Perubahan sosial, dan manusia atau hewan mirip silaban Pontianak, mampu dipahami dari hasil seksualitas yang gembira, akan budaya dan agama mereka secara lokal Pontianak. Hidup dengan suatu keadaaan budaya, dan pendidikan rendah kepada pengertian medis secara setempat di Kalimantan Barat.
Hasil dari kebrutalan seksualitas kepada pembangunan menerangkan bagaimana mereka hidup dengan kelas sosial, wawasan medis yang menjijikan bagi mutu di Pontianak, Indonesia. Silaban Marpaung, ialah marga dari suku mereka kepada kehidupan ekonomi politik di Pontianak dalam hal ini.
Berbagai hal kedudukan mereka di masyarakat, selama hidup menerangkan apa saja kontribusi mereka selama di Pontianak, ialah seksualitas, kota tidak sehat dengan contoh olahraga, kepentingan ekonomi, dan pajak menerangkan dalam hal ini, khususnya pada kelas pekerja.
Kebrutalan Sihombing – Lai, sembunyi dibalik kitab suci debora, pada seksualitas, “Djan” 2011 – 2019 menjadi awal akan keberanian mereka untuk menyentuh aku, tepatnya dengan tolok ukur kemaluaan mereka selaku moralitas, dan perompak kapal dalam mata pencaharian mereka baik itu pada metode pendidikan, dan kesehatan. Moralitas dengan kehidupan mereka secara konkret, tanpa malu dihadapan publik gembira begitu.
Moralitas sekolah Gembala Baik, dan korupsi terjadi pada faktor pendidikan yang memang sudah menyimpang pada tahun 1960an, tampang garang orang lekat silaban dan Tionghoa memang sudah terjadi tanpa moralitas dan etika yang diajarkan dari seorang perompak kapal secara faktual di Pontianak.
Kehidupan moralitas, dan tanpa malu dengan gembira diberbagai media umum, untuk berteman misalnya, dan berinteraksi dengan moralitas rendah terhadap pendidikanya budaya dan agama selama di Pontianak. Baik disengaja dan tidak, dengan kebutalan orang Tionghoa pada faktor ekonomi ( Budha – Protestan – Dayak – Batak (asimilasi Jawa) di Pontianak, Kalimantan Barat ).
Kehidupan tanpa moralitas itu pada budaya setempat Indonesia, pastinya angin segar bagi hukum di Indonesia, dengan masalah makan orang mereka selama hidup di Lokal, Indonesia. Hal ini menerangkan pembangunan sumber daya manusia, yang bobrok. Begitu baik, dalam aspek kehidupan sosial mereka sebagai perompak kapal, dan sejarah kehidupan agama HKBP Pontianak.
Seksualitas yang begitu bernafsu Batak Toba, Sihombing, begitu bangga terhadap kesehatan yang diemban Ivan namannya, tak memiliki moralitas kepada seksualitas mereka, selaku perompak kapal – dan Ibu rumah tangga di Pontianak, kontribusinya seksualitas “tahu ngentot”.
Dengan berani, untuk menjamah pendidikan dokter, dan sekolah serta “saya” yang diterima hasil dari beasiswa, yang menerangkan mutu sumber daya manusia tidak mempunyai moralitas sebagai orang setempat dengan rendah, untuk menjual kelamin baik sekali, kepada ekonomi seksualitas pada agama.
Siapa yang mesti bertanggung jawab dalam kebrutalan mereka hidup, dari hasil buah seksualitas kebrutalan mereka sebagai hewan, guna menerima perhatian, menarik kelas sosial seksualitas disini. Tokoh agama kah ?
Memahami masyarakat Tionghoa atau pada pajak yang terlalu lebih di Pontianak, tidak jauh dari kebrutalan politik seorang ketika menjadi Walikota Sutarmidji 2000- 2010 berlanjut, pada – Gubernur Cornelis M.H sebagai orang dayak, MRPD Pancasila.
Konflik pada periode kolonial Belanda, sudah menjelaskan bagaimana kehidupan suku di setempat, Indonesia begitu berlainan dengan era kini, dalam hal ini ketika mereka mengenal agama dalam kehidupan budaya mereka pada tahun 1800an – 1960 yang kemudian berjalan.