Kayu Lapis Struktural

Kayu lapis struktural yaitu produk planel dr lembaran-lembaran vinir yg direkatkan sehingga arah serat dr beberapa vinir kayu tegak lurus & yg yang lain sejajar pada sumbu panjang panel. Pada sebagaian besar jenis kayu lapis, orientasi seratnya dr setiap lembar dipraktekkan sejajar satu sama lain; orientasi serat vinir berdekatan terletak di sudut kanan. Oleh alasannya itu, untuk mempertahankan keseimbangan dr satu permukaan panel dgn yg yang lain, maka jumlah lembaran vinir yg tak merata (ganjil) sering dipakai. Ada pula beberapa kayu lapis yg dibentuk dgn jumlah lembaran vinir yg genap mirip empat atau enam lapis dgn dua vinir dipraktekkan sejajar untuk membentuk inti sentra yg tebal. Tipe kontruksi ini menciptakan panel dgn stabilitas dimensi yg sangat baik di sepanjang & di seluruh sumbu panjang panel. Panel mempunyai sifat kekuatan elastis yg signifikan di sepanjang dua sumbu utama, hal ini menguntungkan dlm aplikasi bahan pelapis. Kayu lapis struktural yg tahan air telah tersedia sekitar tahun 1940. Berbagai tipe kontruksi kayu lapis dapat dilihat pada Gambar 1.

Berbagai tipe kontruksi kayu lapis
Sumber: Shmulsky et al. 2011

Gambar 1 Berbagai tipe kontruksi kayu lapis

Spesies pinus kuning selatan (southern yellow pine) atau di dlm perdagangan disebut pula pinus selatan & Douglas fir adalah dua kalangan spesies utama yg dipakai untuk pengerjaan kayu lapis struktural di Amerika Serikat. Selain itu, kayu lunak besar lainnya termasuk true firs, hemlock barat, & pinus barat (western pines) pula mampu dipakai untuk pembuatan kayu lapis struktural. Beberapa kayu keras seperti poplar kuning (yellow poplar) & sweet gum pula dapat digunakan. Sedangkan di Indonesia, teladan kayu yg dapat dipakai selaku bahan baku kayu lapis antara lain: meranti, kamper, mersawa, mengkulang, gerunggang, mahoni, agathis, trembesi, sengon, mindi & sebagainya. Diameter log yg dipakai untuk bahan baku kayu lapis yaitu di atas 30 cm, tetapi dikala ini mesin-mesin yg lebih modern dapat mengolah log dgn diameter yg lebih kecil.

  Manfaat Gaharu

Sifat & kerja kayu lapis dipengaruhi beberapa faktor. Faktor-aspek yg mensugesti sifat & kinerja kayu lapis berasal dr komposisi kayu lapis itu sendiri antara lain: ketebalan lapisan, jumlah lapisan, jenis vinir dlm satu panel, orientasi lapisan, mutu kelas vinir & jenis perekat. Kombinasi dr komposisi tersebut memungkinkan produsen untuk menyesuaikan produk sesuai tujuan penggunaannya.

Menurut SNI tahun 1999, kayu lapis struktural diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu kategori 1 & 2. Berdasarkan kekuatan ikatan perekatnya kayu lapis diklasifikasikan menjadi dua tipe yaitu: (a) Tipe eksterior I, yaitu kayu lapis struktural yg dlm penggunaannya tahan terhadap cuaca dlm waktu relatif usang; (b) Tipe Eksterior II, yakni kayu lapis struktural yg dlm penggunaannya tahan kepada cuaca dlm waktu relatif pendek. Berdasarkan penampilannya, mutu kayu lapis struktural diklasifikasikan menjadi 4 kelas dgn isyarat kelas mutu berturut-turut A, B, C, & D, dgn ketentuan mutu lapisan luarnya sama atau nyaris sama. Contohnya selaku berikut: mutu A tujuannya, baik lapisan tampang maupun lapisan belakangnya mesti menyanggupi persyaratan mutu A, sedangkan mutu A/B yakni lapisan mukanya menyanggupi persyaratan mutu A & lapisan belakangnya memenuhi patokan mutu B. Persyaratan mutu kayu lapis struktural menurut SNI tahun 1999 mampu dilihat pada Tabel 1

Tabel 1 Persyaratan mutu kayu lapis struktural

No.

karakteristik

Mutu

A

B

C

D

I

Cacat alami

1.

Mata kayu sehat:

– Ø

– jml

≤ 25 mm

≤ 1/20 I

≤ 40 mm

≤ 1/10 l

Boleh

≤ 1/7 l

Boleh

≤ 1/5 l

2.

Mata kayu wangi :

– Ø

– jml

Mata kayu lepas

 Atau lubang

Ø ≤ 3 mm

≤ 1/20 l

Ø ≤ 5 mm

≤ 1/10 l

Ø ≤ 40 mm

≤ 1/7 l

Ø ≤ 40 mm

≤ 1/5 l

3.

Kantong kulit/Kantong damar

Ø ≤ 3 mm

Tidak mencolok

Boleh,atmp Ø ≤ 3 mm

Boleh,atmp

4.

Lubang gerek

Ø ≤ 1,5 mm tersebar

Ø ≤ 1,5 mm

Boleh atmp

Boleh atmp

5.

Perubahan warna

Tidak diperkenankan

Luas ≥ 20 % panel

Boleh

Boleh

II

Cacat teknis

1.

Pecah terbuka

Jml ≤ 2 bh

pj ≤ 20% p

lb ≤ 1,5 mm

Jml ≤ 3 bh

pj ≤ 40% p

lb ≤ 5 mm

atau

jml ≤ 6 bh

pj ≤ 20% p

Letak pecah 25 mm dr tepi lb nya ≤ 6 mm, atau lb ≤15 mm

pj ≤ 50 % p

Letak pecah 25 mm dr tepi lb-nya ≤ 6 mm, atau lb ≤ 25

mm pj bebas

2.

Pecah melintang

Tidak diperkenankan

Tidak diperkenankan

Sangat sedikit

Sangat sedikit

3.

Celah sambungan

Tidak diperkenankan

Tidak diperkenankan

lb ≤  6 mm

lb ≤ 6 mm

4.

Calah inti

Tidak diperkenankan

Jml ≤  3 bh Lb ≤ 2 mm atmp

Jml ≤  5 bh

lb ≤  5 mm

Jml ≤ 5 bh

lb ≤  5 mm

5.

Sisipan

Tidak mencolok

Tidak mencolok

Boleh

Boleh

6.

Dempul

Amplas rata

Amplas rata

Boleh

Boleh

7.

Tambalan

Tidak diperkenankan

Tidak diperkenankan

Jml 1 bh lb ≤ 75 mm

Jml 1 bh

lb ≤ 75 mm

8.

Lepuh

Tidak diperkenankan

Tidak diperkenankan

Boleh

Boleh

9.

Tumpang tindih

Tidak diperkenankan

Tidak diperkenankan

Tidak nampak pecahan yg cembung ≤ 1 mm

Tidak nampak bagian yg cembung ≤ 1 mm

10.

Tebal venir tak rata

Tidak diperkenankan

Tidak diperkenankan

Boleh asal t seragam

Boleh asal t seragam

11.

Bekas kempa

Tidak diperkenankan

Tidak diperkenankan

Tidak menonjol

Tidak mencolok

12.

Cacat lain

Tidak diperkenankan

Tidak diperkenankan

Boleh atmp, atmk & t seragam

Boleh atmp, atmk & t seragam

 

Sumber:

Haygreen GJ, Bowyer JI. 1993. Hasil Hutan & Ilmu Kayu. Diterjemahkan oleh Sutjipto A. Hadikusumo. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Shmulsky R, Jones PD, Lilley K. 2011. Forest Products and Wood Science An Introduction. Edisi ke-6. USA: Wiley-Blackwell.

SNI. 1999. Standar Nasional Indonesia 01-5008.7: Kayu Lapis Struktural. Jakarta: SNI.