Jima’ Tak Boleh Bicara? Ini Pandangan Ahlus Sunnah vs Syiah

Salah satu pertanyaan yg timbul dlm fikih yakni bolehkah bersuara atau berbicara pada saat bekerjasama suami istri? Dalam menjawab pertanyaan tersebut ternyata antara ahlus sunnah & syiah berlainan sangat jauh.

Dalam fikih ahlus sunnah, diperbolehkan bagi suami istri bersuara atau berbicara dikala jima’. Asalkan suara atau kata-kata mereka tak terdengar oleh orang lain.

Imam As Suyuthi dlm Ad Durrul Mantsur mencantumkan riwayat bahwa sahabat Nabi & penulis wahyu, Muawiyah bin Abi Sufyan, pernah menjima’ istrinya. Tiba-tiba sang istri mengeluarkan desahan & rintihan yg penuh gairah hingga beliau sendiri aib pada suaminya. Namun Muawiyah justru meluruskannya, “Tidak duduk perkara. Demi Allah, yg paling mempesona dari kalian adalah desahan nafas & rintihan kalian.”

Ibnu Abbas juga pernah ditanya ihwal aturan desahan & rintihan ketika jima’ seperti ini. Ulama’-nya para teman ini menjawab, “Jika kalian berjima’ dgn istri, lakukanlah sesuka kalian.”

Demikianlah pan&gan ahlus sunnah wacana bersuara atau mengatakan ketika berhubungan. Kalaupun ada di golongan ahlus sunnah yg menganjurkan supaya tak bersuara, hal itu hanya sekedar proposal. Namun pertimbangan yg berpengaruh adalah yg mengijinkan. Sebab generasi sahabat Nabi umumdgn hal semacam ini & mirip kata Muawiyah, desahan & suara istri menciptakan suami lebih kesengsem & kekerabatan semakin mesra.

Bagaimana persepsi Syiah soal ini? Ternyata dlm kitab Al Kaafi, literatur syiah yg paling diandalkan oleh pengikutnya, disebutkan perihal persoalan ini. Bahwa bersuara & berbicara dikala berhubungan suami istri sungguh dilarang. Bahkan akan membuat anaknya kelak menjadi bisu.

إتقوا الكلام عند ملتقى الختانين فإنه يورث الخرس

“Jauhilah berbicara pada dikala bertemunya dua khitan (jima’), sebab hal itu akan mewariskan kebisuan (pada anak)” (Al Kaafi 5/505).

  Niat Wudhu, Tata Cara, Doa, Keutamaan dan Sunnahnya

Jika keyakinan ini didengar oleh orang-orang modern dikala ini, mungkin banyak yg hendak mentertawakan syiah. Sebab terlalu banyak orang yg bersuara & mengatakan ketika bekerjasama, toh anaknya tak bisu.

Wallahu a’lam bish shawab. [Webmuslimah.com]