Jangan Sampai Hatimu Lockdown

Sejumlah negara memberlakukan lockdown untuk menekan penyebaran virus corona. China, Italia, Spanyol, & Perancis yaitu beberapa di antaranya. Di Indonesia dipraktekkan istilah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Secara sederhana, lockdown yakni menutup terusan suatu daerah. Sehingga orang yg ada di dalam, tak mampu keluar kawasan tersebut. Demikian pula orang luar, tak bisa masuk wilayah tersebut.

Kota boleh lockdown. Bahkan sebuah negeri boleh lockdown. Namun, hatimu jangan. Hati yg lockdown itu, usulan nggak bisa masuk. Tausiyah nggak bisa masuk. Diingatkan, nggak bisa masuk. Apalagi kritik.

Banyak ulama membagi hati menjadi tiga. Qalbun salim (hati sehat), qalbun maridh (hati sakit), qalbun mayyit (hati mati). Misalnya Ibnu Qayyim Al Jauziyah dlm Ighatsatul Lahfan & Syaikh Ahmad Farid dlm Tazkiyatun Nafs.

Hati yg lockdown itu masuk ke tipe kedua; qalbun maridh. Hati yg sakit. Sakitnya parah. Meski demikian, ia masih ada harapan sembuh. Dengan cara apa? Obati. Apa obatnya? Ilmu & dzikir.

Maka saat-saat ‘lockdown’ akhir pandemi covid-19 seperti ini, perbanyak tilawah & tadabbur Al Alquran. Perbanyak tafakur & membaca buku. Perbanyak dzikir & doa. Semakin mendekat pada Allah.

Tilawah & Tadabbur Al Alquran

Al Alquran itu obat. Obat untuk penyakit yg ada dlm hati. “Hai manusia, sebenarnya sudah datang kepadamu pelajaran dr Tuhanmu & penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dlm dada & petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yg beriman.” (QS. Yunus: 57)

Membaca Al Alquran membuat hati tenang & penuh kelembutan. Bahkan orang yg tak beriman sekalipun, ia bisa merasakan kedamaian tatkala menyimak Al Quran. Itulah argumentasi kenapa Abu Jahal bin Hisyam, Abu Sufyan bin Harb & Al Akhnas bin Syariq mengendap-endap mendekati rumah Rasulullah untuk mendengarkan tilawah Al Quran. Mereka menikmati syahdunya Al Alquran yg dibaca Nabi.

  Jangan Foto Bertiga, Bisa Kualat. Benarkah yang Ditengah Mati Duluan? Ini Penjelasannya...!!!

Tak cukup tilawah, kita perlu mentadabburi Al Alquran semoga mengetahui taujih Rabbani. Sehingga kita terbimbing dgn kode-Nya. Hati kita tunduk pada isyarat -Nya. Sebaliknya, orang yg tidak ingin mentadabburi Al Quran, hati mereka mampu terkunci. Lockdown.

“Maka apakah mereka tak mentadabburi Al Alquran ataukah hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad: 24)

Tafakur & Membaca Buku

Obat selanjutnya untuk hati kita biar tak lockdown adalah tafakur & membaca buku. Sebenarnya dua-duanya ini ialah aktifitas membaca. Yang satu membaca alam, yg satu membaca teks. Dua-duanya bisa melembutkan hati kita, membuka asumsi & meluaskan pengetahuan.

Saat-ketika #dirumahsaja atau ‘lockdown’ sejatinya mampu dimanfaatkan dengan-cara maksimal untuk banyak membaca. Jadikan sebagai uzlah kita. Lihatlah apa yg dilaksanakan Rasulullah di gua Hira sebelum diangkat menjadi Nabi. Beliau ber-uzlah. Dalam kesendirian ber-tahannuts sembari membaca kondisi penduduk jahiliyah.

Pun banyak ulama yg menyebabkan kesendiriannya selaku waktu terbaik bertafakur, membaca & menciptakan karya. Ibnu Taimiyah memaknai kesendiriannya di penjara selaku uzlah. Lalu lahirlah majmu’ fatawa. Sayyid Qutb menikmati waktunya di penjara dgn tafakur & menulis kemudian terbitlah Tafsir Fi Zilalil Alquran. Buya Hamka pula demikian hingga sempurnalah Tafsir Al Azhar.

Masa-masa ‘lockdown’ ini yaitu masa-masa mengobati hati. Perbanyak tafakur & membaca. Dan bukankah ayat yg pertama turun yakni Iqra’? Perintah membaca.

Dzikir & Doa

Hati akan menjadi hidup & sehat (qalbun salim), salah satu kuncinya ialah dzikir. Dalam Surat Ali Imran ayat 190-191, tafakur & dzikir ini dikombinasikan hingga orang yg memilikinya disebut ulul albab.

Orang yg banyak berdzikir, hatinya terhubung dgn Allah. Maka ia mudah menerima hidayah & taufik-Nya. Tatkala diingatkan, ia secepatnya menyadari kesalahannya & kembali ke jalan yg benar. Tatkala mendapat rekomendasi, ia mendapatkan tanpa merasa terhina.

  Munculnya LGBT di Akhir Zaman telah Diprediksi oleh Nabi

Yang jangan hingga terlupa untuk menjaga hati kita, perbanyak doa. Minta pada Allah supaya hati kita dijaga-Nya. Dialah yg menguasai hati kita. Hanya ia yg mampu membolak-balikkannya. Maka Rasulullah mengajarkan doa: Ya Muqallibal quluub, tasbbit qalbii ‘alaa diinik. Wahai Dzat yg Membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu.

Semoga di masa-masa ‘lockdown’ ini hati kita tak lockdown. Aamiin. [Muchlisin BK/Wargamasyarakat]