Perkembangan kebudayaan dan peradaban Islam pada abad kerajaan Mughal ialah pelanjut torehan pertumbuhan peradaban Islam era kejayaan era dinasti Abbasiyah di Baghdad. Meskipun pada kesudahannya kerajaan Islam Mughal menemui titik simpulan periode kekuasaannya dikarenakan banyaknya terjadi pertentangan didalam dan diluar pemerintahan sehingga para sultan kesusahan cara mengatasinya.
Berikut pembahasan wacana kemajuan peradaban Islam pada kurun kerajaan Mughal, selengkapnya.
1. Kemajuan Bidang Politik dan Administrasi Pemerintahan
Perluasan daerah Ia berhasil menguasai Chundar, Ghond, Chitor, Ranthabar, Kalinjar, Gujarat, Surat, Bihar, Bengal, Kashmir, Orissa, Deccan, Gawilgarh, Narhala, Ahmadnagar, dan Asirgah. dan konsolidasi kekuatan. Usaha ini berlangsung sampai kurun pemerintahan Aurangzeb. Menjalankan roda pemerintahan secara, militeristik. Pemerintahan daerah dipegang oleh seorang Sipah Salar (kepala komandan), sedang sub-distrik dipegang oleh Faujdar (komandan).
Jabatan-jabatan sipil juga diberi jenjang kepangkatan yang bercorak kemiliteran. Pejabat-pejabat itu memang diharuskan mengikuti latihan kemiliteran Akbar menerapkan politik toleransi universal (sulakhul). Dengan politik ini, semua rakyat India dipandang sama. Mereka tidak dibedakan karena perbedaan etnis dan agama.
Politik ini dinilai selaku model toleransi yang pernah diterapkan oleh penguasa Islam. Pada Masa Akbar terbentuk landasan institusional dan geografis bagi kekuatan imperiumnya yang dilaksanakan oleh elit militer dan politik yang kebanyakan terdiri dari pembesar-pembesar Afghan, Iran, Turki, dan Muslim Asli India. Peran penguasa di samping selaku seorang panglima prajurit juga sebagai pemimpin jihad.
Para pejabat dipindahkan dari suatu jagir terhadap jagir lainnya untuk menghindarkan mereka meraih interes yang besar dalam sebuah daerah tertentu. Jagir adalah sebidang tanah yang diperuntukkan bagi pejabat yang sedang berkuasa. Dengan demikian tanah yang didedikasikan tersebut jarang sekali menjadi hak milik pejabat, kecuali hanya hak pakai.
Wilayah imperium juga dibagi menjadi sejumlah propinsi dan distrik yang dikontrol oleh seorang yang dipimpin oleh pejabat pemerintahan pusat untuk mengamankan pengumpulan pajak dan untuk menangkal penyalahgunaan oleh kaum petani.
2. Kemajauan Bidang Ekonomi
Terbentuknya metode derma pinjaman bagi usaha pertanian. Adanya sistem pemerintahan lokal yang dipakai untuk menghimpun hasil pertanian dan melindungi petani. Setiap perkampungan petani dikepalai oleh seorang pejabat lokal, yang dinamakan muqaddam atau patel, yang mana kedudukan yang dimilikinya mampu diwariskan, bertanggungjawab terhadap atasannya untuk menyetorkan penghasilan dan menghindarkan tindak kejahatan.
Kaum petani dilindungi hak pemilikan atas tanah dan hak mewariskannya, tetapi mereka juga terikat terhadapnya. Sistem pengumpulan pajak yang diberlakukan pada beberapa propinsi utama pada imperium ini. Perpajakan dikelola sesuai dengan system zabt. Sejumlah pembayaran tertentu dibebankan pada tiap unit tanah dan harus dibayar secara tunai. Besarnya beban tersebut didasarkan pada nilai rata-rata hasil pertanian dalam sepuluh tahun terakhir.
Hasil pajak yang terkumpul dipercayakan terhadap jagirdar, tetapi para pejabat setempat yang mewakili pemerintahan sentra mempunyai tugas penting dalam pengumpulan pajak. Di tingkat subdistrik manajemen lokal dipercayakan kepada seorang qanungo, yang mempertahankan jumlah pajak lokal dan yang melakukan pengawasan kepada distributor-distributor jagirdar, dan seorang chaudhuri, yang mengumpulkan dana (uang pajak) dari zamindar.
Perdagangan dan pembuatan industri pertanian mulai meningkat . Pada era Akbar, konsesi perdagangan diberikan terhadap The British East India Company (EIC)-Perusahaan Inggris-India Timur- untuk mengerjakan usaha jual beli di India sejak tahun 1600. Mereka mengekspor katun dan busa sutera India, materi baku sutera, sendawa, nila dan rempah dan mengimpor perak dan jenis logam lainnya dalam jumlah yang besar.
3. Kemajuan Bidang Agama
Pada era Akbar, pertumbuhan agama Islam di Kerajaan Mughal mencapai suatu fase yang mempesona, di mana pada periode itu Akbar memproklamasikan suatu cara gres dalam beragama, ialah konsep Dini-Ilahi. Karena anutan ini Akbar menerima kritik dari aneka macam lapisan umat Islam. Bahkan Akbar dituduh menciptakan agama gres.
Pada prakteknya, Din-i-Ilahi bukan sebuah aliran ihwal agama Islam. Namun konsepsi itu ialah upaya mempersatukan umat-umat beragama di India. Sayangnya, konsepsi tersebut mengesankan kegilaan Akbar kepada kekuasaan dengan simbol-simbol agama yang di kedepankan.
Umar Asasuddin Sokah, seorang peneliti dan Guru Besar di Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menyamakan konsepsi Din-i-Ilahi dengan Pancasila di Indonesia. Penelitiannya menyimpulkan, “Din-i-llahi itu merupakan semacam Ideologi dasar pemerintahan Akbar dan Pancasilanya bagi bangsa Indonesia.
Perbedaan kasta di India membawa laba terhadap pengembangan Islam, seperti pada daerah Benggal, Islam pribadi disambut dengan tangan terbuka oleh penduduk utamanya dari kasta rendah yang merasa disia-siakan dan dikutuk oleh kalangan Arya Hindu yang angkuh.
Pengaruh Parsi sangat berpengaruh, hal itu tampakdengan digunakanya bahasa Persia menjadi bahasa resmi Mughal dan bahasa dakwah, oleh sebab itu percampuran budaya Persia dengan budaya India dan Islam melahirkan budaya Islam India yang dikembangkan oleh Dinasti Mughal.
Berkembangnya aliran keagamaan Islam di India. Sebelum dinasti Mughal, muslim India yakni penganut Sunni fanatik. Tetapi penguasa Mughal memberi daerah bagi Syi’ah untuk menyebarkan pengaruhnya. Pada era ini juga dibentuk sejumlah badan keagamaan berdasarkan komplotan terhadap mazhab hukum, tariqat Sufi, komplotan kepada pemikiran Syaikh, ulama, dan wali individual.
Mereka terdiri dari warga Sunni dan Syi’i. Pada masa Aurangzeb sukses disusun sebuah risalah aturan Islam atau upaya kodifikasi hukum Islam yang dinamakan fatwa Alamgiri. Kodifikasi ini ditujukan untuk meluruskan dan menjaga syari’at Islam yang nyaris berantakan akibat politik Sulakhul dan Din-i- Ilahi.
4. Kemajuan Bidang Seni dan Budaya
Munculnya beberapa karya sastra tinggi mirip Padmavat yang mengandung pesan kebajikan manusia gubahan Muhammad Jayazi, seorang penyair istana. Abu Fadhl menulis Akbar Nameh dan Aini Akbari yang berisi sejarah Mughal dan pemimpinnya. Kerajaan Mughal termasuk sukses dalam bidang arsitektur.
Taj Mahal di Agra merupakan puncak karya arsitektur pada masanya, dibarengi oleh Istana Fatpur Sikri peninggalan Akbar dan Mesjid Raya Delhi di Lahore. Di kota Delhi Lama (Old Delhi), lokasi bekas pusat Kerajaan Mughal, terdapat menara Qutub Minar (1199), Masjid Jami Quwwatul Islam (1197), makam Iltutmish (1235), benteng Alai Darwaza (1305), Masjid Khirki (1375), makam Nashirudin Humayun, raja Mughal ke-2 (1530-1555).
Di kota Hyderabad, terdapat empat menara benteng Char Minar (1591). Di kota Jaunpur, berdiri tegak Masjid Jami Atala (1405).Taman-taman kreasi Mughal menonjolkan gaya adonan yang serasi antara Asia Tengah, Persia, Timur Tengah, dan setempat.
Demikian bahasan singkat wacana kemajuan peradaban Islam pada periode kerajaan Mughal di India.