Keadaan Penunjang Dan Penghambat Kemajuan Sosial Emosional


BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakan
g  
Semua orang bau tanah atau guru berharap bahwa anaknya atau anak didiknya bisa menguasai atau mengontrol emosi dan menguasai kemampuan sosial yang memadai selaku bekal kehidupan mereka. Kompleksitas lingkungan dan perkembangan emosi anak mengakibatkan penyediaan kondisi yang menunjang kian diharapkan. Tetapi sebelum memperoleh cara penyediaan kondisi yang ideal untuk kemajuan emosi dan perilaku sosial anak, penting bagi orang renta dan guru mengenali keadaan-kondisinya secara pasti. Kemampuan mengetahui keadaan yang menunjang maupun yang menghambat, diperlukan memiliki efek pada kemapuan menentukan kondisi yang sesuai dengan keinginan.     
Paparan dari pengenalan dan pencarian banyak sekali keadaan yang menghipnotis anak oleh guru atau orang renta, diperlukan memiliki pengaruh konkret pada upaya pengembangan sosial emosional anak pada tingkatan perkembangan yang diperlukan, yakni menuju ke kematangan sebagaimana tolok ukur yang diterapkan dalam patokan perkembangannya. Orang bau tanah dan guru wajib memilik berbagai kemampuan untuk menentukan langkah-langkah yang dibutuhkan aman bagi anak dalam mendampingi kemajuan sosial emosionanya.       
B. Masalah
Melihat semua hal yang melatarbelakangi Perkembangan Sosial Emosional Anak maka, aku menawan beberapa problem dengan berdasarkan kepada.
1.      Kondisi-keadaan apa saja yang mampu menghipnotis pertumbuhan social emosional anak?
2.      Bagaimana menciptakan kondisi yang ideal bagi pengembangan social emosional anak?
C. Tujuan
Penulisan makalah ini bermaksud untuk memberikan wawasan kepada pendidik dan orang tua agar mengerti aneka macam kondisi social emosional anak,  dan dapat menawarkan wawasan terhadap anak bagaimana cara bergaul dengan baik kepada orang lain.
D. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah Ini adalah selaku bahan bacaan supaya para orang renta dan pendidik mampu memahami dan mengenali banyak sekali keadaan social emosinal anak.


BAB II
PEMBAHASAN
Kondisi Pendukung dan Penghambat Perkembangan Sosial Emosional
A.    BERBAGAI KONDISI YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK
Hurlock (1993), dalam mengungkap aneka macam keadaan yang menghipnotis pertumbuhan social emosional anak menyebutkan tiga keadaan utama berikut ini :
1.      Kondisi Fisik
Apabila kondisi keseimbangan badan terganggu alasannya adalah capek, kesehatan jelek atau pergantian yang berasal dari kemajuan maka mereka akan mengalami emosi yang meninggi. Kondisi-kondisi fisik yang mengganggu yakni selaku barikut.
a.       Kesehatan yang jelek, disebabkan oleh gizi yang buruk gangguan pencernaan atau penykit. Menurutnya kondisi kesehatan yang buruk pada seseorang akan menciptakan dirinya menjadi terbatas disbanding dengan orang yang sehat, terlebih jikalau keadaan tersebut berlangsug usang. Dengan keadaan seperti itu orang tersebut merasa tidak dapat beraktivitas secara sarat maka dia menjadi depresi, dan kesudahannya mudah murka terhadap orang lain. Jika kondisi itu berlanjut terus akan menyebabkan penolakan sosial dari masyarakatnya.
b.      Kondisi yang merangsang, seperti kaligata atau eksim. Penyakit kulit, tergolong rasa gatal terlebih bila terdapat pada bagian-bagian yang terbuka akan mengakibatkan si penderita menutup diri, dan mungkin menjadi minder. Walaupun tidak bisa dikategorikan berdasarkan jenis kelamin,  perempuan lebih sensitive. Gatal yang tak henti-henti akan menyebabkan kejengkelan pada individu dan mampu mengakibatkan emosi yang tidak terkontrol, khususnya pada saat ingin secepatnya menyelesaikan rasa sakitnya. Banyak orang yang terdorong untuk melaksanakan tindakan irasional, seperti memakai takaran obat yang tidak semestinya, mencari cara penyembuhan yng keliru, dan sebagainya.
c.       Setiap gangguan kronis, seperti asma atau penyakit kencing elok. Penyakit kronis kadang membuat individu putus asa sehingga ingin menyelesaikan hidupnya. Kadang tindakan mematikan sulit dihindarkan, adalah pada saat tekanan emosinya sungguh berpengaruh hingga terjadilah bunuh diri.
d.      Perubahan kelenjar, terutama pada abad puber. Gangguan kelenjar mungkin juga disebabkan oleh frustasi emosi yang kronis, misalnya pada kecemasan yang mengambang (free loating anxiety).
2.      Kondisi psikologis
Kondisi psikologis mampu mensugesti emosi, antara lain tingkat intelegensi, tingkat aspirasi dan kecemasan.
a.       Perlengkapan intelektual yang jelek. anak yang tingkat intelekttualnya rendah, rata – rata  mempunyai pengendalian emosi yang kurang dibandingkan dengan anak yang berilmu pada tingkat umur yang sama.
b.      Kegagalan meraih tingkat aspirasi. kegagaan yang berulang – ulang mampu menjadikan timbulnya keadaan khawatir, sedikit atau banyak.
c.       Kecemasan sesudah pengalaman emosi tertentu yang sangat berpengaruh. sebagai contoh akhir lanjutan dari pengalaman yang menyeramkan akan menyebabkan anak takut kepada setiap situasi yang dirasakan mengancam.
3.      Kondisi lingkungan
Ketegangan yang terus menerus, acara yang ketat, dan terlalu banyak pengalaman menggelisahkan yang merngsang anak secara berlebihan akan berpengaruh pada emosi anak.
a.       Ketegangan yang disebabkan oleh pertengkaran dan perselisihan yang terus menerus.
b.      Ketegangan yang berlebihan serta disiplin yang diktatorial
c.       Sikap orang renta yag selalu mengkhawatirkan atau terlalu melindungi.
d.      Suasana diktatorial di sekolah.
Sedangkan menurut Atang Setiawan (1995), factor penyebab terjadinya gangguan tingkah laku adalah sebagai berikut :
a.      Efek Disiplin Orang tua Yang Terlalu Ketat
Sebagaimana sudah diterangkan, ternyata maksud baik untuk mendisiplinkan seseoran jikalau dilakuakan dengan cara memaksa dan menekan tidak akan pernah sukses. Tekanan akan melahirkan tekanan, maksudnya tekanan disiplin akan ditolak dengan tekanan untuk menggelar. Akibatnya peraturan yang sudah dibentuk menjadi mubazir. Jalan terbaik adalah mengembangkan disiplin dengan sarat pemahaman dan kesadaran serta tanggung jawab.
b.      Hukuman Terhadap respons Sosial yang Kurang Tepat
Hukuman bantu-membantu sesuatu yang mesti dijalankan pada sebuah kesalahan, namun bagaimana mengukur, menimbang, dan memilih bobot dan jenis hukuman merupakan hal yang pelik. Jika jenis eksekusi dan cara menghukup keliru, eksekusi itu tidak akan mampu memperbaiki sikap, namun justru akan melahirkan pelanggaran baru alasannya ketidakpuasan pelaksanaan atau penertiban aturan tersebut.
c.       Konsekuensi Pemberian Hadiah Sebagai Ganjaran Bagi Tingkah Laku Yang Mengisolasi Diri dari Orang lain.
Cara ini yaitu suatu kekeliruan dalam mengerti perilaku yang berkhasiat dan fungsional bgi anak, baik bagi kehidupannya kini maupun esok. Pandangan yang keliru, bahwa diam itu emas, sendiri lebih baik dari bergabung, dan akan mengakibatkan kekeliruan dalam menganggap hakiakat sosial dan akan menyertai kekeliruan selanjutnya. Agar tidak keliru, hendaklah pijakan pertolongan kado diukur dengan cara lain, misalnya prestasi dan kelebihan.
d.      Kurangnya Kesempatan Untuk Belajar dan Melatih Keahlian
Berdasarkan kajian sebelumnya, ternyata emosi dan sosial lebih pada sebuah bentuk prilaku yang memerlukan latihan dan pembiasaan-pembiasaan yang bersifat khusus. Meskipun para hebat menepakati efek bawaan, namun efeknya kecil. Kaprikornus, kurangnya latihan akan mengakibatkan kendala dan gangguan kematangan, srta perkembangan emosi dan sosial. Hendaklah melibatkan secara terarah agar lebih singkat menerima kesanggupan mengendalikan diri maupun keperluan keahlian sosial.
e.       Adanya contoh-pola Tingkah Laku yang Tidak Pantas
Terutama bagi anak yang tinggi kemamapuan palsu atau menggandakan, banyak pola-acuan prilaku yang tidak layak akan menjadikan anak sudah biasa terhadap prilaku yang kebenarannya hakiki. Apalagi prilaku yang tampil di penduduk sering kali disantap anak tanpa sensor untuk meluruskannya. Akibatnya akan jauh lebih serius.
B. PENCIPTAAN KONDISI IDEAL BAGI PENGEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK
Seperti diketahui bahwa kemajuan emosi anak usia prasekolah sungguh kuat sekali. Pada usia tersebut kondisi emosi anak sarat dengan ketidakseimbangan alasannya anak-anak gampang ke luar dari konsentrasi,dalam arti bahwa dia mudah terbawa ledakan-ledakan emosi sehingga mengakibatkan mereka sukar dibimbing dan diarahkan. Berbagai penyebabnya lumayan banyak sebagaimana yang sudah diuraikan, tetapi penyebabanya lumayan banyak sebagaimana yang sudah diuraikan, namun sebagaian emosi yang berpengaruh pada kurun ini dapat disebabkan oleh kelelehan balasan aktivitas fisik maupun psikologi yang terlalu tinggi.
Ciptakan keadaan yang mampu menjamin perkembangan sosial emosional anak secara nyata, perkembangan kasatmata dalam konteks perkembangan emosi, maksudnya adalah bisa menciptakan dan menyediakan keadaan yang dapat menjamin terkendalinya ekspresi emosi dari setiap anak sehingga emosi anak terlindungi, lebih stabil, dan sebanding, serta masuk akal dalam tampilannya. Sedangkan terkait dengan pengembangan dimensi sosial anak, tujuannya ialah mampu memfasilitasi dn menyiapkan keadaan yang dapat menolong anak melakukan interaksi sosial serta meningkatkan keahlian anak dalam bersosialisasi.
Hal paling penting adalah perkembangan emosi dan sosial anak dapat saling terbangun secara utuh dalam suatu keadaan yang diciptakan mirip disebutkan diatas. Dengan demikian, aneka macam keadaan yang dapat menghancurkan perkembangan emosi dan sosial anak mampu dihindarkan. Kondisi yang memiliki peluang akan mengusik dapat ditekan hingga batas sekurang-kurangnyaatau mungkin dihancurkan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan : kesanggupan mengetahui keadaan yang menunjang maupun yang menghalangi, dibutuhkan mempunyai pengaruh pada kemampuan memilihkondisi yang tepat dengan harapan”.Pengaruh psikologis yang penting ialah : terkait dengan kerja intelegensi, aspirasi, dan kecemasan. Untuk membuat keadaan yang ideal pada pertumbuhan emosional anak yaitu yang mampu menjamin pertumbuhan social emosional anak secara faktual terkendalinya verbal emosi dari setiap anak sehingga emosi anak terlindungi lebih stabil danseimbang.
DAFTAR PUSTAKA
Nugraha, Ali. & Rachmawati, Yeni. 2006.Metode Pengembangan Sosial Emosional.Jakarta: Universitas Terbuka
Widia, E. A. 2011. Pengembangan Sosial Emosional, online (http://www.scribd.com/doc/21281354/PENGEMBANGAN-SOSIAL-EMOSIONAL). Diakses 28 september 2011