Kangen Film “Penghianatan G30s/Pki”

SMP dahulu adalah hari yang sangat saya nantikan Kangen Film “Penghianatan G30S/PKI”Setiap tanggal 30 September pada zaman SD-Sekolah Menengah Pertama dulu ialah hari yang sangat saya nantikan, pada zaman itu kita didoktrin oleh guru di sekolah untuk menonton Film Penghianatan G30S/PKI yang ditayangkan oleh TVRI setiap jam 22.00 wita. Peristiwa inilah permulaan mula pergantian rezim dari Soekarno ke Soeharto yang lebih kita kenal dengan rezim Orde Baru (Orba), untuk memperkuat posisi dan pencitraan seorang “satria” maka pemerintah Orba membuat propoganda lewat film heroisme perihal insiden yang terjadi pada malam 30 September dan pagi 01 Oktober 1965. Pada malam dan pagi hari itu terjadi pergolakan politik di Indonesia dengan terbunuhnya enam Jendral petinggi militer dan sejumlah orang yang lain dibunuh oleh pasukan yang melaksanakan perebutan kekuasaan terhadap pemerintah, Dan pagi harinya seorang “pahlawan” beraksi menguak tabir kelam insiden ini.

Film ini menghidangkan kita suasana politik Indonesia ketika Presiden Soekarno menujukkan keberpihakannya terhadap komunis yang membuat para petinggi Tentara Nasional Indonesia marah. Dengan situasi mirip ini munculah issue akan dibentuknya Dewan Jendral yang mau menggantikan kekuasaan Soekarno. Hal ini tentunya membuat PKI (Partai Komunis Indonesia; yang ialah partai komunis paling besar ketiga di dunia sesudah Cina dan Uni Sovyet) kelabakan ditambah lagi dengan kondisi kesehatan Soekarno, PKI pada dikala itu (berdasarkan film ya….) menganggap eksistensinya di Indonesia berada di ujung tanduk, alasannya dengan adanya issue Dewan Jendral dan sakitnya Soekarno membuat gerakan-gerakan PKI akan terancam, dan tentunya Angkatan Kelima yang merupakan motor utama gerakan PKI akan secepatnya dibubarkan (angkatan kelima adalah kaum petani yang dipersenjatai) alasannya adalah menerima penolakan dari kalangan Tentara Nasional Indonesia, utamanya TNI AD.

  Dampak Agama Dan Kehidupan Pada Metode Politik Di Masyarakat

Melihat situasi PKI terancam D.N. Aidit (pimpinan PKI), Latief, dan Letkol Untung (Pengawal Presiden Soekarno, antek PKI) merencakan penculikan kepada Dewan Jendral yang dianggap akan melakukan perebutan kekuasaan terhadap Presiden Soekarno. Aidit dengan lantangnya mengisap rokoknya  sambil mengepulkan asapnya (ternyata si Aidit itu bukan perokok, dasar film tipu) memberikan pengarahan terhadap anggota-anggota PKI tentang perancanaan penculikan Dewan Jendral. Para Dewan Jendral yang dimaksud yakni Letjen Tentara Nasional Indonesia Ahmad Yani (Menteri/Panglima Angkatan Darat/Kepala Staf Komando Operasi Tertinggi), Jendral Nasution, Mayjen Tentara Nasional Indonesia Raden Suprapto (Deputi II Menteri/Panglima AD bidang Administrasi), Mayjen Tentara Nasional Indonesia Mas Tirtodarmo Haryono (Deputi III Menteri/Panglima AD bidang Perencanaan dan Pembinaan), Mayjen Tentara Nasional Indonesia Siswondo Parman (Asisten I Menteri/Panglima AD bidang Intelijen), Brigjen Tentara Nasional Indonesia Donald Isaac Panjaitan (Asisten IV Menteri/Panglima AD bidang Logistik), dan Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan Darat) .

Pada malam 30 September 1965 dilaksanakanlah perencanaan tersebut, para antek-antek PKI dibawah komando Letkol Untung menculik dan membunuh para jendral di rumahnya, para penculik ini yang mengaku sebagai pasukan cakrabirawa atau pasukan pengawal presiden dengan brutal menambak saat ada jendral yang melakukan perlawanan atau menolak perintah untuk ikut dengan dalih ada pertemuan dengan Presiden. Ada tiga momen penculikan yang paling aku ingat dalam film ini, yaitu di rumah Ahmad Yani, pada dikala ditembak di depan kamarnya. Kedua pada saat di rumah D.I. Panjaitan ia ditembak secara brutal di depan rumahnya pada dikala berdoa, darah dikala berceceran (ini mi yang paling ngeri…). Ketiga pada dikala di rumah Nasution (beliau lolos dari perjuangan penculikan), kita melihat insiden yang sangat heroik dikala pengawal Nasution, Letnan Tandean mengaku sebagai Nasution dan anak Nasution, Ade Irma tewas tertembak (momen ini air mata ku tak mampu kutahan). 

  Pertentangan Sosial (Orang Batak, Jawa), Perusak Pada Tata Cara Kehidupan Seksualitas

Setelah menculik para jendral dan Letnan Tandean mereka dibawa ke tempat Lubang Buaya, disinilah para jendral disiksa bagai hewan hingga mati, ada muka seorang jendral yang disileti ada yang dibakar rokok, sesudah semuanya sudah tewas mayatnya kemudian dibuang ke sumur yang diketahui sebagai sumur lubang buaya.

Pagi harinya situasi politik yang genting ini mendatangkan seorang “pendekar” Mayjen Soeharto (Pangkostrad) yang dikala itu menggantikan kontrol militer, berdasarkan berita-isu dari anak buahnya maka Soeharto menyampaikan bahwa PKI yang bertanggungjawab atas kejadian penculikan G30S.

Film Pengkhianatan G30S/PKI sudah tidak berhubungan lagi dengan keadaan zaman sekarang. Banyaknya kritik yang masuk baik dari politisi, sejahrawan maupun budayawan terkait dengan kepentingan politik Rezim Orba dibawah kekuasaan Soeharto. Materi dan isi film Penghianatan G30S/PKI sarat dengan nuansa kekerasan, pengulangan demi pengulangan kekerasan lewat film ini menimbulkan memori masyarakat tidak tersentuh oleh misteri dibalik peristiwa G30S. Hal ini justru dijadikan media dan propaganda untuk melestarikan kekuasaan (saat itu) Soeharto.

Film Penghianatan G30S/PKI berhenti ditayangkan seiring dengan pamor TVRI yang memudar dan menurun dengan beralihnya pemirsa TV ke chanel-chanel televisi lain yang secara audio visual lebih enak ditonton, meski hanya sekedar menonton sinetron. Kadang rindu juga untuk melihat kembali film tersebut dan tentunya prihatin juga dengan generasi bangsa yang ingin tau dengan film ini. Tapi, biarlah keputusan untuk menghentikan penayangan Film G30S/PKI mungkin telah sempurna bahwa film ini adalah kebohongan publik. Hal yang terburuk tentunya dengan menayangkan ulang film Penghianatan G30S/PKI, justru akan membuka berkembang berkembangnya ideologi komunis dan bibit-bibit komunisme di Indonesia, dengan asumsi bahwa PKI pada ketika itu dijadikan kambing hitam atas peristiwa G30S. Film yang menggambarkan sejarah pertumpahan darah tersebut telah dan akan menjadi bab dari sejarah itu sendiri.

  Kelas Sosial Dan Pertentangan Tercipta

 

“DARAH ITU MERAH JENDRAL”

NB: yang kangen dan penasaran dgn film ini klik aja

http://www.indowebster.com/G30SPKI_01.html

http://www.indowebster.com/G30SPKI_02.html

http://www.indowebster.com/G30SPKI_03.html

 

S.Maronie

30 September 2010

11.17 PM

@Kopizone