Kebudayaan Penduduk Makkah Sebelum Islam

Bangsa Arab sudah Allah karuniakan dengan banyak sekali macam bidang kemakmuran hidup masyarakatnya apalagi di bidang sumber daya alamnya seperti melimpahnya ladang-ladang minyak buminya yang sampai sekarang menjadi salah satu negara pengekspor minyak bumi terbesar dunia. Maka tidaklah heran jika tanah-tanah di tempat Arab menjadi materi rebutan negara-negara yang ingin menguasainya.
Pembahasan ihwal kebudayaan masyarakat Makkah sebelum Islam. Akan diketahui mengenai sikap adat kebiasaan bangsa Arab sebelum Nabi Muhammad saw di utus menjadi Nabi dan rasul ketengah-tengah kehidupan penduduk Arab. Berikut penjelasan selengkapnya.
Para pakar andal sejarah sudah menyebutkan bahwa era sebelum kedatangan Islam yang dibawa kembali oleh baginda Nabi Muhammad Rasulullah Saw yaitu selaku kurun jahiliyah. Secara bahasa kala jahiliyah berasal dari kata jahil, ialah yang diturunkan dari kata dasar Arab jahala yang mempunyai arti udik atau abad kebodohan.
Bangsa Arab sebelum Islam sudah mengenal dasar-dasar beberapa cabang ilmu wawasan, bahkan dalam hal seni sastra mereka sudah meraih tingkat perkembangan pesat. Negeri Arab yaitu sebuah Semenanjung di ujung Barat Daya Benua Asia. Di sebelah Utara berbatasan dengan Syam, Palestina, dan al Jazirah. Di sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Aden dan Samudra India.
Di sebelah Timur memiliki batas dengan Teluk Oman dan Teluk Persia, dan di sebelah Barat memiliki batas dengan Selat Bab Al Mandib, Laut Merah dan Terusan Zues.
Keadaan Arab utamanya daerah Makkah terdiri atas gurun pasir yang panas dan gersang. Hal ini mensugesti perilaku dan perilaku penduduk Makkah sehingga tercermin dalam kehidupan sosial budaya mereka. Orang-orang Makkah diketahui sebagai bangsa pengembara yang nomaden. Mereka sering berpindah pindah dengan mengandalkan kendaraan yang berbentukunta dan kuda.
Kebiasaan mengembara membuat orang-orang Arab Makkah senang hidup bebas tanpa hukum dan aturan yang dapat mengikat mereka sehingga mereka menjunjung tinggi nilai-nilai keleluasaan. Mereka bahagia hidup mengelompok yang tergabung dalam kabilah atau suku yang sangat banyak jumlahnya. Kekuatan, keperkasaan, keuletan dan keberanian merupakan modal utama untuk mampu bertahan di alam gurun pasir.
Mereka tidak menyukai bawah umur perempuan sebab wanita dinilai makhluk yang lemah, tidak mampu berperang, dan tidak besar lengan berkuasa melakukan pekerjaan yang berat. Seakan sebuah peristiwa besar dan selaku malu jikalau tidak memiliki anak laki-laki. Namun, selain memiliki budbahasa, perangai, dan sikap keras, masyarakatarab mempunyai jiwa seni sastra yang tinggi, khususnya dalam bentuk syair dan sajak.
Kepandaiannya dalam mengganti sajak atau syair merupakan pujian orang-orang Arab. Para penyair kenamaan sangat dikagumi dan dihormati. Dari segi dogma, masyarakat bangsa Arab pada periode jahiliyah terbagi menjadi beberapa kelompok, adalah :

1. Golongan yang mengingkari Sang Pencipta dan hari kebangkitan. Mereka percaya bahwa alam, masa, dan waktulah yang membinasakan segalanya mirip yang termaktub dalam Qs. Al-Jaatsiyah (45) : 24.

2. Golongan yang mengakui adanya Tuhan, tetapi walaupun mengakui adanya Tuhan, namun mengingkari adanya hari kebangkitan, mirip yang termaktub dalam Qs. Qaaf (50) : 15.

3. Golongan yang menyembah berhala, umumnya masing-masing kabilah mempunyai berhala sendiri-sendiri. Kabilah Kalab di Daumatul Djandal misalnya, mereka memiliki berhala Wad, kabilah Huzdail mempunyai berhala Suwa’ Kabilah Madzhaj dan kabilah-kabilah di Yaman seluruhnya menyembah Yaghuts dan Ya’uq.

Kabilah Tsaqif di Thaif menyembah Latta, Kabilah Qurays di Kinanah menyembah Uzza. Kabilah Aus dan Khazraj menyembah Manat, dan selaku pemimpin dari semua berhala yaitu Hubal yang diposisikan di samping sisi Ka’bah.

4. Golongan yang lain yakni kelompok yang cenderung mengikuti ajaran Yahudi, Nasrani, dan Shabiah, ada pula yang menyembah malaikat atau jin. Label jahiliyah yang diberikan kepada bangsa Arab pra Islam, bukan memiliki arti tidak ada kebaikan sama sekali dalam kehidupan mereka. 

Masyarakat Arab Makkah masih memiliki etika-akhak mulia dan budaya kasatmata yang menyejukkan dan mengagumkan bagi akal sehat manusia. Berikut ini akan dijelaskan wacana kemajuan kebudayaan penduduk Arab sebelum Islam, yaitu selaku berikut :

1. Tradisi keilmuan 

Bangsa Arab sebelum Islam sudah mampu mengembangkan ilmu pengetahuan, terbukti dengan dikembangkannya ilmu astronomi yang ditemukan oleh orang-orang Babilonia. Ilmu Astronomi ini meningkat di Arab sesudah bangsa Babilonia diserang oleh Bangsa Persia kemudian mengenalkan ilmu astronomi ini kepada orang-orang Arab pada era itu. Selain astronomi mereka juga arif dalam ilmu nasab, ilmu rasi-rasi bintang, tanggal-tanggal kelahiran dan tabir mimpi.

2. Berdagang 

Masyarakat Arab yang tinggal di perkotaan atau disebut ahlul-hadar, mereka hidup dengan berjualan. Kehidupan sosial ekonominya sungguh ditentukan oleh keterampilan mereka dalam berdagang. Mereka melakukan perjalanan dagang dalam dua ekspresi dominan selama setahun, pada animo panas pergi ke Negeri Syam (Syiria) dan pada animo cuek mereka pergi ke negeri Yaman. 
Pada kala itu telah bangun suatu pasar yang diberi nama pasar Ukaz. Pasar Ukaz dibuka pada bulan-bulan bertepatan dengan waktu pelaksanaan ibadah haji, yakni; bulan Dzulkaidah, Zulhijjah dan Muharam.

3. Bertani 

Masyarakat Arab yang tinggal di pedalaman adalah penduduk Badui, mata pencahariannya yakni dengan bertani dan beternak. Kehidupan mereka nomaden, hidup mereka berpindah-pindah dari satu lembah ke lembah yang lain untuk mencari rumput bagi hewan mereka. Masyarakat yang hidup di kawasan yang subur, mereka bercocok tanam dan hidup di sekeliling oase mirip Thaif. Mereka menanam buah-buahan dan sayur-sayuran.

4. Bersyair 

Pasar Ukaz tidak hanya menyediakan barang barang jualan berbentukperniagaan dan kebutuhan sehari-hari saja, tetapi juga pagelaran kesenian mirip qashidah-qashidah gubahan sastrawan Arab. Syair menjadi salah satu budaya tingkat tinggi yang berkembang pada era Arab pra Islam. syair juga mampu mengakibatkan seseorang atau kabilah tertentu menjadi kabilah terbelakang atau kabilah yang terhormat.
Syair menjadi duduk perkara mafakhir (pujian) mereka dalam kehidupan sosialnya. Selain bersyair, mereka juga sudah biasa menuliskan kata-kata hikmah dalam setiap bangunan agung yang mereka dirikan untuk dijadikan perayaan dan diambil hikmahnya bagi generasi berikutnya. Orang Arab ketika itu berloba-kontes dan membanggakan sikap senang memberi. Separuh syair-syair mereka diisi dengan pujian dan pujian kepada kedermawanan.

5. Menghormati Tamu 

Kehidupan sosial bangsa Arab sebelum Islam terkenal pemberani dalam membela pendiriannya, mereka tidak mau mengubah pendirian yang sudah mengakar dalam kehidupan mereka. Salah satunya ialah menghormati dan memuliakan tamu, menghormati tamu ialah bab dari menjunjung tinggi perilaku dermawan yangmereka miliki, mereka berlomba-lomba untuk memuliakan tamu dengan segala harta benda meraka.
Bangsa Arab sebelum Islam rela untuk berkorban harta bendanya cuma untuk memuliakan tamu. Pernah ada seorang laki-laki yang kedatangan tamu di rumahnya, sementara ia tidak memiliki apa-apa selain onta yang menjadi rujukan hidupnya. Ia rela menyembelih untanya cuma demi untuk menjamu tamunya.

6. Menepati Janji 

Bagi orang Arab, akad adalah hutang yang mesti mereka bayar. Melanggar janji yaitu aib bagi hidup mereka, bahkan dalam suatu cerita Hani bin Mas’ud bin Mas’ud asy-Syaibani cuma demi suatu komitmen mereka rela membinasakan keturunan mereka dan menghancurkan rumah demi memenuhi sebuah kesepakatan.
Demikianlah pembahasan wacana kebudayaan masyarakat Makkah sebelum Islam. agar berguna.
Wallaahu A’lam.