Kehidupan Ganda Sosial Orang Batak Di Kalimantan Barat (Protestan – Islam 2011)

Pada suatu filosofi Tionghoa ternyata jeruk menunjukkan arti wacana kehidupan budaya masyarakatnya. Hal ini terus di kejar oleh orang Batak Silaban, sampai persekolahan Gembala Baik, Pontianak. Tidak heran agamanya apa itu  Islam atau Protestan, Nasrani kepentingan politik (PDI Perjuangan).

Kehidupan sosial budaya, dan agama yang begitu melaju dan buruk diberbagai daerah yang ada di Indonesia, dengan konsep kepercayaan kepada protestan terhadap perjuangan yang menjadi spritualitas mereka selama hidup dan berdiri agama mereka, pada masyarakat suku Silaban, di Kalimantan Barat.

Hal ini terperinci, bagaimana metode ekonomi yang mereka kejar untuk menyebabkan mereka hidup di penduduk saat ini, agama dan filsafat menjadi pembelajaran mereka kepada kehidupan sosial mereka. 

Tidak bahagia dengan “saya” misalnya maka dibuat konsep politik seksualitas oleh Gubernur Kalimantan Barat kala 2008-2017, dapil Kalbar PDI Perjuangan, dan walikota Pontianak 2008-2018.

Memungkinkan alasannya adalah metode ekonomi politik diberbagai partai lebih bersaing saat ini, oleh negara global. Strategi mereka untuk menjangkau ilmu kedokteran dan pendidikan lewat beasiswa sebagai mahasiswa tidak bisa dalam pendidikan. 

Dengan menggunakan lomba karya serta prestasi pendidikan rancangan (Indonesia), jelas bagaimana mereka hidup dari pajak dan asal mereka berada, dari birokrasi itu (Dayak). Pembelajaran baik, untuk pendidikan ketika ini.

Tidak bahagia akan hal ini, maka datang kerumah untuk mendekati selaku anak mahasiswa ini, tentang hati, di tolak kemudian datang kembali, tidak ada rasa malu dalam kehidupan mereka berbudaya dan beragama. 

Sementara, rancangan agama dan filsafat menjadi dugaan yang bagus untuk diketahui eksistensi mereka ketika ini, dimana mereka memakai Tuhan selaku jalan dalam metode keluarga kudus, bukan menghancurkan. 

  Resensi Novel “Siti Nurbaya (Kasih Tak Sampai)” karya Marah Rusli

Maklum untuk bersimpati, hal ini menjadi dugaan adanya campur tangan tokoh agama, dalam menyaksikan catatan babtis, dan krisma, diskusi sampai berlanjut tentang mengapa harus ada Hosti tiap minggu katanya, rasa ketidaksenangan mereka pada iktikad Agama Nasrani, begitu mempesona untuk dibahas saat itu.

Menjadi perayaan untuk setiap prilaku tokoh agama, kepentingan elit politik, para suku, dan darimana anda menerima saluran pengetahuan dan sistem ekonomi budaya politik, selama kalian hidup disini. Hal ini terperinci bagaimana kebringasan para suku Batak, dan Tionghoa jika sudah berkolektif, serta Jawa, Melayu.

Kerusakan apa yang sudah diterima ketika ini, jelas bagaimana mereka mengerti suatu kesadaran diri mereka, kesehatan sosial mereka, dan kehidupan mereka berbudaya saat ini, khususnya pada faktor pendidikan dan kesehatan di Kalimantan, DKI Jakarta, dan daerahnya.

Suatu kesadaran yang hakiki bagi kehidupan beragama dan budaya Orang Batak secara khusus, di Kalimantan Barat (Protestan dan Katolik) kesehatan sosial baik untuk dipahami pada setiap dilema masyarakatnya. 

Efek jera menjadi pembelajaran bagi setiap ilmu wawasan untuk memahmai konsep ekonomi budaya mencapai titik krisis, politik dikala ini, dan menyadari status sosial dan kelas sosial mereka (Indonesia).