Perjalanan kehidupan sosial, telah menjadi bagian dari aspek penulisan ini kepada aneka macam kepentingan politik selama di Pontianak. Tanpa terkecuali saat mengerti banyak sekali daerah, begutu juga DKI Jakarta menjadi bab tersendiri dalam memahami aneka macam sentra perhatian di bagi orang Sumatera itu.
Ketika, mereka berada pada keadaan yang berbeda dengan penduduk asli, terperinci sekali dengan banyak sekali peran politik agama serta kesukuannya dengan menjadi simbol kepada kepentingan yang berbeda dalam suatu bangunan yang dibuat.
Kehidupan sosial, berasal dari bangunan dibuat sehingga urbansiasi muncul saat banyak sekali kepentingan suatu Negara menjadi pentin untuk dipahami bagaimaan proses sosial budaya berada pada dinamika budaya umat insan.
Ketika mengetahui aneka macam ungkapan yang dibuat adalah dengan ragam orangnya, yang memahami kehidupan sosial di penduduk , rasa aib terhadap politik seksualitas, dan yang lain ialah hasil dari pendiri bangsa dan Negara sebelumnya.
Pada abad kemerdekaan akan berada pada kondisi yang berada pada faktor persoalan Negara, sehabis itu berada pada orang-orang itu, pastinya para suku yang berdiam pada faktor budaya mereka dalam kehidupan dari masyarakatnya.
Seringkali hal ini menjadi penting kepada tugas mereka dalam budaya sosial yang memiliki dampak pada faktor kepentingan untuk berdialog serta banyak sekali penerapan pada metode kerja yang dibuat berdasarkan dinamika budaya masing-masing kawasan, ditambah lagi keributan dan pertentangan sosial dibuat oleh orang itu.
Dibalik itu semua, kembali pada rasa malu penduduk itu sendiri, utamanya orang yang berkoalisi atas kepentingan partai politik, hal ini terang bagaimana sumber ekonomi politik serta penerapan politik dan citra kehidupan sosial diberbagai daerah yang mereka terapkan, jelas saja ada orang Indonesi contohnya, dalam hal ini terang bagaimana masa kolonial Belanda dengan adanya eksistensi mereka di Tanah Jawa.
Berbagai hal terkait itu, bagaimana orang Indonesia bekerja akan sungguh terperinci dengan berbagai faktor kepentingan ekonomi politik, dalam penyalahgunaan wewenang. Serta yang lain, terhadap berbagai hal terkait kejujuran dalam bekerja.
Orang Batak, terperinci sekali bagaimana mereka bekerja tidak jujur diberbagai perusahaan tempatnya bekerja, hal ini menjadi pengalaman saat orang melakukan pekerjaan dengan baik, tidak jauh berbeda dengan Orang Dayak.
Pengalaman yang menarik, tidak dapat diherankan ketika aneka macam sesama Kristen dan Nasrani juga demikian, bagaimana hendaknya mereka bekerja. Masih banyak hal termasuk dengan di pemerintahan, dan birokrasi.
Ragam insan yang berbeda, memang mengarah pada faktor manusia itu, baik dan tidaknya itulah manusia yang juga selaku bagian dari penciptaannya terhadap berbagai dinamika kehidupan sosial di masyarakat, dan perlu diyakini baik.