Daftar Isi
kapan & dimana peristiwa dlm cerita robohnya surau kami itu terjadi
Latar waktu pada cerpen Robohnya Surau Kami:
– Waktu sekarang
Kutipan teks:
Jika tuan datang sekarang, cuma akan menjumpai gambaran yg mengesankan suatu kesucian yg bakal roboh.
– Waktu tertentu
Kutipan teks:
Sekali hari gue datang pula mengupah pada kakek.
Latar daerah pada cerpen Robohnya Surau Kami:
Surau yg jaraknya kira-kira sekilometer dr pasar suatu kota.
Kutipan teks:
Maka kira-kira sekilometer dr pasar akan sampailah Tuan di jalan kampungku. Pada simpang kecil ke kanan, simpang yg kelima, membeloklah ke jalan sempit itu. Dan di sudut jalan itu nanti akan tuan temui suatu surau tua. Di depannya ada kolan ikan, yg airnya mengalir lewat empat buah pancuran mandi.
dimana & kapan insiden dlm cerita itu terjadi robohnya surau kami
Dimana & kapan insiden dlm cerita itu terjadi robohnya surau kami
Jawaban
Pendahuluan
Cerita pendek yakni cerita yg berdasarkan wujud fisiknya berupa pendek, yg habis dibaca dlm waktu sekitar sepuluh menit atau setengah jam, jumlah katanya sekitar 500 hingga 5.000 kata. Oleh sebab itu, kisah pendek sering diungkapkan dgn “cerita yg dapat dibaca dlm sekali duduk”.
Pembahasan
Kata tanya dimana untuk menanyakan latar daerah pada cerpen Robohnya Surau Kami. Sedangkan kata kapan, menanyakan waktu terjadinya penggalan cerpen tersebut.
Pertanyaan-pertanyaan mirip ini disebut dgn pertanyaan literal atau pertanyaan bacaan, mirip kapan, dimana, siapa, & bagaimana.
Kesimpulan
Perhatikan pada kepingan permulaan cerpen:
Alangkah tercengangnya Haji Saleh, alasannya di neraka itu banyak temannya di dunia terpanggang panas, merintih kesakitan. Dan ia tambah tak mengetahui lagi dgn keadaan dirinya, alasannya adalah semua orang yg dilihatnya di neraka tak kurang ibadatnya dr ia sendiri. Bahkan, ada salah seorang yg telah hingga empat belas kali ke Mekah & bergelar Syeh pula. Lalu Haji Saleh mendekati mereka, kemudian bertanya kenapa mereka di neraka seluruhnya. Tetapi sebagaimana Haji Saleh, orang-orang itu pun tak mengetahui juga.
“Bagaimana Tuhan kita ini?” kata Haji Saleh kemudian.
“Bukankah kita disuruh-Nya taat beribadah, teguh beriman? Dan itu semua sudah kita lakukan selama hidup kita. Tapi kini kita dimasukkan ke neraka.”
“Ya. Kami pula berpendapat demikian. Tengoklah itu, orang-orang senegeri kita semua, & tak kurang ketaatannya beribadat.”
“Ini sungguh tak adil.”
“Memang tak adil,” kata orang-orang itu mengulangi ucapan Haji Saleh. “Kalau begitu, kita harus minta kesaksian kesalahan kita. Kita mesti mengingatkan Tuhan, kalau-kalau ia silap memasukkan kita ke neraka ini.”
“Benar. Benar. Benar,” sorakan yg lain membenarkan Haji Saleh.
“Kalau Tuhan tak mau mengakui kesilapan-Nya, bagaimana?” suatu suara melengking di dlm kelompok orang banyak itu.
Latar waktu pada penggalan ini yakni tatkala Yaimul Jaza’, yakni waktu tatkala masa perkiraan (hisab) sudah selesai, & Allah memperlihatkan tanggapan atas perbuatannya selama di dunia.
Latar tempat pada penggalan ini yaitu di neraka.
Perhatikan pada penggalan di akhir kisah:
Demikian dongeng Ajo Sidi yg kudengar dr Kakek. Cerita yg memurungkan Kakek.
Dan besoknya, tatkala gue mau turun rumah pagi-pagi, istriku berkata apa gue tak pergi menjenguk.
“Siapa yg meninggal?” tanyaku terkejut .
“Kakek.”
“Kakek?”
“Ya. Tadi subuh Kakek kedapatan mati di suraunya dlm kondisi yg ngeri sekali. Ia menggorok lehernya dgn pisau cukur.”
“Astaga. Ajo Sidi punya gara-gara,” kataku seraya melangkah secepatnya meninggalkan istriku yg tercengang-cengang.
Latar waktu: Keesokan harinya di pagi hari (Dan besoknya, tatkala gue mau turun rumah pagi-pagi, istriku berkata apa gue tak pergi menjenguk.)
Latar daerah: di rumahku.
Aku mencari Ajo Sidi ke rumahnya. Tetapi gue bertemusama istrinya saja. Lalu gue tanya beliau.
“Ia sudah pergi,” jawab istri Ajo Sidi. “Tidak ia tahu Kakek meninggal?”
“Sudah. Dan ia meninggalkan pesan agar dibelikan kafan buat Kakek tujuh lapis.” “Dan sekarang,” tanyaku kehilangan logika sungguh mendengar segala peristiwa oleh perbuatan Ajo Sidi yg tidak sedikit pun bertanggung jawab,” & kini ke mana beliau?”
“Kerja.”
“Kerja?” tanyaku mengulangi hampa.
“Ya. ia pergi kerja.”
Latar waktu: Pagi hari.
Latar daerah: Rumah Ajo Sidi.
Pelajari lebih lanjut
Soal pilihan ganda mengenai cerpen, mampu dilihat di: https://wargamasyarakat.org/peran/2864951
Alur progresif & alur regresif pada cerpen, dapat dilihat di: https://wargamasyarakat.org/tugas/4690663
—————————-
Detil Jawaban
Kelas: XI
Mapel: Bahasa Indonesia
Bab: Meneladani Kehidupan dr Cerita Pendek (bab 4)
Kode: 11.1.4
Kata Kunci: cerpen, pertanyaan literal, cerpen Robohnya Surau Kami
Dimana & kapan dongeng itu terjadi robohnya surau kami ?
Jawaban:
Tempat terjadinya peristiwa dala cerpen ‘Robohnya surau kami yakni suatu surau di suatu kawasan tanpa dikatakan letak persisnya. Sementara itu waktu terjadinya kejadian yaitu sepanjang hari. Tidak ada waktu yg spesifik.
Penjelasan:
Waktu & daerah merupakan dua jenis latar dlm suatu karya sastra. Latar sendiri merupakan salah satu unsur yg berasal dr dlm karya sastra. Selain waktu & daerah,latar pula turut menghidangkan informasi perihal situasi yg dibangun dlm dongeng.
Dimana insiden dlm kisah robohnya surau kami itu terjadi
Cerita pendek adalah kisah yg menurut wujud fisiknya berupa pendek, yg habis dibaca dlm waktu sekitar sepuluh menit atau setengah jam, jumlah katanya sekitar 500 hingga 5.000 kata. Oleh karena itu, cerita pendek sering diungkapkan dgn “kisah yg mampu dibaca dlm sekali duduk”.
Kata tanya di mana untuk menanyakan latar daerah pada cerpen Robohnya Surau Kami. Sedangkan kata kapan, menanyakan waktu terjadinya penggalan cerpen tersebut.
Pertanyaan-pertanyaan seperti ini disebut dgn pertanyaan literal atau pertanyaan bacaan, mirip kapan, dimana, siapa, & bagaimana.
Pembahasan
Perhatikan pada bagian awal cerpen:
Alangkah tercengangnya Haji Saleh, karena di neraka itu banyak temannya di dunia terpanggang panas, merintih kesakitan. Dan ia tambah tak memahami lagi dgn keadaan dirinya, karena siapa pun yg dilihatnya di neraka tak kurang ibadatnya dr ia sendiri. Bahkan, ada salah seorang yg telah hingga empat belas kali ke Mekah & bergelar Syeh pula. Lalu Haji Saleh mendekati mereka, kemudian mengajukan pertanyaan kenapa mereka di neraka semuanya. Tetapi sebagaimana Haji Saleh, orang-orang itu pun tak mengerti juga.
“Bagaimana Tuhan kita ini?” kata Haji Saleh kemudian.
“Bukankah kita disuruh-Nya taat beribadah, teguh beriman? Dan itu semua sudah kita kerjakan selama hidup kita. Tapi kini kita dimasukkan ke neraka.”
“Ya. Kami pula beropini demikian. Tengoklah itu, orang-orang senegeri kita semua, & tak kurang ketaatannya beribadat.”
“Ini sangat tak adil.”
“Memang tak adil,” kata orang-orang itu mengulangi ucapan Haji Saleh. “Kalau begitu, kita harus minta kesaksian kesalahan kita. Kita harus mengingatkan Tuhan, kalau-kalau ia silap memasukkan kita ke neraka ini.”
“Benar. Benar. Benar,” sorakan yg lain membenarkan Haji Saleh.
“Kalau Tuhan tidak mau mengakui kesilapan-Nya, bagaimana?” suatu bunyi melengking di dlm kalangan orang banyak itu.
Latar waktu pada penggalan ini yakni tatkala Yaimul Jaza’, yakni waktu tatkala masa perkiraan (hisab) sudah selesai, & Allah memperlihatkan balasan atas perbuatannya selama di dunia.
Latar daerah pada penggalan ini yakni di neraka.
Perhatikan pada penggalan di simpulan cerita:
Demikian cerita Ajo Sidi yg kudengar dr Kakek. Cerita yg memurungkan Kakek.
Dan besoknya, tatkala gue mau turun rumah pagi-pagi, istriku berkata apa gue tak pergi menjenguk.
“Siapa yg meninggal?” tanyaku kaget.
“Kakek.”
“Kakek?”
“Ya. Tadi subuh Kakek kedapatan mati di suraunya dlm kondisi yg ngeri sekali. Ia menggorok lehernya dgn pisau cukur.”
“Astaga. Ajo Sidi punya gara-gara,” kataku seraya melangkah secepatnya meninggalkan istriku yg tercengang-cengang.
Latar waktu: Keesokan harinya di pagi hari (Dan besoknya, tatkala gue mau turun rumah pagi-pagi, istriku berkata apa gue tak pergi menjenguk.)
Latar tempat: di rumahku.
Aku mencari Ajo Sidi ke rumahnya. Tetapi gue bertemusama istrinya saja. Lalu gue tanya dia.
“Ia sudah pergi,” jawab istri Ajo Sidi. “Tidak ia tahu Kakek meninggal?”
“Sudah. Dan ia meninggalkan pesan supaya dibelikan kafan buat Kakek tujuh lapis.” “Dan sekarang,” tanyaku kehilangan logika sangat mendengar segala insiden oleh tindakan Ajo Sidi yg tidak sedikit pun bertanggung jawab,” & sekarang ke mana beliau?”
“Kerja.”
“Kerja?” tanyaku mengulangi hampa.
“Ya. ia pergi kerja.”
Latar waktu: Pagi hari.
Latar tempat: Rumah Ajo Sidi.
Pelajari lebih lanjut
Soal pilihan ganda mengenai cerpen, dapat dilihat di: wargamasyarakat.org/peran/2864951
Alur progresif & alur regresif pada cerpen, dapat dilihat di: wargamasyarakat.org/peran/4690663
—————————-
Detil Jawaban
Kelas: XI
Mapel: Bahasa Indonesia
Bab: Meneladani Kehidupan dr Cerita Pendek (bagian 4)
Kode: 11.1.4
Kata Kunci: cerpen, pertanyaan literal, cerpen Robohnya Surau Kami
Dimana terjadinya kisah roboh
nya surau kami
Cerpen Robohnya Surau Kami terjadi di surau sebuah kampung yg jaraknya sekilometer dgn pasar dlm kota.
Latar daerah terjadinya cerpen ini mampu dibaca pada paragraf pertama. Perhatikan kutipan teks cerpen berikut ini (pada gambar).