Karomah Tangan Umar bin Khaththab dalam Menyembuhkan Orang Sakit

Adalah sayyidina Umar bin Khaththab, orang kedua yg paling dekat dgn Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam. Meski masuk Islam di usia senja, Umar bermetamorfosis salah satu pembela Islam yg paling utama & kelak mengambil alih sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq sebagai Khalifah.

Di tangan kepemimpinan laki-laki tegap nan gagah yg terdapat garis hitam bekas fatwa air mata di pipinya ini, kaum Muslimin berhasil menaklukan sebagian besar dunia dgn hening.

Banyak cerita perihal teman sekaligus mertua Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam ini. Selain ditakuti oleh setan karena menang dlm sebuah sabung gulat, Umar pula mempunyai mutu hati, bacaan al-Qur’an & karomah yg mengagumkan.

Tersebutlah seorang warga yg sedang sakit. Sayyidina Umar bin Khaththab & beberapa sobat menjenguknya. Sesampainya di rumah si sakit, Umar mengucap salam, sapa, & sedikit mengajukan pertanyaan.

Tak usang sesudah itu, Umar menaruh tangannya di tubuh si sakit seraya membacakan surat al-Fatihah. Sesaat setelah Umar menyelesaikan bacaan, “Orang tersebut bangun dgn gesit. Seolah-olah baru terlepas dr suatu ikatan & tak mengalami gangguan sedikit pun.” tutur Dr ‘Umar ‘Abdul Kafi dlm buku al-Wa’dul Haq.

Waktu berlalu, sayyidina Umar bin Khaththab meninggal dunia. Warga tersebut kembali sakit. Lalu ada salah satu sahabat Umar yg menjenguk seraya melakukan apa yg pernah dikerjakan Umar pada si sakit.

Dia letakkan tangan di badan si sakit. Membaca surat al-Fatihah. Lantas mengajukan pertanyaan, “Bagaimana keadaanmu?”

“Aku masih merasa sakit. Tiada perubahan sedikit pun.” ujar si sakit.

Tunai menyimak penuturan si sakit, sahabatnya Umar bin Khaththab secepatnya bergegas pergi. Hatinya pedih. Lantas mengajukan pertanyaan pada dirinya sendiri, “Dimanakah tangan kita dibanding tangan Umar? Dimanakah kualitas bacaan kita dibanding bacaan Umar? Bagaimana mutu hati kita dibanding kualitas hati Umar?”

  Aisyah, Wanita Cerdas Pendamping Nabi (Bagian 2)

Akhirnya kita mengetahui. Yang menyusut khasiatnya bukan surat al-Fatihah, alasannya dia sama dr zaman dahulu hingga akhir zaman kelak. Pembedanya yakni yg membaca, mutu bacaan, & kondisi iman di hati pembaca.

Semoga Allah Ta’ala menawarkan ridha-Nya pada sayyidina Umar bin Khaththab. Semoga kita senantiasa dilimpahi cahaya. Aamiin.

Wallahu a’lam. [Pirman/wargamasyarakat]

*Buku al-Wa’dul Haq mampu dipesan di 085691479667