Bicara ihwal cinta ialah bicara ihwal salah satu lezat kehidupan, adalah nikmatnya mengasihi dan dicintai. Cinta itu murni anugerah dari Alloh terhadap para Makhluk ciptaan Nya. Islam sebagai agama yang paling tepat telah mengendalikan segalanya ihwal percintaan, mirip tercantum dalam beberapa hadist ihwal cinta.
Cinta merupakan sumber kekuatan yang mampu memotivasi jiwa untuk berbuat, bahkan dapat meraacu seseorang untuk melakukan hal-hal asing, Tanpa cinta hidup terasa hampa dan tak bergairah. Cinta ibarat pelita hati yang menuntun seseorang menghambakan diri dihadapan sang kekasih. Namun kalau dia sirna dari hati maka hidup sarat dengan kegelapan dan kesesatan.
Cinta juga mampu menjadi penawar mujarab untuk mengobati berbagai penyakit hati sehingga sang pencinta terhindar dari penyakit akut yang menggiring dirinya menuju kehancuran. Itulah cinta yang cuma bisa dikecap dengan hati yang ikhlas dan higienis.
Kita tahu bahwa tuntunan hidup kita di dunia ini ada tiga, adalah Al-Qur’an, hadist, dan ijtihad. Selain di dalam Al-Qur’an, peraturan dan budpekerti cinta dalam Islam sudah diajarkan oleh Rasulullah. Berikut yakni beberapa dari sekian banyak hadit wacana cinta yang diberikan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam.
Hadist-Hadist CINTA
قال رسول الله ص. م.
احبب حبيبك هونا ما عسي ان يكو ن بغيضك يوما ما وابغض بغيضك هونا ما عسي ان يكو ن حبيبك يوما ما
(رواه الترمذي)
Artinya :
Rosullah Saw, bersabda, Cintailah kekasihmu sewajarnya saja karena bias saja suatu dikala nati dia akan menjadi orang yang kau benci. Bencilah sewajarnya alasannya bias saja sebuah dikala nanti beliau akan menjadi kekasihmu. (HR. Al-Tirmidzi).
قال رسول الله ص. م.
ان المتحابين لتري غرفهم في الجنة كالكوكب الطالع الشرقي اوالغربي فيقال من هؤلاء فيقال هؤلاء المتحابون في الله عزوجل (رواه أحمد)
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang saling mencintai, kamar-kamarnya di surga nanti terlihat seperti bintang yang muncul dari timur atau bintang barat yang berpijar. Lalu ada yang mengajukan pertanyaan, “siapa mereka itu?, “mereka itu yakni orang-orang yang mengasihi karena Allah ‘Azzawajalla. (HR. Ahmad).
قال رسول الله ص. م.
مثل المؤمنين في توادهم وتراحمهم وتعاطفهم مثل الجسد اذا الشتكي منه عضو تداعي له سائر الجسد باالسهر والحمي (رواه مسلم)
Artinya:
Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal rasa saling menyayangi, saling mencintai, saling berkasih sayang yakni mirip satu badan yang dikala satu anggota tubuh itu ada yang mengeluh, maka seluruh badan meraa mengaduh dengan terus jaga tidak bias tidur dan merasa panas. (HR. Muslim).
قال رسول الله ص. م.
والذي نفسي بيده لاتدخلون الجنة حتي تومنوا ولاتومنوا حتي تحابوااولاادلكم علي شيء اذا فعلتموه تحاببتم افشواالسلام بينكم (رواه مسلم)
Artinya:
Demi Dzat yang jiwaku berada di dalam genggaman-Nya, kalian tidak akan masuk surga sebelum kalian beriman. Kalian tidak akan beriman sebelum kalian saling mengasihi. Tidakkah saya tunjukkan kepada kalian tentang sesuatu yang saat kalian melakukannya, maka kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian!. (HR. Muslim).
عن رسول الله ص. م. انه كان يقول في دعائه اللهم ارزقني حبك وحب من ينفعني حبه عندك اللهم مارزقتني ممااحب فاجعله قوة لي فيماتحب اللهم ومازويت عني مما احب فاجعله فراغا لي فيما تحب (رواه الترمذي)
Artinya:
Dari Rasulullah Saw. yang bersabda dalam satu doanya, “ya Allah, berilah saya rezeki cinta Mu dan cinta oran yang bermanfaat buat ku cintanya di sisiMu. Ya Allah segala yang Engkau rezekikan untukku diantara yang aku cintai, jadikanlah itu selaku kekuatanku untuk menerima yang Engkau cintai. Ya Allah, apa yang Engkau singkirkan diantara sesuatu yang saya cintai, jadikan itu kebebasan untuku dalam segala hal yang Engkau cintai. (H R. Al-Tirmidi)
Disunnahkan orang yang menyayangi saudaranya alasannya Allah untuk mengabari & menginformasikan cintanya kepadanya. Hal ini menurut hadist yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan At-Tirmidzi. Ia berkata hadist ini hasan dari Miqdad bin Ma’di dari Nabi Shalallaahu ‘alaihi wa sallam, ia bersabda:
“Jika seseorang menyayangi saudaranya alasannya Allah, maka kabarkanlah bahwa dia mencintainya.”
Hadits Tirmidzi 1845
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ عَنْ إِسْمَعِيلَ بْنِ أَبِي خَالِدٍ حَدَّثَنَا قَيْسٌ حَدَّثَنَا جَرِيرُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ لَا يَرْحَمُ النَّاسَ لَا يَرْحَمُهُ اللَّهُ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ قَالَ وَفِي الْبَاب عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ وَأَبِي سَعِيدٍ وَابْنِ عُمَرَ وَأَبِي هُرَيْرَةَ وَعَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو
Hadits Tirmidzi No.1845 Secara Lengkap
[[[Telah menceritakan terhadap kami [Muhammad bin Basysyar], telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Sa’id] dari [Isma’il bin Abu Khalid], sudah menceritakan kepada kami [Qais], Telah menceritakan kepada kami [Jarir bin Abdullah] beliau berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang tidak mengasihi insan, maka Allah tidak akan mengasihinya.” Abu Isa berkata; Ini yakni hadits hasan shahih. Hadits semakna juga diriwayatkan dari Abdurrahman bin Auf, Abu Sa’id, Ibnu Umar, Abu Hurairah dan Abdullah bin Amr.]]] [HR. Tirmidzi No.1845].
Hadits Tirmidzi 1846
حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ غَيْلَانَ حَدَّثَنَا أَبُو دَاوُدَ أَخْبَرَنَا شُعْبَةُ قَالَ كَتَبَ بِهِ إِلَيَّ مَنْصُورٌ وَقَرَأْتُهُ عَلَيْهِ سَمِعَ أَبَا عُثْمَانَ مَوْلَى الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا الْقَاسِمِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا تُنْزَعُ الرَّحْمَةُ إِلَّا مِنْ شَقِيٍّ قَالَ وَأَبُو عُثْمَانَ الَّذِي رَوَى عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ لَا يُعْرَفُ اسْمُهُ وَيُقَالُ هُوَ وَالِدُ مُوسَى بْنِ أَبِي عُثْمَانَ الَّذِي رَوَى عَنْهُ أَبُو الزِّنَادِ وَقَدْ رَوَى أَبُو الزِّنَادِ عَنْ مُوسَى بْنِ أَبِي عُثْمَانَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غَيْرَ حَدِيثٍ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ
Hadits Tirmidzi No.1846 Secara Lengkap
[[[Telah menceritakan kepada kami [Mahmud bin Ghailan], sudah menceritakan terhadap kami [Abu Dawud], telah mengabarkan terhadap kami [Syu’bah] ia berkata; [Manshur] menuliskannya kepadaku dan aku membanyakannya kepadanya, ia mendengar [Abu Utsman] mantan budak Al Mughirah bin Syu’bah; dari [Abu Hurairah] radliallahu ‘anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Rasa kasih sayang tidak akan dicabut kecuali dari orang yang celaka.” Berkata Abu Utsman: Orang yang meriwayatkan dari Abu Hurairah namanya tidak diketahui dan dikatakan beliau ialah orang tuanya Musa bin Abi Utsman yang meriwayatkan darinya Abu Zinad dan Abu Zinad telah meriwayatkan hadits dari Musa bin Abi Utsman dari bapaknya dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam lebih dari satu hadits. Berkata Abu Isa: ini ialah hadits hasan.]]] [HR. Tirmidzi No.1846].
Hadits Tirmidzi 1847
حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ عَنْ أَبِي قَابُوسَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمْ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا مَنْ فِي الْأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ الرَّحِمُ شُجْنَةٌ مِنْ الرَّحْمَنِ فَمَنْ وَصَلَهَا وَصَلَهُ اللَّهُ وَمَنْ قَطَعَهَا قَطَعَهُ اللَّهُ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ
Hadits Tirmidzi No.1847 Secara Lengkap
[[[Telah menceritakan terhadap kami [Ibnu Abu Umar], telah menceritakan terhadap kami [Sufyan] dari [Amr bin Dinar] dari [Abu Qabus] dari [Abdullah bin Amr] ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Orang-orang yang mencintai akan dikasihi oleh Ar Rahman, berkasih sayanglah kepada siapapun yang ada dibumi, niscaya Yang ada di langit akan menyayangi kalian. Lafazh Ar Rahim (rahim atau kasih sayang) itu diambil dari lafazh Ar Rahman, maka barang siapa yang menyambung tali silaturrahmi pasti Allah akan menyambungnya (dengan rahmat-Nya) dan barang siapa yang memutus tali silaturrahmi maka Allah akan memutusnya (dari rahmat-Nya).” Berkata Abu ‘Isa: Ini ialah hadits hasan shahih.]] [HR. Tirmidzi No.1847].
Kata “Cinta” bukan lagi suatu yang aneh buat kita. Bahkan setiap orang pernah merasakan cinta, setiap orang memiliki rasa cinta. Apalah risikonya hidup tanpa cinta? Hampa dan masbodoh, roda peradaban seolah enggan terkayuh, kehidupan seakan berdenyut, nestapa bertahta, murung berkuasa, alhasil cinta yaitu anugrah yang patut disyukuri. Cinta kepada perempuan, harta, anak, orang renta dan berbergai macam kenikmatan dunia menjadi target utama cinta dari kebanyakan insan. Dan cinta yang paling tinggi dan mulia adalah cinta seorang hamba kepada Rabbnya.
Firman Allah Ta’ala,
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
“Dijadikan indah pada (persepsi) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: perempuan-wanita, bawah umur, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda opsi, binatang-hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah daerah kembali yang bagus (surga).” (QS. Ali-Imran: 14)
Perputaran Cinta Mahluk
Berkata Ibnu Qoyyim ada dua bentuk cinta mahluk adalah:
Cinta yang bermanfaat, itulah hubbullah (Kencitaan kepada Allah Ta’ala), atau al-Hubbu fillah (kecintaan sebab Allah Ta’ala), Kecintaan kepada apa yang menolong untuk taat pada Allah Ta’ala dan menjauhi kemaksitan, dan
Cinta yang membahayakan, itulah al-hubbu ma’allah (Cinta yang menandingi kecintaannya terhadap Allah Ta’ala), Cinta terhadap apa yang dibenci oleh Allah Ta’ala, Cinta yang mau memutus kecintaan dari Allah atau meminimalkan cinta Allah Ta’ala.
Firman Allah Ta’ala
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ
“Dan di antara insan, ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah. Mereka menyayangi (tandingan-tandingan) itu sebagaimana mengasihi Allah. Adapun orang-orang yang beriman amatlah dalam cintanya terhadap Allah.” (QS. Al-Baqarah: 165)
Allah tidak menimbulkan dua hati dalam diri seseorang. Sehingga jikalau seseorang tidak menjadi hamba Allah Ta’ala maka dia akan menjadi hamba setan atau hamba hawa nafsunya sendiri.
Sungguh indah dua bait syair yang ada dalam biografi para ulama:
Jika cinta orang yang mabuk asmara kepada Laila dan Salma, telah merampas hati dan anggapan
lalu, apa yang dilakukan oleh orang yang kasmaran, yang di dalamnya mengalir rasa cinta terhadap Yang Maha tinggi?
Seseorang saat mengasihi, ada konsekuensi terhadap apa yang beliau dicintai, boleh jadi menjadi sesuatu yang bagus untuk beliau dihari kiamat dan boleh jadi cinta itu justru menjadi mala peteka bagi dia diakhirat kelak. AllahTa’ala telah mengingatkan mahluk-Nya dalam firman-Nya, yang artinya:
الأخِلاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلا الْمُتَّقِينَ
“Orang-orang yang (semasa di dunia) saling mencintai pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Az-Zukhruf: 67)
Cinta yang baka adalah cinta yang dibangun atas dasar taqwa kepada Allah, baik itu cinta dalam hal ibadah, maupun cinta alasannya adalah moral seperti cinta kepada anak dan orang tua. Karena cinta yang tidak didasarkan terahadap ketaqwaan cuma mendatangkan kepiluhan, penyesalan. Maka seseorang hamba hendaknya memperhatikan apa yang beliau cintai. dan semoga cinta seseorang berfaedah hendaknya dibangun di atas taqwa.
Realisasi sebuah Cinta
Bukan berarti cinta berpisah dari amal, atau yang menyayangi tak mematuhi orang yang dicintainya. Setiap amal yang dikerjakan tanpa diiringi cinta, bagaikan jasad yang tidak ada ruh di dalamnya. Begitu pula setiap pengesahan cinta tanpa diserta bukti berbentukamalan, tidak dianggap benar cintanya. Bahkan setiap iman yang tidak disertau cinta dan amal dinggap tak memiliki hakikat. Para teman ialah contoh sosok pecinta terbaik. Mereka mencinta bukan dalam seujar kalimat. Tapi mengalir dalam kepatuhan dan ketakwaan.
Bernarlah gubahan seorang penyair,
“Seandainya cintamu benar pastilah engkau menaatinya. Sungguh, pecinta selalu taat pada yang dicintanya”
Cinta yakni tiket menuju ke nirwana. Impian setiap mukmin, yang tak mungkin teraih kecuali melalui upaya dan pengorbanan. Sehingga hendaknya kita tekun membuktikan kecintaan, keiklasan dan ketaatan terhadap Allah Ta’ala.
Kita adalah mahluk yang lemah, yang hati kita berada diantara dua jemari Allah Ta’ala, maka hendaknya kita senantiasa memohon sumbangan terhadap Allah, bahkan Allah Ta’ala sendiri yang mengajari Nabi dalam hadist Qudsi sebuah doa untuk meraih cinta-Nya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah Azza wa Jala, mendatangiku – dalam mimipi – Dia berfirman kepadaku: “Wahai Muhammad, ucapkanlah ‘Ya Allah seseungguhnya saya mohon cinta-Mu, cinta orang mengasihi-Mu, dan amal yang membawaku untuk mencinta-Mu”(HR. Ahmad dan Trimidzi, Hadits Hasan).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah mengatakan “Ketahuilah bahwa yang menggerakkan hati menuju Allah ada tiga perkara: cinta, takut, dan impian. Dan yang paling besar lengan berkuasa yaitu cinta, dan cinta itu sendiri ialah tujuan alasannya adalah akan ditemukan di dunia dan akhirat.”
Cinta menurut Ibnu Qayyim al Jawziyah
Ibnu Qayyim rahimahullâh pernah berkata dalam kitab al-Jawâb al-Kâfî li Man Sa’ala ‘an ad-Dawâ’ asy-Syâfî (Jawaban Konkrit Bagi Mereka yang Menanyakan Obat Manjur):
“Kasih sayang yakni penyebab hati dan ruh menjadi hidup terpelihara. Hati tidak akan merasa tenteram, nikmat, mujur, dan merasa hidup jika tanpa cinta. Seandainya hati tanpa cinta, sakitnya lebih terasa ketimbang mata terasa sakit dikala tidak bisa lagi melihat cahaya, telinga ketika tidak bisa lagi mendengar, hidung ketika tidak mampu lagi mencium, mulut ketika tidak mampu lagi mengatakan. Bahkan, hati pun bisa menjadi rusak bila hampa dari kasih sayang yang telah ialah fitrah dalam jiwa manusia. Ia yakni suatu karunia yang diberikan Sang Pencipta. Oleh alasannya adalah itu, rusaknya lebih parah dibandingkan dengan kerusakan badan insan yang diisi dengan ruh, dan ini mustahil bisa dikatagorikan menjadi sesuatu yang pasti kecuali orang yang memiliki jiwa yang senantiasa hidup.”
Ibnu Qayyim rahimahullâh berkata dalam kitab ad-Dâ’ wa ad-Dawâ’ (Penyakit dan Obat):
“Mencintai perempuan itu terbagi tiga, yakni:
Bagian pertama dan kedua adalah “pendekatan” dan “ketaatan”. Yang tergolong klasifikasi ini dapat dimisalkan mirip menyayangi seorang istri. Bentuk cinta seperti ini sungguh berguna karena bagaimanapun dia ialah salah satu syariat yang ditugaskan oleh Allah ta’ala dalam melakukan ijab kabul. Karena, pernikahan dapat menghindarkan persepsi mata dan hati dari perbuatan semu yang tidak boleh Islam. Maka dari itulah Allah ta’ala, Rasul-Nya Muhammad saw., dan seluruh manusia menjunjung tinggi martabat pecinta seperti ini.
Sedangkan bagian ketiga ialah “cinta mubah” (cinta yang dibolehkan), mirip cinta seorang laki-laki saat disebutkan kepadanya sosok seorang wanita jelita, atau saat seorang laki-laki menyaksikan perempuan secara kebetulan lalu hatinya terpaut kepada wanita tersebut, dengan catatan tidak ada komponen maksiat dalam jatuh cinta itu. Cinta semacam ini pelakunya tidak dibebani dosa dan siksa, namun lebih baik mengelak dan merepotkan diri dengan suatu pekerjaan yang lebih berfaedah lagi konkret serta wajib baginya merahasiakan hal itu. Apabila menjaga dan tabah kepada sebuah hal yang berbau negatif, pasti Allah ta’ala akan menunjukkan ganjaran pahala kepadanya dan mengubahnya dengan sesuatu yang lebih baik.”
Ibnu Qayyim rahimahullâh perihal cinta yang terpuji:
“Cinta yang terpuji ialah cinta yang memberikan faedah terhadap orang yang merasakan cinta itu untuk kebahagiaan dunia dan akhiratnya. Cinta inilah yang menjadi asas kebahagiaan. Sedangkan cinta peristiwa ialah cinta yang membahayakan pelakunya di dunia maupun darul baka dan membawanya ke pintu kenistaan serta membuatnya asas penderitaan dalam jiwanya.”
Ibnu Qayyim rahimahullâh dalam kitab ad-Dâ’ wa ad-Dawâ’ (Penyakit dan Obat):
“Cinta menghidupkan jiwa dan menata prilaku. Mengungkapkannya adalah sebuah kewajaran dan memendamnya menjadi beban.” Lalu, ia berkata: “Mereka berucap: ‘Kita tidak memungkiri kerusakan cinta jikalau terbumbui oleh perbuatan tercela terhadap sesama makhluk. Yang kita dambakan yaitu cinta suci dari seorang laki-laki idaman yang senantiasa komitmen kepada agama, kehormatan, dan adab. Jangan sempat cinta itu menjadi jurang pemisah antara menusia dengan Khaliq-nya dan menjadikan antara pecinta dengan yang dicintainya jatuh ke dalam tindakan nista.
================================================================
“wahai yang bersemayam di dalam rasa dan diriku
engkau jauh dari pandangan dan persepsi
engkau adalah ruhku kalau aku tak memandangmu
dia lebih bersahabat denganku dari segala pendekatan”
angan-angan wacana dirimu ada di mataku
ingatan tentang dirimu ada di mulutku
daerah kembalimu ada di mulutku
tapi kemanakah engkau hilang dariku?
wahai yang bersemayam di antara perut dan iga
sekalipun daerah tinggalmu berjauhan dariku
kasih sayang tercurah untuk senantiasa mencinta
kalau engkau tiada menggapainya dia akan membumbung
ku cari alasan dari dosa yang ku kerjakan
namun kau paksa saya menjadi pemutus tali
kamu bawa pergi akalku di kesempitan jurang
sehabis aku berumur nalar itu kau bawa kembali
itulah cinta kami yang berdampingan
engkau sudah mensigati dengan adil dan jeli
Ya RABBI…..
kusibukakan ia dengan cintaku
mirip ENGKAU sibukan hatiku dengan cintanya
agar menjadi ringan apa yang bersemayam di hatiku..
aku memohon kepada dzat yang membalikan harapan
hasratku kepadamu dan hastarmu kepadaku
atau biarkan cinta mengalir di hatiku…
“ada kafilah yang berlalu menjelang malam
jalan berdebu dan malam merambat kelam
mereka menggiring kehendak menyatu dengan bumi
perjalananpun karam di balik ambisi
bintang malam menuntun yang mereka kehendaki
yang menggantung di atas bintang dan kenikmatan
dalam pemeliharaan yang tidak di mampu orang lain
tak peduli celaan orang yang suka melontar celaan “
“ku ingin memeluknya di saat hati sedang merindukan
adakah kedekatan sehabis kami saling berpelukan
kucium mesra supaya kerinduan itu sirna
keinginan untuk berjumpa semakin membara
kobaran di hati belum jua terobati
kecuali setelah dua hati saling mengisi”
“datang-tiba dia melihat sang kekasih
tak seatah katapun terucap dari lidah”
“tanda cinta yang menyusup ke dalam hati
ada yang berubah jika dia menyaksikan yang di cintai”
“bila ku lihat panasnya cinta di dalam hati
ku cari pancuran air untuk mendinginkan
berikan padaku kedinginan air yang niscaya
sebab dalam perut ada api yang menghanguskan”‘
“Aku tidak tahu apakah pesonanya yang memikat
atau mungkin akalku yang tidak lagi di tempat”
“keindahannya pangkal segala keindahan
dan magnetik pria yang memandang”
“cinta bukanlah alasannya keindahan dan yang terlihat di mata
tetapi sebab yang menyatukan hati dan jiwa”
“ada getaran yang merasuki jiwa yang murah hati
laiknya getaran dahan kerana angin yang sepoi-sepoi”
“Engkaulah pembantai setiap pemabuk cinta
seleksilah untk jiwamu siapa yang kamu pilih”
“Cintaku bersemi apa pun dirimu
tak peduli keadaanmu dahulu dan kini
kamu tak peduli kepadaku dan akupun begitu
siapa tak pedulikan dirimu hendak memuji
aku menggemari mereka sekalipun dirimu mirip musuhku
penilaianku terhadapmu sama terhadap mereka saya menilai
kudapatkan kenikmatan jika ada yang melecehkanmu
biarkan orang mencelaku karena cinta telah terpatri”
==============================================================
احبك مثلما انتي
Uhibbuki mitsla maa anti
Aku mencintaimu apapun dirimu
احبك كيفما كنتي
Uhibbuki kaifa maa Kunti
Aku mencintaimu bagaimanapun keadaanmu
ومهما كان مهما صار
Wa mahmaa kaana mahmaa shooro
Apapun yang terjadi dan kapanpun
انتي حبيبتى انتي
Antii habiibatii anti
Engkaulah cintaku
زوجتي
Zaujatii
Duhai istriku
انتي حبيبتى انتي
Antii habiibatii anti
Engkaulah kekasihku
*************
حلالي انت لا اخشى عزولا همه مقتي
لقد اذن الزمان لنا بوصل غير منبتي
Halaalii anti laa akhsyaa ‘azuulan himmuhuu maqti
Laqod adzinaz zamaanu lanaa biwushlin ghoiri munbatti
Engkau istriku yang halal, saya tidak acuh celaan orang.
Kita satu tujuan untuk selamanya.
سقيت الحب في قلبي بحسن الفعل والسمت
يغيب السعد إن غبت ويصفو العيش إن جئت
Saqoitil hubba fii qolbii bihusnil fi’li wassamti
yaghiibus sa’du in ghibti wa yashful ‘aisyu in ji’ti
Engkau sirami cinta dalam hatiku dengan indahnya perangaimu.
Kebahagiaanku lenyap saat kamu menghilang lenyap ,
Hidupku menimbulkan terang dikala kau disana .
نهاري كادح حتى إذا ما عدت للبيت
لقيتك فانجلى عني ضناى اذا ما تبسمت
Nahaarii kaadihun hattaa idzaa maa ‘udtu lilbaiti
Laqiituki fanjalaa ‘annii dhonaaya idzaa maa tabassamti
Hari2ku berat hingga saya kembali ke rumah menjumpaimu.
Maka lenyaplah keletihan saat kau senyum.
تضيق بى الحياة اذا بها يوما تبرمتي
فأسعى جاهدا حتى احقق ما تمنيتي
Tadhiiqu biyal hayaatu idzaa bihaa yauman tabarromti
Fa as’aa jaahidan hattaa uhaqqiqo maa tamannaiti
Jika suatu saat hidupmu menjadi duka, maka saya akan berusaha keras
Sampai benar2 mendapatkan apa yang engkau kehendaki
هنائى انت فلتهنئى بدفء الحب ما عشتي
فروحانا قد ائتلفا كمثل الارض والنبت
Hanaa’ii anti faltahna’ii bidifil hubbi maa ‘isyti
Faruuhanaa qodi’talafaa kamitslil ardhi wannabti
Engkau kebahagiaanku . tanamkanlah kebahaiaan selamanya
Jiwa-jiwa kita sudah bersatu bagaikan tanah tanaman .
فيا أملي ويا سكني
ويا انسي وملهمتي
يطيب العيش مهما ضاقت الايام ان طبتي
Fayaa amalii wa yaa sakanii wayaa unsii wa mulhimati
Yathiibul ‘aisyu mahmaa dhooqotil ayyamu in thibti
Duhai harapanku, duhai ketenanganku, duhai kedamaianku, duhai ilhamku.
indahnya hidup ini meskipun hari2ku berat asalkan engkau senang.
تبلغ بالقليل من القليل
وهيء الزاد للسفر الطويل
Taballagh bilqoliil minal qoliil
wahayyizzaada lissafritthowiili
Carilah bekal dengan kehidupan dunia yang sementara ini
Persiapkan modal untuk perjalanan negeri darul baka yang panjang
وطاعته غنى الدارين فالزم
وفيها العز للعبد الذليل
Wathoo’atuhuu ginaddaaroini falzami
wafiihaal’izzu lil’abdiddzaliili
Menta’ati ALLAH merupakan bekal kekayaan di dunia dan alam baka
dan merupakan kemuliaan untuk hamba yang hina, maka perjuangkanlah.
وفي عصيانه عار ونار
وفيه البعد مع خزي وبيل
Wafii ‘ishyaanihi ‘aarun wa naarun
wafiihil bu’du ma’ khizyin wabiilin
Dan mendurhakai ALLAH merupakan bekal kehinaan dan api nereaka
dan jauh dari rahmat erat dengan kesengsaraan
فلا تعصي إلهك وأطعه
دواما علّ تحظى بالقبول
Falaa ta’shii ilaahaka wa athi’hu
dawaaman ‘alla tuhzho bilqobuuli
Maka janganlah engkau durhaka pada Tuhanmu, ta’atilah senantiasa
Semoga engkau diberikan keberuntungan.
وصلى ربنا في كل حين
وسلم بالغدوّ وبالأصيل
wa shollaa robbunaa fii kulli hiinin
wasallama bilghuduwwi wa bil ashiili
Semoga ALLAH mencurahkan rahmatnya tiap ketika
tiap pagi dan tiap sore
على طه البشير بكل خير
ختام الرسل والهادي الدليل
‘alaa thoohalbasyiiri bikulli khoirin
khitaamirrusli wal haadiddaliili
Atas baginda Nabi Muhammad Pembawa khabar bangga
Penutup para delegasi, penanda jalan yang lurus.
======================–==========–=========-==================
PERKARA YANG MENCUKUPI…
مَنْ أَرَادَ وَلِيًّا فاللهُ يَكْفِيْهِ
وَمَنْ أَرَادَ قُدْوَةً فَالرَّسُوْلُ يَكْفِيْهِ
وَمَنْ أَرَادَ هُدًى فَالْقُرْآنُ يَكْفِيْهِ
وَمَنْ أَرَادَ مَوْعِظَةً فَالْمَوْتُ يَكْفِيْهِ
وَمَنْ لاَ يَكْفِيْهِ ذَلِكَ فَالنَّارُ يَكْفِيْهِ
Barangsiapa yang mengharapkan pelindung, maka Allah cukup baginya.
Barangsiapa yang mengharapkan contoh, maka Rasulullah cukup baginya.
Barangsiapa yang mengharapkan ajaran hidup, maka al-Qur’an cukup baginya.
Barangsiapa yang mengharapkan perayaan maka kematian cukup baginya.
Dan barangsiapa tidak cukup dengan semua itu, maka neraka cukup baginya
Wallohul Muwaffiq Ila Aqwamith Thoriq