Mempelajari kehidupan sosial masyarakat Tionghoa akrab dengan aktivitas yang mereka langsungkan selaku konstruksi budaya yang ada pada komunitas Tionghoa Muslim di Kalimantan Barat tersebut dihubungkan dengan konsep konstruksi identas dengan teori identitas ihwal teori identitas.
Para mahir seperti Gordon Marshall merumuskan dua pendekatan utama: psikhodinamis dan sosiologis. Pokok utama dari kedua pendekatan itu adalah diskusi menghadapi pendekatan esensialis yang membangun perkiraan bahwa identitas yakni sesuatu yang unik, esensial dalam konteks ‘bergotong-royong aku (real me)’ yang koheren dan kurang lebih sama sepanjang hidup.
Bebagai penelitian yang dijalankan Isaacs berkesimpulan bahwa identitas golongan dasar itu bersifat dinamis dan konstans. Identitas kelompok dasar adalah sesuatu yang hidup, bertumbuh, berubah, dan maju dengan pesat atau layu sesuai dengan peningkatan atau kemunduran vitalitasnya sendiri dan keadaan kawasan identitas kelompok dasar itu berada.
Bisa juga identitas kalangan dasar itu mati atau menghilang ke dalam golongan organisme yang sedang berkembang, atau timbul kembali ke dalam kesatuan baru dari komponen-bagian usang yang bergabung kembali.
Ada pertanyaan besar perihal identitas komunitas Tionghoa Muslim di Kalimantan Barat, apa yang terjadi dengan identitas mereka sehingga dari sejarah masuknya Tionghoa Muslim tahun 1407 sampai ketika ini tidak menunjukkan huruf yang kuat. Kajian ini mencoba melacak pasang surut konstruksi identitas Tionghoa Muslim tersebut.
Hal ini yang menjadikan identitas mereka pada setiap pekerjaan, mirip hal nya masyarakat di luar Tionghoa, menerangkan berbagai perubahan sosial mirip pedagang, pendidik, petani, dan buruh atau pekerja kasar.
Pada dasarnya hal ini menerangkan aneka macam pembangunan insan yang lekat pada wawasan yang minim, dan aneka macam hal terkait dengan masalah sosial insan sampai dikala ini kepada pembangunan manusia, yang menjelaskan aneka macam hal terkait dengan profesi mereka melakukan pekerjaan .
Dengan adanya budaya di lingkungan sekitarnya dan budaya setempat secara utamanya menerangkan bagaimana prilaku mereka kepada penikmatan kemakmuran sosial yang memiliki efek pada setiap ilmu pengetahuan dan budaya mereka hingga ketika ini, berdasarkan asimilasi Budaya Tionghoa – Batak – Jawa – Dayak di Kalimantan Barat.
Kepentingan politik menyebabkan efek pada ekonomi yang menerangkan banyak sekali duduk perkara sosial budaya di masyarakat dengan pekerjaan mereka hingga ketika ini, dengan kelas sosial dan budaya mereka sebagai suatu kesadaran mereka selaku individu, Batak – Dayak Pontianak pada tahun 2000 – 21.