Ketika hendak berkeliling dalam suatu perkotaan, perkampungan pastinya akan dijumpai ragam sosial ekonomi penduduk perkotaan, dan miskinnya kreatifitas perkotaan, hingga berbagai pembangunan manusia yang begitu bobrok pula dari hasil ekonomi pajak perkotaan dihasilkan.
Hendaknya pedagang eceran mampu dijumpai dengan adanya sistem ekonomi budaya yang melekat pada kebudayaan kota yang diketahui baik adanya tata cara sosial di masyarakat sampai saat ini. Ketika ekonomi budaya akan melekat pada kebudayaan lokal, akan berada pada keadaan sosial budaya dan agama dalam suatu kota.
Apa yang dimengerti mengenai kapitalisme pastinya dapat disampaikan bahwa, perdagangan, ekonomi yang hebat yaitu hasil dari investasi yang diperoleh Indonesia semenjak kala Orde Baru di DKI Jakarta, dengan duit gila.
Akan berlainan saat masyarakat miskin kota, yang disengaja menguruk uangnya guna kepentingan ekonomi politik masyarakat perkotaan kepada banyak sekali budaya yang menempel pada dinamika sosial di masyarakatnya hingga saat ini.
Ketika membahas aneka macam aspek kehidupan sosial budaya akan berada perbedaan terhadap upah, dan minimnya kreatifitas penduduk perkotaan, terlihat dengan adanya sehat dan tidaknya insan dilangsungkan menurut kesengajaan penduduk perkotaan, kepada pekerjaan, dan hasil yang diperolehnya hingga ketika ini.
Akal sehat menyadari tentang keberaaan mereka terhadap aneka macam petunjukan budaya yang takjub disampaikan oleh orang lokal di Pontianak misalnya, kepentingan ekonomi politik, dan seksualitas yang menyimpang dalam suatu budaya.
Sementara, budaya yang meyimpang dan dengan adanya tembok agama, akan berlawanan dengan adanya kemiskinan kota, dan identitas diri mereka yang berasal dari urbanisasi perkotaan hingga saat berjalan.
Rencana orang jahat seperti Batak Sihombing – Marpaung HKBP, dan Siregar Nasrani lokal, Indonesia tidak berlainan jauh dengan adanya kehidupan sosial budaya mereka di masyarakat sampai dikala ini, khususnya di Pontianak – Jakarta, menurut Filsafat yang dipahami.
Orang mirip itu yang sebelumnya hidup dalam kemiskinan perkotaan akan disampaikan dengan baik adanya moralitas, adat dan ekonomi budaya mereka yang diproduksi dari hasil penyimpangan agama, dan budaya di penduduk Pontianak menjelaskan dengan baik.
Kemiskinan suatu perkotaan, pada periode pemerintahan, Pemerintah Kota Sutarmidji M.H tentunya memiliki pengaruh pada perbaikan dan menurunnya persyaratan hidup, dan kebodohan, serta ekonomi yang terjadi di masyarakat Pontianak secara khusus pada 2003.