aneka macam tempat di Nusan-tara, hampir tidak ada yang menyebutkan negara atau daerah di Tatar Sunda sebelum Galuh. Artinya, para penulis naskah dari luar Tatar Sunda tampaknya gres mengenal kehidupan kenegaraan di Tatar Sunda setelah Kerajaan Galuh bangkit. 

Walaupun tidak banyak sejak itu isu perihal Tatar Sunda boleh dikatakai senantiasa ada. Di antara naskah dan luar tatar Sunda yang penting yakni Pararaton dan Kidung Sunda. Naskah Pararaton secara sepintas memerikan insiden Bubat yang terjadi pada tahun 1357; sedangkan Kidung Sunda, sesuai namanya, lebih panjang lebar memerikan insiden tersebut. 

Sementara itu, pengakuan atas kehadiran negara bernama Sunda atau Pajajaran, juga didapatkan dalam naskah Babad Tanah Jawi yang ditulis paling cepat pada kurun pemerintahan Sultan Amangkurat di Mataram. Menurut naskah itu, Pajajaran yakni negara permulaan yang ada di Jawa yang kemudian melahirkan aneka macam negara, tergolong Majapahit dan Mataram.

Naskah-naskah ini termasuk sumber sekunder, artinya sumber tidak ditulis dari era insiden-kejadian dalam era ini berlangsung. Sumber naskah dari Tatar Sunda sendiri yang secara ilmiah patut dijadikan bahan dalam penulisan sejarah Tatar Sunda kala ini, yang terpenting di antaranya ialah Carita Parahiyangan yang dituliskan dalam tahun 1580. 

Naskah ini tergolong sumber primer, utamanya untuk abad akhir Kerajaan Sunda, artinya naskah ditulis oleh penulis yang hidup pada abad itu. Sesuai dengan namanya, naskah itu berkisah tentang para raja dan penguasa di Tatar Sunda yang lalu lebih dikenal selaku Parahiyangan. 

Naskah lain yang kandungan bagian sejarahnya cukup banyak ialah: Carita Ratu Pakuan, Carita Waruga Jagat, Carita Purwaka Caruban Nagari, dan Cariosan Prabu Siliwangi. Naskah lain berkenaan dengan kehidupan beragama. Sumber : Sejarah Tatar Sunda 2003 – Nina H Lubis dkk