Kekuasaan Di Jawa Barat Pada Periode Islam

Kekuasaan di Jawa Barat Pada Masa Islam  Kekuasaan di Jawa Barat Pada Masa Islam
Gua Suryalagi di Cirebon

Kekuasaan di Jawa Barat Pada Masa Islam 
Agama Islam masuk ke tatar Sunda kira-kira periode-14, Tokoh Syarif Hidayatullah (1448-1568) yang lebih diketahui dengan nama Sunan Gunung Jati (SGJ) sejauh ini dianggap selaku tokoh penyebar agama Islam di tanah Sunda dan penegak kekuasaan Islam pertama di Cirebon. Di daerah pedalaman Sunda Islamisasi dilaksanakan oleh kerajaan Sumedanglarang di mana pada tahun 1530 Masehi Sumedanglarang ditaklukan kerajaan Cirebon. Raja Sumedanglarang yang menganut agama Islam yaitu Ki Gedeng Sumedang atau diketahui dengan nama Pangeran Santri yang berkedudukan selaku bawahan Cirebon.

Dengan demikian peyebaran Islam di Jawa Barat dari arah utara oleh kerajaan Cirebon sebagai titik awal masuknya Islam ke tatar Sunda kemudian dari arah selatan oleh kerajaan Banten yaitu oleh Sultan Hasanuddin yang ialah putra dari Sunan Gunung Jati Cirebon sedangkan untuk kawasan pedalaman yang meliputi kawasan priangan melalui kerajaan Sumedanglarang sebagai bawahan kerajaan Cirebon.

Pada era setelah agama Islam besar lengan berkuasa kuat, tokoh yang kuasa digantikan oleh tokoh-tokoh insan yang bersipat histories legendaries atau tokoh-tokoh besar yang dihormati masyarakat seperti Nabi. Misalnya, dalam Carita Purwa Caruban Nagari diceritakan bagaimana Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Djati) dilegitimasikan sebagai penguasa Cirebon sekaligus selaku penyebar agama Islam di Jawa Barat.

Ada cara lain untuk melegitimasikan kekuasaan, yakni dengan pertolongan pusaka atau gelar untuk membuktikan adanya kesinambungan antara penguasa gres dan usang. Misalnya, dalam Carita Purwaka Caruban Nagari, diceritakan bahwa Prabu Siliwangi, Raja Padjadjaran merestui putranya, Pangeran Cakrabuana menjadi Penguasa Caruban (nantinya menjadi Cirebon) dengan cara mengirimkan tanda keprabuan dan memberi gelar penobatan, Sri Mangana.